Selasa, 03 OKTOBER 2023 • 10:36 WIB

Mbok Sri, Festival di Klaten untuk Mengangkat Isu Pertanian

Author

Festival Mbok Sri, Klaten. (Z Creators/Edelweish Ratushima)

INDOZONE.ID - Sanggar Rojolele sudah keenam kalinya menyelenggarakan Festival Mbok Sri (FMS). Lokasi festival berlangsung di Dukuh Kaibon, Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Klaten, Jawa Tengah, Jumat, 29 September 2023.

Festival diawali dengan upacara tradisi wiwit di sawah. Tradisi ini, konon selalu diadakan oleh para petani, menjelang akan metik atau panen. Namun memasuki era tahun 1990-an, tradisi ini sudah memudar, redup, dan bisa dibilang sudah punah.

Festival Mbok Sri, Klaten. (Z Creators/Edelweish Ratushima)

Dalam tradisi wiwitan ini, para petani membawa 'uborampe' berupa nasi, lauk pauk, ayam, sambel kambil, gereh, tempe, ingkung, buah-buahan, dan lain-lain.

Wiwitan dilakukan sebagai simbol ucapan syukur kepada Gusti Allah yang telah memberi panen berlimpah.

Setelah didoakan di sawah, sego wiwit itu diwadahi pincuk lalu dibagikan kepada warga. Nah, rasa syukur tersebut diwujudkan dengan bersedekah sego wiwit tersebut.

Festival Mbok Sri, Klaten. (Z Creators/Edelweish Ratushima)

Menurut Eksan Hartanto, penggagas festival sekaligus pendiri Sanggar Rojolele, untuk tahun ini tema yang diangkat "kalis ing rubedo, nir ing sambikolo-ruwat tani ruwat bumi".

Yang mengandung arti tidak ada halangan melintang untuk mengolah tanah pertanian.

Bila diterjemahkan lebih bebas lagi, sesuai dengan kondisi sekarang yang kemarau panjang, pertanian di Delanggu khususnya, masih bisa berjalan dengan normal.

"Petani masih bisa panen bahkan hasilnya luar biasa, karena gabah panen harganya tinggi sampai Rp6.500 per kilogram nya," jelas Eksan.

Festival Mbok Sri, Klaten. (Z Creators/Edelweish Ratushima)

Memasuki kemarau panjang ini, tidak ada petani yang gagal panen. Hal tersebut dikarenakan sudah ada perencanaan kecukupan air dan rekayasa pengendalian hama.

"Alhamdulillah, untuk tahun 2023 ini minim petani gagal panen, karena sudah kami antisipasi adanya kecukupan air dan pengendalian hama," kata Eksan yang juga petani milenial ini.

Di wilayah Desa Delanggu, tambah Eksan, luas lahan pertanian sawah 75 hektare dan luas desa 140 hektare. Dari 75 hektare tersebut, yang ditanami padi jenis rojolele yaitu Srinuk, seluas 15-20 hektare lainnya non rojolele.

Untuk pemasaran beras rojolele, pihaknya sudah menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi UNS, Koperasi Rukun Sayur Mayur Menteng, Jakarta, dan Warung spesial serba sambal Yogyakarta.

Festival Mbok Sri, Klaten. (Z Creators/Edelweish Ratushima)

Wakil bupati Klaten, Yoga Hardaya menyambut baik adanya festival Mbok Sri yang sudah menjadi agenda tahunan ini.

"Saya atas nama pribadi dan Pemerintah Kabupaten Klaten, sangat mengapresiasi Sanggar Rojolele yang telah menginisiasi pembudidayaan padi rojolele yang asli," kata Wabup Klaten Yoga Hardaya.

Wabup Yoga menambahkan, ciri-ciri padi rojolele yang asli itu tingginya 155 cm, bulir padi ada bulunya, setahun panen dua kali, dan citarasanya sangat berbeda dibandingkan jenis padi lainnya.

Wabup berharap, padi rojolele bisa dikembangkan di wilayah Kecamatan Delanggu, karena ikon rojolele ada di Delanggu.

Beras rojolele yang sangat ikonik ini, juga menarik minat Profesor Huang Wen Chi dari National Pingtung University Sciene and Technology (NPUST) Taiwan, yang hadir di tengah-tengah masyarakat.


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.

  Z Creators

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Z Creators