INDOZONE.ID - Wiji Thukul adalah seorang aktivis yang terkenal dengan karya-karya puisi ciptaannya.
Puisi yang diciptakan Wiji Thukul sebagian besar berisi tentang perlawanan terhadap pemerintahan Orde Baru.
Selain itu, puisi yang ditulis Wiji Thukul juga memuat kritik dan saran kepada para pejabat.
Sayangnya, kritikan Wiji Thukul lewat puisi-puisi ciptaannya, membuatnya menjadi korban penculikan 1988.
Puisi Pendek Wiji Thukul
Kebanyakan puisi Wiji Thukul pendek dan singkat, namun penuh makna mendalam dalam menentang penindasan.
1. Penyair
jika tak ada mesin ketik
aku akan menulis dengan tangan
jika tak ada tinta hitam
aku akan menulis dengan arang
jika tak ada kertas
aku akan menulis pada dinding
jika aku menulis dilarang
aku akan menulis dengan
tetes darah!
2. Nyanyian Akan Rumput
jalan raya dilebarkan
kami terusir
mendirikan kampung
digusur
kami pindah-pindah
menempel di tembok-tembok
dicabut
terbuang
kami rumput
butuh tanah
dengar!
Ayo gabung ke kami
Biar jadi mimpi buruk presiden!
3. Bunga dan Tembok
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau kehendaki tumbuh
Engkau lebih suka membangun
Rumah dan merampas tanah
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau kehendaki adanya
Engkau lebih suka membangun
Jalan raya dan pagar besi
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang
Dirontokkan di Bumi kami sendiri
Jika kami bunga
Engkau adalah tembok itu
Tapi di tubuh tembok itu
Telah kami sebar biji-biji
Suatu saat kami akan tumbuh bersama
Dengan keyakinan: engkau harus hancur!
Dalam keyakinan kami
Di mana pun tirani harus tumbang!
4. Puisi untuk Adik
apakah nasib kita akan terus seperti
sepeda rongsokan karatan itu?
oh… tidak, dik!
kita akan terus melawan
waktu yang bijak bestari
kan sudah mengajari kita
bagaimana menghadapi derita
kitalah yang akan memberi senyum
kepada masa depan
jangan menyerahkan diri kepada ketakutan
kita akan terus bergulat
apakah nasib kita akan terus seperti
sepeda rongsokan karatan itu?
oh… tidak, dik!
kita harus membaca lagi
agar bisa menuliskan isi kepala
dan memahami dunia
Puisi Ciptaan Wiji Thukul
Puisi karya Wiji Thukul sangat terkenal di kalangan sastrawan dan aktivis, sehingga sering dibawakan dalam perlombaan.
5. Peringatan
Jika rakyat pergi
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa
Kalau rakyat bersembunyi
Dan berbisik-bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada dan belajar mendengar
Bila rakyat berani mengeluh
Itu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah kebenaran pasti terancam
Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan!.
6. Batas Panggung
kepada para pelaku
ini adalah daerah kekuasaan kami
jangan lewati batas ini
jangan campuri apa yang terjadi di sini
karena kalian penonton
kalian adalah orang luar
jangan rubah cerita yang telah kami susun
jangan belokkan jalan cerita yang telah kami rencanakan
karena kalian adalah penonton
kalian adalah orang luar
kalian harus diam
panggung seluas ini hanya untuk kami
apa yang terjadi d sini
jangan ditawar-tawar lagi
panggung seluas ini hanya untuk kami
jangan coba bawa pertanyaan-pertanyaan berbahaya
ke dalam permainan ini
panggung seluas ini hanya untuk kami
kalian harus bayar kami
untuk membiayai apa yang kami kerjakan di sini
biarkan kami menjalankan kekuasaan kami
tontonlah
tempatmu di situ.
