Kisah Patricia Lefranc: Wanita yang Disiram Air Keras oleh Mantan yang Dioperasi 100 Kali, Kini Jadi Juru Kampanye
INDOZONE.ID - Patricia Lefranc duduk di rumahnya, di Kota Nivelles, Belgia, sambil membolak-balik buku indah berisi fotonya yang merupakan hasil jepretan dari fotografer fesyen Inggris Rankin, saat ditemui Reuters.
Dia memegang foto dirinya sebelum serangan dahsyat tahun 2009, yang dilakukan oleh mantan kekasihnya, yang kini membuat seluruh wajahnya rusak karena siraman air keras.
Foto-foto lain di dalam look book, katalog foto yang biasanya digunakan oleh merek fesyen, menunjukkan gambar dirinya dengan pose berbeda-beda.
Setelah sekitar 15 tahun berlalu, Lefranc kini sudah menerima kondisinya dengan lapang dada dan memutuskan untuk terus bergerak maju. Sekarang, perempuan itu dikenal sebagai penyintas serangan air keras dan juru kampanye.
Baca Juga: Kisah Fita soal Suami Biayai Selingkuhan, Setahun Nikah Tanpa Nafkah sampai Keguguran
"Saya sudah belajar untuk melihat diri saya sendiri setelah (serangan itu). Kalau saya lihat foto diri saya seperti ini 5 atau 6 tahun lalu, saya pasti nangis," kata Lefranc, dikutip Rabu (24/1).
"Mungkin agak kasar mengatakannya, tapi saya sudah belajar menghadapi 'keburukan' saya ini. Ya inilah saya," tambahnya.
Sementara itu, Lefranc mendapatkan serangan ini setelah dia berpisah dari mantan kekasih yang pernah melecehkannya. Laki-laki yang kini mendekam di dalam jeruji besi itu menyamar sebagai pengantar barang ketika dia menyiramnya dengan air keras.
"Saya merangkak dengan tangan saya, saya tidak bisa berjalan, dan saya melihat lengan saya meleleh seperti aspirin dan saya berkata pada diri sendiri ‘Kamu sekarat di sini’,” kata perempuan 59 tahun itu.
Baca Juga: Kisah Inspiratif Mantan Satpam hingga Jadi Pengusaha Sukses: Dari Garasi Rumah Raih Omset 50 Juta
Ibu tiga anak ini, yang wajah dan tubuhnya dipenuhi bekas luka, menghabiskan tiga bulan dalam keadaan koma. Selain itu, setelah serangan tersebut Lefranc juga harus menjalani lebih dari 100 operasi.
"Saya cuma bilang pada diri sendiri, 'Dengar, kalau kamu masih hidup, itu pasti karena suatu alasan. Pasti ada alasannya’,” ujar dia, sambil menambahkan bahwa alasannya tetap hidup adalah untuk memperjuangkan nasib orang-orang seperti dirinya.
“Bahkan sebelum kejadian itu terjadi, saya adalah seorang pejuang, saya selalu sibuk dan saya tidak ingin berdiam diri di rumah dan memberinya kepuasan," lanjut Lefranc.
Lefranc tampil dalam kampanye baru yang dilakukan oleh Rankin dan badan amal Acid Survivors Trust International (ASTi) yang berupaya meningkatkan kesadaran tentang dampak buruk dari air keras.
Selain itu, kampanye ini termasuk juga memberikan edukasi kepada masyarakat tentang dampak penggunaan bahan korosif yang biasanya digunakan di industri, khususnya dalam mode dan tekstil, serta frekuensinya di lingkungan.
“Wilayah yang terkena dampak kekerasan asam di negara-negara seperti Bangladesh, Kamboja, Pakistan adalah wilayah di mana terdapat basis industri fesyen yang besar,” kata direktur eksekutif ASTi Jaf Shah kepada Reuters.
Baca Juga: Kisah Dokter Lo Siaw Ging, Dokter Dermawan Pengabdi Kemanusiaan di Solo
Shah bilang, lookbook yang dipegang Lefranc merupakan alat advokasi yang dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong perusahaan untuk mengambil tindakan guna membantu mencegah dampak buruk bahan korosif itu dengan menerapkan kontrol yang lebih ketat.
"Zat-zat korosif ini telah dijadikan senjata oleh sebagian besar laki-laki terhadap perempuan," imbuhnya.
Menurutnya, target audiens dari lookbook ini adalah mereka para eksekutif senior yang bekerja di industri fashion. Selain potret Lefranc, lookbook berjudul 'Tear Couture' ini juga memuat foto-foto korban serangan air keras yang pernah terjadi di negara-negara dengan industri tekstil.
Shah mengungkap, setidaknya 10.000 serangan air keras terjadi setiap tahunnya di seluruh dunia, namun laporan yang kurang masih menjadi masalah besar.
Baca Juga: Kisah Rod, Anjing Pelacak Narkoba yang Pensiun Jadi Pegawai Bea Cukai Korea Selatan
"Sedikit sekali negara yang menjadikan serangan menggunakan air keras sebagai pelanggaran spesifik. Ini membuat kita tidak bisa mengetahui secara pasti jumlah serangan air keras yang terjadi secara global," ujarnya.
Penyerang Lefranc yang sudah dipenjara, yang menurutnya melecehkannya setelah dia berpisah dengannya, menyamar sebagai pengantar barang ketika dia menyiramnya dengan cairan asam.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Reuters