INDOZONE,ID - HIV/AIDS adalah penyakit menular yang terjadi di masyarakat dan belum ditemukan vaksin atau obat untuk pencegahan HIV/AIDS hingga saat ini. Human Immunodeficiensy Virus (HIV) adalah infeksi yang menyerang sistem kekebalan tubuh.
Sedangkan AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah stadium akhir dari HIV. HIV yang masuk ke tubuh akan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4.
Makin banyak sel CD4 yang hancur, maka makin rentan seseorang terkena berbagai penyakit. HIV yang tidak segera ditangani inilah yang kemudian berkembang menjadi AIDS. Ketika sudah pada tahap AIDS, maka kemampuan tubuh untuk melawan infrksi sudah hilang.
Hingga saat ini, HIV masih menjadi permasalahan kesehatan utama secara global. WHO mengungkapkan bahwa HIV telah merenggut 40,4 juta (32,9-51,3 juta) nyawa dengan penularan yang terus terjadi di semua negara. Bahkan ada beberapa negara yang melaporkan terjadi tren peningkatan infeksi turun, padahal sebelumnya mengalami penurunan.
Baca Juga: Fakta atau Mitos: Menginjak Jempol Saat Haid Bisa Menularkan HIV? Simak Penjelasannya!
Diperkirakan terdapat 39,0 juta (33,1-45,7 juta) orang yang hidup dalam kondisi HIV pada akhir 2022, dengan dua pertiga (25,6 juta) berada di Wilayah Afrika.
Di Indonesia sendiri, terjadi kasus HIV mencapai 515.455 kasus dalam kurun waktu Januari-September 2023. Dari total kasus tersebut, sebanyak 454.723 kasus sudah terkonfirmasi oleh penderitanya atau orang dengan HIV (ODHIV).
Mayoritas penderita HIV di Indonesia yaitu kelompok usia 25-49 tahun, sebanyak 69,9% dari total keseluruhan kasus.
Gejala
Mayoritas penyintas akan mengalami flu ringan pada 2-6 minggu setelah terinfeksi HIV. Flu ini dapat disertai gejala lain dan bertahan selama 1-2 minggu. Setelah sembuh, gejala lain kemungkinan tidak nampak selama bertahun-tahun walaupun virus HIV merusak sistem tubuh secara perlahan, hingga akhirnya berkembang menjadi AIDS.
Kebanyakan penderita baru mengetahui bahwa dirinya mengidap HIV setelah memeriksakan diri ke dokter akibat terkena penyakit yang disebabkan melemahnya daya tahan tubuh, seperti diare kronis, pneumonia, penurunan BB secara drastis.
Baca Juga: Sebanyak 198 Warga di Banda Aceh Idap HIV/AIDS, Pemkot Didesak Tingkatkan Skrining
Penularan dan Faktor Risiko
Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan seks vaginal atau anal, penggunaan jarum suntik secara sembarangan, transfusi darah dari penderita HIV, dan transplantasi organ dari penderita HIV. HIV juga dapat menular dari ibu yang terinfeksi HIV ke anak selama masa kehamilan.
HIV tidak akan menular melalui kontak sehari-hari seperti berciuman, berpelukan, berjabat tangan, atau berbagi benda pribadi seperti makanan atau air.
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko penularan HIV adalah:
- Berhubungan seks dengan berganti-ganti pasangan tanpa alat pengaman
- Menggunakan jarum suntik bersama-sama
- Mengalami luka tusuk suntik yang tidak disengaja, termasuk di kalangan petugas kesehatan
- Menderita penyakit menular seksual, seperti sifilis, herpes, gonore, klamidia
Pengobatan
Seseorang yang terindikasi terinfeksi virus HIV harus segera mendapatkan pengobatan berupa terapi antiretroviral (ARV). ARV berguna mencegah virus HIV bertambah banyak
Pencegahan
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan HIV/AIDS antara lain:
- Hindari seks bebas
- Setia pada satu pasangan
- Gunakan kondom saat berhubungan seks
- Menghindari penggunaan narkoba, utamanya narkoba suntik
Baca Juga: BKKBN Konsisten Perkuat Ketahanan Remaja Hadapi Penyakit Tuberkulosis hingga AIDS
Memberikan informasi yang akurat terkait HIV. Kampanye edukasi HIV harus mencakup informasi seperti hindari diskriminasi pada penderita HIV, pentingnya pengobatan ARV, dan pentingnya untuk selalu patuh pada jadwal minum obat untuk menekan viral load dan menjaga kesehatan penderita HIV
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Jurnal Of Health Education