7. Istirahatlah Kata-Kata
istirahatlah kata-kata
jangan menyembur-nyembur
orang-orang bisu
kembalilah ke dalam rahim
segala tangis dan kebusukan
dalam sunyi yang meringis
tempat orang-orang mengingkari
menahan ucapannya sendiri
tidurlah, kata-kata
kita bangkit nanti
menghimpun tuntutan-tuntutan
yang miskin papa dan dihancurkan
nanti kita akan mengucapkan
bersama tindakan
bikin perhitungan
tak bisa lagi ditahan-tahan
Puisi dari Wiji Thukul
Puisi Wiji Thukul sebenarnya menggunakan kata-kata sederhana, namun tetap menyentuh hati bagi siapa saja yang membacanya.
8. Tanpa Judul
kuterima kabar dari kampung
rumahku kalian geledah
buku-bukuku kalian jarah
tapi aku ucapkan banyak terima kasih
karena kalian telah memperkenalkan
sendiri
pada anak-anakku
kalian telah mengajar anak-anakku
membentuk makna kata penindasan
sejak dini
ini tak diajarkan di sekolahan
tapi rezim sekarang ini memperkenalkan
kepada kita semua
setiap hari di mana-mana
sambil nenteng-nenteng senapan
kekejaman kalian
adalah bukti pelajaran
yang tidak pernah ditulis
9. Hari Itu Aku Akan Bersiul-Siul
Pada hari coblosan nanti
aku akan masuk ke dapur
akan kujumlah gelas dan sendokku
apakah jumlahnya bertambah
setelah pemilu bubar?
Pemilu oo.. pilu pilu
Bila hari coblosan tiba nanti
aku tak akan pergi kemana-mana
aku ingin di rumah saja
mengisi jambangan
atau mananak nasi
Pemilu oo.. pilu pilu
Nanti akan kuceritakan kepadamu
apakah jadi penuh karung beras
minyak tanah
gula
atau bumbu masak
setelah suaramu dihitung
dan pesta demokrasi dinyatakan selesai
nanti akan kuceritakan kepadamu
Pemilu oo.. pilu pilu
Bila tiba harinya
hari coblosan
aku tak akan ikut berbondong-bondong
ke tempat pemungutan suara
aku tidak akan datang
aku tidak akan menyerahkan suaraku
aku tidak akan ikutan masuk
ke dalam kotak suara itu
pemilu oo.. pilu pilu
aku akan bersiul-siul
memproklamasikan kemerdekaanku
Aku akan mandi
dan bernyanyi sekeras-kerasnya
pemilu oo.. pilu pilu
Hari itu aku akan mengibarkan hakku
tinggi tinggi
akan kurayakan dengan nasi hangat
sambel bawang dan ikan asin
Pemilu oo.. pilu pilu
sambel bawang dan ikan asin
10. Sajak Tanpa Kata
Inilah kata-kataku yang pertama
Biarlah negeri ini hancur
Sebab negeri ini sudah carut-marut tak karuan
Para senimannya asyik beronani dengan seninya
Para elit politiknya ribut tak karuan
Mulutnya berbusa
Sedangkan tangannya yg hitam bergentayangan dimana saja
Mereka bersilat lidah
Menyembunyikan tangannya yang berlumur darah
Dengan meminjam bait-bait suci Tuhan
Negeri ini sudah tak bertuan kawan sebab
Para penguasa hanya sibuk bersuara tanpa makna
Karna itu kita mesti kepalkan tinju
Memukul mulut mereka yang bau
Memotong tangan mereka yang penuh dengan dosa
Apalagi yang kalian tunggu
Menunggu takkan menghasilkan apa-apa
Selama badut-badut itu masih kentut
Kita pasti akan ditikam dari belakang
Selama badut-badut itu masih bisa bernapas
Kita pasti akan digilas
Mari bersama-sama kita lemparkan mereka ke kantong sampah
Kita benamkan ke lumpur hitam
Agar mereka diam mati tak bersuara
Itulah kumpulan puisi yang diciptakan Wiji Thukul dari yang pendek sampai panjang. Mana puisi favorit kamu?
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: