Sabtu, 20 APRIL 2024 • 18:20 WIB

Sejarah Hari Kartini 21 April, Pahlawan Nasional Pejuang Wanita

Author

R.A. Kartini, salah satu pahlawan perempuan Indonesia.

INDOZONE.ID - Setiap tanggal 21 April, Indonesia memperingati Hari Kartini. Peringatan ini bermula dari Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 1964 pada 2 Mei 1964.

Di mana Presiden Soekarno menetapkan RA Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Dalam keputusan tersebut, Bung Karno juga menetapkan Hari Kartini sebagai hari besar Nasional yang dirayakan setiap tahun pada tanggal 21 April, sebagai penghormatan terhadap hari lahir RA Kartini pada tanggal 21 April 1879.

Baca Juga: 11 Ide Kegiatan Lomba Hari Kartini di Sekolah dan Kantor, Seru!

Profil Kartini

Ilustrasi perayaan Hari Kartini dengan membaca puisi tentang ibu Kartini

Kartini berasal dari keluarga bangsawan sebagai putri sulung Bupati Jepara, Raden Mas Sosriningrat.

Ibunya, MA Ngasirah merupakan putri dari seorang guru pendidikan agama di Teluwakur, Jepara.

Mendapat status bangsawan memberikan Kartini akses untuk bersekolah di Europesche Lagere School (ELS), setara dengan Sekolah Dasar (SD) saat ini.

Namun, hanya anak-anak dari pejabat pemerintah yang diperbolehkan bersekolah di sana.

Meskipun demikian, Kartini tidak dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang berikutnya karena ayahnya memaksa dia mengikuti adat istiadat yang berlaku untuk menjadi seorang putri bangsawan.

Pada saat itu Kartini lebih banyak meluangkan waktunya di rumah. Namun, Kartini tidak tinggal diam.

Dengan minat yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan, ia mengumpulkan berbagai buku di rumahnya dan terus belajar serta mengembangkan kritisnya.

Saat masih muda, Kartini sudah menulis beberapa tulisan, termasuk "Upacara Perkawinan pada Suku Toraja" yang diterbitkan di Holandsche Lelie ketika usianya baru 14 tahun.

Baca Juga: Quotes Inspiratif R.A. Kartini: Membangkitkan Semangat Perempuan Indonesia

 

Surat-Surat Kartini

R.A. Kartini, salah satu pahlawan perempuan Indonesia.

Meskipun memiliki keistimewaan sebagai anak bangsawan yang dapat bersekolah di ELS.

Kartini meninggalkan pendidikannya karena persiapan untuk pernikahannya dan menanti lamaran suaminya.

Selama masa pengasingannya, ia aktif dalam korespondensi dengan teman-temannya di Belanda, menggunakan bahasa Belanda.

Salah satu dari mereka adalah Rosa Abendanon. Dalam surat-surat tersebut, Kartini mengekspresikan pemikirannya tentang berbagai isu, termasuk pendidikan perempuan, budaya feodal, pernikahan paksa, dan poligami.

Kumpulan surat Kartini itu kemudian disusun oleh Mr. J. H. Abendanon serta diterbitkan di tahun 1911 yang berjudul Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang).

Pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkan kumpulan surat tersebut dalam bahasa Melayu dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran.

Lalu, pada tahun 1938, versi Habis Gelap Terbitlah Terang yang diperbaharui diterbitkan oleh Armijn Pane, seorang sastrawan dari gerakan Pujangga Baru.

RA Kartini Menikah dengan Bupati Rembang

Ilustrasi perayaan Hari Kartini dengan pembacaan puisi tentang Kartini

Kartini menikah dengan Raden Adipati Joyodiningrat, yang merupakan seorang Bupati Rembang. Setelah pernikahan mereka, mereka pindah bersama ke daerah Rembang.

Suaminya memberikan dukungan penuh terhadap keinginan Kartini untuk mendirikan sekolah wanita di sekitar kompleks kantor kabupaten Rembang, yang kini dikenal sebagai Gedung Pramuka.

Baca Juga: 38 Baju Adat Lengkap dari Seluruh Provinsi di Indonesia, dari Aceh Sampai Papua

Setelah menikah, Kartini merasa pemikirannya berkembang. Ia mencatat pengalamannya ini dalam surat kepada Rosa Abendanon.

“Saya sudah mengetahui banyak hal di rumah orang tua saya. Tetapi di sini, di mana saya bersama suami saya, kami memikirkan segala sesuatu bersama, saya mulai memahami lebih dalam segala aspek kehidupannya, termasuk pekerjaan dan usahanya." tulis Kartini

Saya menjadi tahu tentang banyak hal yang sebelumnya tidak saya ketahui, bahkan saya tidak pernah menduga akan ada hal itu,” lanjutnya.

Dari pernikahannya dengan Bupati Rembang, Kartini melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Soesalit Djojoadhiningrat, yang lahir pada tanggal 13 September 1904.

Namun, tidak lama setelah melahirkan, Kartini meninggal dunia pada tanggal 17 September 1904, pada usia 25 tahun. Ia dikebumikan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.

Z Creators.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Uici.ac.id