Kenali Oldest Child Syndrome, Sindrom yang Kerap Dialami Anak Pertama karena Dibebani Orang Tua
INDOZONE.ID - Pernah mendengar istilah “oldest child syndrome”? Jika diterjemahkan secara harfiah, frasa tersebut memiliki arti “sindrom anak pertama”.
Ya, persis seperti julukannya, sindrom tersebut adalah gejala yang kerap dialami anak sulung.
Urutan kelahiran dalam keluarga telah lazim menjadi alasan yang mempengaruhi kepribadian atau perkembangan anak. Inilah sebabnya banyak orang awam dapat menebak urutan kelahiran bila memperhatikan karakteristik anak.
Dilansir dari Verywell Mind, Nicholette Leanza, LPCC-S., seorang konselor dan terapis klinis profesional, menuturkan bahwa sindrom anak pertama merupakan tekanan yang dirasakan oleh saudara tertua untuk memenuhi ekspektasi tinggi yang diberikan kepada mereka serta tekanan untuk menjadi panutan yang sempurna bagi saudara-saudaranya yang lain.
Baca Juga: Hamil Anak Pertama di Usia Lebih Tua Bisa Picu Kanker Payudara, Kok Bisa?
Lebih lanjut, Leanza mengatakan bahwa anak sulung cenderung lebih cepat dewasa karena memikul lebih banyak tanggung jawab dalam rumah tangga, bahkan menjadi sosok orang tua bagi adik-adiknya.
Selaras dengan pendapat tersebut, banyak teori perkembangan anak sulung yang didasarkan pada gagasan bahwa mereka diberi perhatian secara utuh oleh orang tua, terutama pada pengembangan bakat, kecerdasan, dan prestasi.
Tingginya ekspektasi dan perhatian penuh pada anak pertama mampu menyebabkan si sulung berisiko alami oldest child syndrome. Sindrom ini dicirikan dengan pribadi yang perfeksionis, mampu membentuk kepribadian yang berlawanan, memiliki tekad kuat, dan rasa percaya diri yang tinggi.
Selain pembentukan kepribadian, sindrom anak pertama juga mampu mempengaruhi kesehatan mental.
Baca Juga: Diidap Penyanyi Lewis Capaldi, Ini Gejala dan Penyebab Sindrom Tourette
Brandy Smith, PhD., seorang psikologis, menyampaikan bahwa jika keluarga tidak memberi batasan yang sehat, membebankan tanggung jawab berlebih kepada anak tertua, maka hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi.
Ia menambahkan, hal ini kemungkinan juga dapat berdampak pada hubungan yang mereka bentuk ketika dewasa, mereka cenderung memandang diri sebagai figur otoritas dalam sebuah hubungan yang mana dapat memicu konflik.
Orang tua mampu memberikan dampak positif bagi perkembangan dan kesehatan mental anak sulung, seperti meminta mereka menjadi seorang teladan bagi adik-adiknya, bukan pengasuh, juga dengan memberikan nilai yang sama bagi setiap anggota keluarga.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Verywell Mind