Bagi sebagian orang, Jakarta punya makna tersendiri yang bisa dituangkan ke dalam puisi.
Puisi tentang Jakarta dapat berisi keindahan kota metropolitan maupun macet jalanan yang sesak.
Merayakan keberadaan di Jakarta juga bisa dilakukan dengan membuat puisi HUT DKI Jakarta.
Berikut kumpulan puisi tentang ibu kota Jakarta yang singkat/pendek namun menyentuh hati, dalam 2, 3, dan 4 bait.
Puisi tentang Jakarta
Buat pendatang atau perantau, Jakarta meninggalkan kesan yang berbeda-beda, sebagaimana yang terdapat dalam puisi tentang Jakarta berikut ini:
1. Jakarta
Oleh: Adhie M. Massardi
Dari Jogjakarta aku ke Jakarta
Membawa sejarah yang masih basah
Sampai di Monas nyeberang ke Istana
Menyaksikan jejak langkah tertatih
Dari Jogjakarta aku ke Jakarta
Ninggalkan Tugu yang hilang makna
Sampai di Monas aku masuk Istana
Tempat masalah dirancang sempurna
Jika nyopet merupakan agenda sidang kabinet
Setiap udang di taruh di balik undang-undang
Dan kebohongan dijadikan bahasa persatuan
Hanya waktu yang bisa ngendus kepalsuan
Dari Jogjakarta aku ke Jakarta
Menyaksikan Monas dari beranda Istana
Di pucuknya tampak bangsa terluka
Negaranya tergelincir kehilangan cinta
Seperti kembang ditinggal kumbang
Kelopaknya berguguran
Tapi tak ada jejak buah
Kecuali kebencian yang berlebihan
Dari Jogjakarta aku ke Jakarta
Menyaksikan kepalsuan yang nyata
2. Hey, Jakarta!
Kita bukan sesiapa di tengah belantara kota;
lahan sengketa, gedung 'ntah bertuan siapa
Manusia dan perkara memberi arti pada diri,
berkutat dengan benar salah, menang kalah,
satu berkuasa lebih atas siapa
Aku mengembara pada puan-puan penuh diam hampir-hampir muram
Terjangkar senyum angkuh percaya diri
Tak mampu mengelak sungguhpun berusaha
Bagaimana puan memberi makna pada cinta?
Berbulan kali tahun ia butuh
Pada lajur waktu ia luruh
Terlalu patuh, ia tak pernah penuh
Malam sudah tanak
Aku tak perlu wajahmu tampak
Pada langit Jakarta penuh tamak
Manusia berserah tak lagi bisa mengelak
3. Dear Jakarta
Pada langitmu ku gantungkan impian
Pada gedung-gedung bertingkat itu kutitipkan harapan
Pada penghunimu ku ingin sampaikan pesan
Bijaklah
Patuhilah segala peraturan
Sampai Jakarta kembali aman
Ini semua
Bukan untuk mereka
Bukan hanya untuk ibu kota
Ini untuk dirimu sendiri
Segera pulih ibu kota
Aku ingin kembali bercerita
Tentangmu pada putriku tercinta
Baca Juga: 13 Tempat Wisata di Jakarta yang Lagi Hits, Murah dan Instagramable!
Puisi Pendek tentang Jakarta
Tak perlu panjang-panjang, puisi pendek tentang Jakarta juga bisa mewakilkan kesan dan pesan yang ingin disampaikan setiap orang yang berkunjung ke Jakarta.
4. Kepada Jakarta
Oleh: Ajip Rosidi
Kucinta kau dalam ketelanjangan malam
Penuh warna dalam keriahan gemilang
Sibuk dalam kelengangan arah
Menjauhi sudut jiwa paling sepi
Menyaruk-nyaruk jalan menyusur kali
Bercermin di permukaan air kemilau
Bulan rendah seolah terjangkau
5. Halo Jakarta
Hala Jakarta
Kini kotamu sudah berfungsi kembali
Kemacetan dan polusi sudah bisa dirasakan lagi
Halo Jakarta
Kau adalah tempat segala hal menjadi mahal
Ibu kota negara pun sebentar lagi akan kau obral
Halo Jakarta
Apakah kau masih mendengar?
6. Djakarta
Semua bermimpi tentang Jakarta
Ya, Jakarta
Semua bermimpi tentangmu
Ya engkau tempat orangku menggadai mimpi
Menjadi saudagar, aktor, seperti di televisi
Seperti tetanggaku Susi
yang menggadai mimpi
Menapaki jalan menujumu Jakarta
Bukan menjadi aktor
Menjadi lonte katanya itu sudah cukup
Ya lonte, ya Jakarta siapa menggadai mimpi?
7. Kutu-Kutu Jakarta
Jakarta adalah rambut-rambut waktu
Kita adalah ribuan kutu-kutu
Tak pernah habis
Bertelur dan berkeluarga
Jiwaku adalah kulit kepala
yang selalu gatal
Sebab kebutuhan tak pernah ada habisnya
Baca Juga: 7 Wisata Museum di Jakarta yang Instagramable, Aesthetic Banget!
