Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
INDOZONE.ID - Bercerai adalah peristiwa emosional yang seringkali sulit bagi pasangan yang terlibat. Sayangnya, di zaman ini, kita menyaksikan peningkatan angka perceraian, termasuk di kalangan pasangan muda.
Secara total, sebanyak 43% perceraian dipicu oleh dukungan dari keluarga yang kurang. Sementara itu, 34% perceraian disebabkan oleh perselingkungan alias hubungan lain di luar pernikahan.
Forbes melaporkan, salah satu pemicu gagalnya pernikahan adalah tujuan dari pernikahan yang tidak tercapai. Sebagian besar pasangan umumnya menikah karena persahabatan, keamanan finansial, kenyamanan, asuransi kesehatan, alasan hukum, atau keinginan untuk memulai sebuah keluarga.
Berikut beberapa alasan yang dapat menjelaskan mengapa banyak pasangan muda memilih untuk bercerai di zaman ini:
Baca Juga: Menguak Kondisi Warna Sebenarnya dan Makna Historis Kubah Masjid Al-Aqsa
1. Perubahan Norma Sosial
Norma sosial yang mengelilingi pernikahan telah berubah seiring berjalannya waktu. Dalam masyarakat modern, lebih banyak orang mendorong untuk mengejar karier, pendidikan, dan eksplorasi pribadi sebelum menikah.
Ini bisa membuat pernikahan menjadi lebih sulit dipertahankan, terutama jika pasangan belum siap untuk mengatasi konflik atau tuntutan pernikahan.
2. Teknologi dan Ketergantungan Medsos
Perkembangan teknologi dan media sosial telah memengaruhi hubungan pasangan muda. Teknologi dapat mengganggu komunikasi dalam hubungan, menciptakan ketidaksetiaan emosional, dan bahkan menyebabkan perselisihan yang lebih sering.
Ketergantungan pada perangkat elektronik juga dapat mengaburkan keintiman dalam hubungan.
Baca Juga: Bikin Bangga! PMI Kirim 26 Ton Bantuan Kemanusiaan Untuk Rakyat Palestina
3. Kurangnya Kesiapan dalam Berkomitmen
Banyak pasangan muda mungkin belum siap untuk menghadapi komitmen jangka panjang yang dibutuhkan dalam pernikahan.
Mereka mungkin merasa belum siap untuk menghadapi tanggung jawab keuangan, emosional, dan psikologis yang datang dengan pernikahan. Hal ini dapat memicu ketidakstabilan dalam hubungan.
4. Konflik Komunikasi
Komunikasi yang buruk atau kurang efektif adalah salah satu penyebab utama perselisihan dalam pernikahan. Pasangan muda mungkin tidak memiliki keterampilan yang cukup untuk mengatasi perbedaan pendapat atau ketegangan dalam hubungan, yang bisa mengarah ke perpecahan.
5. Perbedaan Nilai dan Tujuan Hidup
Pasangan muda sering mengalami perubahan dalam nilai, tujuan, dan aspirasi hidup mereka seiring berjalannya waktu.
Jika pasangan tidak dapat berkomunikasi dan menemukan cara untuk menyelaraskan visi mereka untuk masa depan, hal ini dapat mengarah pada konflik yang tak teratasi.
6. Tekanan Eksternal
Tekanan dari keluarga, teman-teman, atau lingkungan sosial dapat memengaruhi keputusan untuk bercerai. Pasangan muda mungkin merasa terdorong untuk mengejar standar sosial atau ekspektasi dari pihak lain, bahkan jika ini tidak selalu sesuai dengan kebahagiaan mereka sendiri.
7. Kemungkinan Gagalnya Perkawinan Terdahulu
Beberapa pasangan muda mungkin sudah memiliki pengalaman perkawinan sebelumnya yang gagal, yang dapat membuat mereka lebih rentan terhadap perceraian kedua.
Pengalaman traumatis sebelumnya dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk membangun kepercayaan dan komitmen dalam hubungan baru.
Banyak faktor yang dapat memengaruhi keputusan pasangan muda untuk bercerai di zaman ini. Dalam usaha untuk mengatasi tantangan dalam pernikahan, penting untuk membangun komunikasi yang kuat, komitmen yang berkelanjutan, dan keterampilan dalam menangani konflik.
Pendidikan mengenai keberlanjutan pernikahan dan dukungan sosial juga dapat berperan besar dalam membantu pasangan muda untuk menjaga pernikahan mereka dan meraih kebahagiaan bersama.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Z Creators