INDOZONE.ID - Sebelum seperti sekarang, warna pink pernah menjadi warna yang identik dengan laki-laki, sedangkan warna biru tua identik dengan perempuan. Hal itu terjadi pada awal abad ke-20.
Pada zaman itu, warna pink diasosiasikan sebagai versi "lebih kuat" dari merah, yang merupakan warna yang lebih dominan dan berani.
Sebaliknya, biru dianggap sebagai warna yang lembut dan menenangkan, sehingga lebih cocok untuk perempuan.
Baca Juga: Tiga Peringatan Penuh Makna pada 10 Maret 2024, dari Perfilman hingga Kesetaraan Gender
Pada tahun 1940-an dan 1950-an, tren pemasaran mulai merubah persepsi tersebut. Produsen pakaian dan barang-barang bayi memasarkan warna pink sebagai warna feminin dan biru sebagai warna maskulin.
Hal ini bertujuan untuk memudahkan pemasaran pakaian dan produk anak-anak.
Seiring berjalannya waktu, iklan dan media juga mulai mengikuti tren ini dengan menargetkan pasar wanita menggunakan warna pink untuk menarik perhatian.
Sementara biru digunakan untuk produk pria. Kampanye iklan ini membantu memperkuat asosiasi warna dengan gender.
Baca Juga: Anak Nadya Hutagalung Pilih Ganti Nama usai Jadi Gender Netral, Pakar UI: Harus Respect
Perubahan sosial dan budaya juga berkontribusi pada perubahan ini. Setelah Perang Dunia II, pergeseran budaya memperkuat pembagian warna gender yang lebih tradisional, dengan pink menjadi identik dengan feminin dan biru dengan maskulin.
Perubahan pandangan warna berdasarkan gender ini adalah contoh bagaimana norma-norma sosial dan pemasaran dapat mempengaruhi pandangan kita tentang warna dan gender.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Smithsonian Magazine