Puisi Jakarta Kota Metropolitan
Sebagai ibu kota Indonesia, Jakarta merupakan kota metropolitan yang tak pernah 'tidur', seperti yang tercantum pada puisi Jakarta kota metropolitan.
8. Senin di Jakarta
Oleh: Saepiudin Syarif
Ini hari pembuka
Saat semua rencana dihela
Dan mimpi-mimpi dijala
Berharap semua lancar adanya
Tapi kenyataannya
Semua diawali apa adanya
Menerima dengan terpaksa
Tak ada pilihan rasanya
Kaki-kaki manusia berkejaran
Terburu menapaki peron
Naik turun tangga
Mengejar kereta
Tangan-tangan manusia bergantungan
Dalam bus berkendara
Sepanjang jalan jauhnya
Kemacetan yang tak ada ujungnya
Penuh sesak
Berdesak
Menumpuk
Asal masuk
Terhimpit
Kejepit
Menjerit
Asal terangkut
Kota yang dijejali manusia
Manusia yang mencari rupiah
Rupiah untuk membeli makan
Makan untuk mengganjal perut
Lalu hilang bersama kotoran
Ini hari pembuka
Sejak pagi sudah terbiasa
Mau marah sudah tak bisa
Hanya pasrah menerima apa adanya
Ini ibukota
Tempatnya para pekerja
Pekerja dari mana-mana
Padatnya sudah luar biasa
Ini hari pembuka?
Ini masih di ibukota?
Kota yang telanjur lupa
Tak sadar sudah jadi raksasa
9. Jakarta
Oleh: Siska Permata Sari
Aku melihat kau
Berceceran seperti huruf
a di Jakarta;
di peron kereta
di bising suara
jalanan,
kolong jalanan,
di pintu kedai kopi
di depan restoran sushi
berkelebat
seperti hantu
10. Merpati di Pinggir Jakarta
Oleh: Laurensius Aldiron
Waktu berlalu bagaikan air keluar deras dari tempayan
Terbang bagai angin yang berhembus pelan menghilangkan kenangan
Semua berlalu berpacu dan hanya terlindungi dari sujud kepada Tuhan
Mengekang kenyamanan dan disambut hiruk pikuk Jakarta pinggiran
Tinggi rendahnya saat terbang tak lagi bisa ditentukan
Oleh diri sendiri yang tak sempat memikirkan angan
Semua berlalu terlalu sering karena semua orang berpacu kemenangan
Yang dikira akan jadi satu-satunya jalan yang bisa menentukan
Putih, hitam, gelap, dan terang masih dilihat sebagai suatu tujuan
Padahal gelap di dalam pun tertutup putih cahaya yang berkilauan
Kiranya kota ini mendidik untuk selalu berada dalam pacuan
Yang terus hadir sampai kapan waktu untuk berguguran
Ini baru di pinggiran,
Belum terlalu masuk ke dalam inti Jakarta di mana sepertinya keindahan yang ditawarkan
Entah ada di kelompok mana, tempat aku bisa sedikit memiliki harapan
Karena sejatinya Jakarta tak mau mengalah sembarangan
Untuk mereka yang hanya berpangku tangan
Baca Juga: 7 Makanan Khas Jakarta yang Selalu Jadi Incaran Wisatawan, Enak!
Puisi HUT DKI Jakarta
Dalam rangka ulang tahun Jakarta, tak ada salahnya membuat puisi HUT DKI Jakarta yang dapat dijadikan kata-kata ucapan, seperti contoh di bawah ini:
11. Selamat Ulang Tahun Jakarta
Kemarin Jakartaku berulang tahun
Benci tapi cinta juga
Pergi tapi kembali juga
Berlari sekaligus bertahan di sini
Melanjutkan hidup
Seperti atur takdir
Menguatkan diri
di kota ini
12. Jakarta, 496 Tahun
Jakarta
496 tahun
Sungguh usia yang tak lagi belia
Ku lahir, ku besar, ku tumbuh, ku menikah, ku mencari nafkah, ku beranak pinak di sini
Sungguh banyak yang sudah kau beri untukku
Apa yang sudah ku beri untukmu?
Layaknya seorang ibu kepada anak
"Hanya memberi tak harap kembali?"
Ya, kau selalu memberi yang kubutuhkan, tanpa mengharap imbalan
Hai Jakarta
Kau terus menawan, tak hanya bagi wisatawan
Kau terus memukau, tak hanya bagi perantau
Kau terus berkelas, tak hanya bagi si high class
Kau terus membanggakan, tak hanya bagi juragan
Kau terus kolaborasi, tak pandang isi garasi
Kau terus akselerasi, tak hanya bagi kaum berdasi
Kau terus elevasi, tak pusing beribu caci
Kolaborasi, akselerasi, elevasi
Jakarta
Doaku yang terbaik untukmu
Sehat dan maju kotanya
Sehat dan bahagia warganya
Kota global
Unik, cantik, artistik, estetik, tapi tetap otentik
Jangan pernah menangis
Jangan pernah terluka
Jakarta
Percayalah
Aku kan selalu ada
Dan mencintaimu
Selalu
Itulah kumpulan puisi tentang kota Jakarta yang penuh makna dan menyentuh hati. Mana nih puisi Jakarta favorit kamu?
Artikel Menarik Lainnya:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: