Kamis, 22 JUNI 2023 • 12:48 WIB

12 Puisi tentang Jakarta dalam 2, 3, dan 4 Bait, Singkat Pendek!

Author

Puisi tentang Jakarta (pexels/@tomfisk)

Bagi sebagian orang, Jakarta punya makna tersendiri yang bisa dituangkan ke dalam puisi.

Puisi tentang Jakarta dapat berisi keindahan kota metropolitan maupun macet jalanan yang sesak.

Merayakan keberadaan di Jakarta juga bisa dilakukan dengan membuat puisi HUT DKI Jakarta.

Berikut kumpulan puisi tentang ibu kota Jakarta yang singkat/pendek namun menyentuh hati, dalam 2, 3, dan 4 bait.

Puisi tentang Jakarta

Puisi tentang Jakarta (pexels/@tomfisk)

Buat pendatang atau perantau, Jakarta meninggalkan kesan yang berbeda-beda, sebagaimana yang terdapat dalam puisi tentang Jakarta berikut ini:

1. Jakarta

Oleh: Adhie M. Massardi

Dari Jogjakarta aku ke Jakarta
Membawa sejarah yang masih basah
Sampai di Monas nyeberang ke Istana
Menyaksikan jejak langkah tertatih

Dari Jogjakarta aku ke Jakarta
Ninggalkan Tugu yang hilang makna
Sampai di Monas aku masuk Istana
Tempat masalah dirancang sempurna

Jika nyopet merupakan agenda sidang kabinet
Setiap udang di taruh di balik undang-undang
Dan kebohongan dijadikan bahasa persatuan
Hanya waktu yang bisa ngendus kepalsuan

Dari Jogjakarta aku ke Jakarta
Menyaksikan Monas dari beranda Istana
Di pucuknya tampak bangsa terluka
Negaranya tergelincir kehilangan cinta

Seperti kembang ditinggal kumbang
Kelopaknya berguguran
Tapi tak ada jejak buah
Kecuali kebencian yang berlebihan

Dari Jogjakarta aku ke Jakarta
Menyaksikan kepalsuan yang nyata

2. Hey, Jakarta!

Kita bukan sesiapa di tengah belantara kota;
lahan sengketa, gedung 'ntah bertuan siapa
Manusia dan perkara memberi arti pada diri,
berkutat dengan benar salah, menang kalah,
satu berkuasa lebih atas siapa

Aku mengembara pada puan-puan penuh diam hampir-hampir muram
Terjangkar senyum angkuh percaya diri
Tak mampu mengelak sungguhpun berusaha

Bagaimana puan memberi makna pada cinta?
Berbulan kali tahun ia butuh
Pada lajur waktu ia luruh
Terlalu patuh, ia tak pernah penuh

Malam sudah tanak
Aku tak perlu wajahmu tampak

Pada langit Jakarta penuh tamak
Manusia berserah tak lagi bisa mengelak

3. Dear Jakarta

Pada langitmu ku gantungkan impian
Pada gedung-gedung bertingkat itu kutitipkan harapan
Pada penghunimu ku ingin sampaikan pesan

Bijaklah
Patuhilah segala peraturan
Sampai Jakarta kembali aman

Ini semua
Bukan untuk mereka
Bukan hanya untuk ibu kota
Ini untuk dirimu sendiri

Segera pulih ibu kota
Aku ingin kembali bercerita
Tentangmu pada putriku tercinta

Baca Juga: 13 Tempat Wisata di Jakarta yang Lagi Hits, Murah dan Instagramable!

Puisi Pendek tentang Jakarta

Puisi tentang Jakarta singkat (pexels/@alifiaharina)

Tak perlu panjang-panjang, puisi pendek tentang Jakarta juga bisa mewakilkan kesan dan pesan yang ingin disampaikan setiap orang yang berkunjung ke Jakarta.

4. Kepada Jakarta

Oleh: Ajip Rosidi 

Kucinta kau dalam ketelanjangan malam

Penuh warna dalam keriahan gemilang
Sibuk dalam kelengangan arah

Menjauhi sudut jiwa paling sepi
Menyaruk-nyaruk jalan menyusur kali

Bercermin di permukaan air kemilau
Bulan rendah seolah terjangkau

5. Halo Jakarta

Hala Jakarta
Kini kotamu sudah berfungsi kembali
Kemacetan dan polusi sudah bisa dirasakan lagi

Halo Jakarta
Kau adalah tempat segala hal menjadi mahal
Ibu kota negara pun sebentar lagi akan kau obral

Halo Jakarta
Apakah kau masih mendengar?

6. Djakarta

Semua bermimpi tentang Jakarta
Ya, Jakarta
Semua bermimpi tentangmu

Ya engkau tempat orangku menggadai mimpi
Menjadi saudagar, aktor, seperti di televisi

Seperti tetanggaku Susi
yang menggadai mimpi
Menapaki jalan menujumu Jakarta
Bukan menjadi aktor
Menjadi lonte katanya itu sudah cukup
Ya lonte, ya Jakarta siapa menggadai mimpi?

7. Kutu-Kutu Jakarta

Jakarta adalah rambut-rambut waktu
Kita adalah ribuan kutu-kutu
Tak pernah habis
Bertelur dan berkeluarga

Jiwaku adalah kulit kepala
yang selalu gatal
Sebab kebutuhan tak pernah ada habisnya

Baca Juga: 7 Wisata Museum di Jakarta yang Instagramable, Aesthetic Banget!

