Senin, 07 OKTOBER 2024 • 09:00 WIB

Mengenal Keindahan Kain Tenun Sumba, Filosofi, dan Proses Pembuatannya

Author

Kain Tenun Sumba Nusa Tenggara Timur (NTT)

INDOZONE.ID - Kain tenun Sumba merupakan kekayaan budaya dari kota Sumba, NTT, dan kini telah menjadi buah tangan yang tidak terpisahkan bagi para pengunjung.

Kain tenun ini merupakan kain nusantara nan eksotis yang diciptakan oleh para seniman tenun (artisan) dari Sumba Timur.

Jenis dan corak kain tenun sumba ini sudah lama populer, karena cara pembuatannya serta bahan yang digunakan.

Motif dan proses pembuatan kain tenun ikat Sumba ini memerlukan waktu relatif lama, yakni empat hingga enam bulan untuk sehelai kain tenun berukuran lebar.

Daya pikat tenun ikat tradisional itu memang sudah ada sejak berabad-abad lalu, dan tradisinya sampai sekarang masih dijaga oleh para wanita Sumba.

Untuk mengenal kain tenun Sumba ini lebih jauh, mari kita bahas dari filosofi dan proses pembuatan dari kain tenun tersebut.

Baca Juga: Melihat Produk Kain Tenun Diadaptasi dari Kain Tradisional Jepang, Cocok Buat Gen Z

Mengenal Keindahan Kain Tenun Sumba

Dikutip dari galerisumba.com, di bawah ini berikut teknik pembuatan motif, makna filosofi motif, hingga proses pembuatan kain tenun Sumba.

1. Teknik Pembuatan Motif Kain Sumba

Setiap wilayah di Sumba memiliki corak dan motif kain tenun yang unik. Corak dan motif ini dipengaruhi oleh budaya dan kondisi alam setempat. Ada tiga teknik utama dalam pembuatan motif dan pewarnaan kain tenun Sumba.

  • Pertama, ada teknik "pahikung", yaitu teknik ikat yang banyak digunakan di Wanokaka dan Lamboya.
  • Kedua, ada teknik "pawora", di mana kain tenun dianyam terlebih dahulu dan kemudian diberi pewarna alami. Teknik ini sering digunakan di daerah Tana Righu.
  • Ketiga, ada teknik "lambaleko", di mana kain tenun dibuat dengan menggunakan bilah bambu atau lidi yang disisipkan di antara benang, kemudian diungkit dan ditekan mengikuti pola tertentu. Teknik ini sering digunakan di wilayah Loli.

2. Filosofi Motif Kain Tenun Sumba

Motif-motif pada tenun Sumba banyak diinspirasi oleh alam sekitar. Motif hewan dan tumbuhan menjadi hiasan yang indah pada kain-kain tenun tersebut.

Beberapa motif terkenal memiliki makna filosofis, antara lain:

  • Motif kuda melambangkan kepahlawanan, keagungan, dan kebangsawanan. Kuda juga menjadi simbol harga diri dan sangat identik dengan masyarakat Sumba. Kekuatan dan kegesitan kuda merepresentasikan kemampuan masyarakat Sumba dalam menaklukkan alam yang gersang dan keras.
  • Motif buaya atau naga melambangkan kekuasaan dan keagungan raja-raja Sumba yang dihormati.
  • Motif burung kakaktua melambangkan persatuan dan kedamaian dalam hidup masyarakat Sumba. Masyarakat Sumba terbiasa menyelesaikan masalah dengan musyawarah.

3. Proses Pembuatan Kain Tenun Sumba

Tenun Sumba tradisional dibuat melalui proses yang telah bertahan selama berabad-abad tanpa perubahan yang signifikan.

Tahap pertama dalam pembuatan kain tenun adalah mengumpulkan biji kapas dan memisahkan seratnya.

Kemudian, serat kapas tersebut diratakan menjadi lempengan memanjang yang kemudian dijemur.

Setelah serat kapas kering, serat-serat ini dipintal menjadi benang menggunakan alat yang disebut 'kidde'.

Selanjutnya, benang-benang ini masuk dalam proses pewarnaan.

Pewarna alami digunakan, seperti akar mengkudu untuk warna merah, tanaman nila untuk warna biru, kulit kayu untuk warna kuning, dan warna dasar kapas untuk warna putih.

Untuk menciptakan warna hitam, biasanya dilakukan pencampuran warna merah dan biru.

Setelah proses pewarnaan selesai, benang-benang tersebut dapat dijadikan kain melalui proses penenunan.

Benang-benang yang pada awalnya tidak memiliki arti kemudian dihidupkan menjadi motif-motif yang memiliki makna oleh para perempuan Sumba yang mahir dalam tenun.

Baca Juga: Mengenal Berbagai Jenis Motif Ulos, Kain Tenun Khas Batak di Sumatera Utara

Mereka menangani seluruh proses tenun ikat mulai dari memilih motif, mempersiapkan bahan-bahan (benang dan pewarna), proses penenunan, hingga pada akhirnya menghasilkan selembar kain.

Proses pembuatan kain tenun Sumba membutuhkan waktu yang lama, antara 6 bulan hingga 3 tahun, karena dilakukan secara tradisional tanpa menggunakan mesin.

Kesabaran perempuan Sumba terbayar dengan hasil kain tenun yang indah dan memiliki nilai yang tinggi.

Selain memberikan penghidupan kepada banyak masyarakat Sumba dan meningkatkan ekonomi lokal, tenun Sumba juga berperan penting dalam melestarikan tradisi budaya.

Dengan menjaga dan menghargai seni tenun ini, tradisi dan warisan budaya Sumba tetap lestari dan diwariskan dari generasi ke generasi.

 

Penulis: Hilwah Nur Puspitawati

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Galerisumba.com