INDOZONE.ID - Love bombing adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku manipulatif saat seseorang memberikan perhatian, pujian, dan kasih sayang yang berlebihan.
Tujuan love bombing adalah membuat orang lain merasa terikat secara emosional atau terjebak dalam hubungan tersebut.
7 Cara Atasi Love Bombing
- Kenali Tanda-tandanya
Perhatikan jika seseorang menunjukkan kasih sayang secara berlebihan dan cepat, seperti memberi hadiah mahal, sering menelepon atau mengirim pesan, atau menyatakan cinta dengan intens dalam waktu singkat.
- Pertahankan Batasan
Tetapkan batasan yang jelas dan tegas dalam hubungan. Jangan ragu untuk mengkomunikasikan kebutuhan dan batasan pribadi kamu.
Baca Juga: Ternyata 6 Perlakuan ini Termasuk Tanda Love Bombing, Nomor 2 Paling Umum!
- Evaluasi Motivasi
Pertimbangkan apakah perhatian yang diberikan, tulus atau hanya untuk manipulasi. Jika seseorang tampak terlalu memaksakan perasaan mereka atau membuat seseorang merasa tidak nyaman, itu bisa menjadi tanda love bombing.
- Ambil Jarak
Jika merasa tertekan, beri jarak dari orang tersebut untuk mendapatkan perspektif yang lebih objektif tentang hubungan tersebut. Jarak fisik dan emosional dapat membantu untuk menganalisis situasi dengan lebih baik.
- Cari Dukungan
Diskusikan situasi hubungan dengan teman dekat, keluarga, atau seorang profesional. Mereka dapat memberikan perspektif luar dan saran yang berguna.
- Tetap Berpegang pada Identitas Pribadi
Tetap pertahankan minat, hobi, prinsip, dan hubungan sosial yang sehat.
Baca Juga: Gemar Memanfaatkan Orang Lain, 3 Zodiak Ini Dikenal Paling Manipulatif, Jangan Tertipu!
- Tindakan Tegas
Jika merasa bahwa love bombing terus berlanjut dan berdampak negatif pada kesehatan mental, pertimbangkan untuk mengakhiri hubungan tersebut atau mencari bantuan dari seorang konselor atau ahli terapi.
Mengatasi love bombing memerlukan pemahaman dan kewaspadaan. Penting untuk melindungi diri dari manipulasi emosional dan menjaga kesehatan mental.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Healthline, Psychology Today