Puisi Jakarta Kota Metropolitan

Puisi pendek tentang Jakarta kota metropolitan (pexels/@alifiaharina)

Sebagai ibu kota Indonesia, Jakarta merupakan kota metropolitan yang tak pernah 'tidur', seperti yang tercantum pada puisi Jakarta kota metropolitan.

8. Senin di Jakarta

Oleh: Saepiudin Syarif

Ini hari pembuka
Saat semua rencana dihela
Dan mimpi-mimpi dijala
Berharap semua lancar adanya

Tapi kenyataannya
Semua diawali apa adanya
Menerima dengan terpaksa
Tak ada pilihan rasanya

Kaki-kaki manusia berkejaran
Terburu menapaki peron
Naik turun tangga
Mengejar kereta

Tangan-tangan manusia bergantungan
Dalam bus berkendara
Sepanjang jalan jauhnya
Kemacetan yang tak ada ujungnya

Penuh sesak
Berdesak
Menumpuk
Asal masuk

Terhimpit
Kejepit
Menjerit
Asal terangkut

Kota yang dijejali manusia
Manusia yang mencari rupiah
Rupiah untuk membeli makan
Makan untuk mengganjal perut
Lalu hilang bersama kotoran

Ini hari pembuka
Sejak pagi sudah terbiasa
Mau marah sudah tak bisa
Hanya pasrah menerima apa adanya

Ini ibukota
Tempatnya para pekerja
Pekerja dari mana-mana
Padatnya sudah luar biasa

Ini hari pembuka?
Ini masih di ibukota?
Kota yang telanjur lupa
Tak sadar sudah jadi raksasa

9. Jakarta

Oleh: Siska Permata Sari

Aku melihat kau
Berceceran seperti huruf
a di Jakarta;
di peron kereta
di bising suara
jalanan,
kolong jalanan,
di pintu kedai kopi
di depan restoran sushi

berkelebat

seperti hantu

10. Merpati di Pinggir Jakarta

Oleh: Laurensius Aldiron

Waktu berlalu bagaikan air keluar deras dari tempayan
Terbang bagai angin yang berhembus pelan menghilangkan kenangan
Semua berlalu berpacu dan hanya terlindungi dari sujud kepada Tuhan
Mengekang kenyamanan dan disambut hiruk pikuk Jakarta pinggiran

Tinggi rendahnya saat terbang tak lagi bisa ditentukan
Oleh diri sendiri yang tak sempat memikirkan angan
Semua berlalu terlalu sering karena semua orang berpacu kemenangan
Yang dikira akan jadi satu-satunya jalan yang bisa menentukan

Putih, hitam, gelap, dan terang masih dilihat sebagai suatu tujuan
Padahal gelap di dalam pun tertutup putih cahaya yang berkilauan 
Kiranya kota ini mendidik untuk selalu berada dalam pacuan
Yang terus hadir sampai kapan waktu untuk berguguran 

Ini baru di pinggiran, 
Belum terlalu masuk ke dalam inti Jakarta di mana sepertinya keindahan yang ditawarkan 
Entah ada di kelompok mana, tempat aku bisa sedikit memiliki harapan 
Karena sejatinya Jakarta tak mau mengalah sembarangan
Untuk mereka yang hanya berpangku tangan

Baca Juga: 7 Makanan Khas Jakarta yang Selalu Jadi Incaran Wisatawan, Enak!

Puisi HUT DKI Jakarta

Puisi HUT DKI Jakarta (pexels/@tomfisk)

Dalam rangka ulang tahun Jakarta, tak ada salahnya membuat puisi HUT DKI Jakarta yang dapat dijadikan kata-kata ucapan, seperti contoh di bawah ini:

11. Selamat Ulang Tahun Jakarta

Kemarin Jakartaku berulang tahun
Benci tapi cinta juga
Pergi tapi kembali juga

Berlari sekaligus bertahan di sini

Melanjutkan hidup
Seperti atur takdir
Menguatkan diri
di kota ini

12. Jakarta, 496 Tahun

Jakarta
496 tahun
Sungguh usia yang tak lagi belia
Ku lahir, ku besar, ku tumbuh, ku menikah, ku mencari nafkah, ku beranak pinak di sini
Sungguh banyak yang sudah kau beri untukku
Apa yang sudah ku beri untukmu?
Layaknya seorang ibu kepada anak
"Hanya memberi tak harap kembali?"
Ya, kau selalu memberi yang kubutuhkan, tanpa mengharap imbalan

Hai Jakarta
Kau terus menawan, tak hanya bagi wisatawan
Kau terus memukau, tak hanya bagi perantau
Kau terus berkelas, tak hanya bagi si high class
Kau terus membanggakan, tak hanya bagi juragan
Kau terus kolaborasi, tak pandang isi garasi
Kau terus akselerasi, tak hanya bagi kaum berdasi
Kau terus elevasi, tak pusing beribu caci
Kolaborasi, akselerasi, elevasi

Jakarta
Doaku yang terbaik untukmu
Sehat dan maju kotanya
Sehat dan bahagia warganya
Kota global
Unik, cantik, artistik, estetik, tapi tetap otentik
Jangan pernah menangis
Jangan pernah terluka

Jakarta
Percayalah
Aku kan selalu ada
Dan mencintaimu
Selalu


Itulah kumpulan puisi tentang kota Jakarta yang penuh makna dan menyentuh hati. Mana nih puisi Jakarta favorit kamu?

Artikel Menarik Lainnya: 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: