Senin, 20 JANUARI 2025 • 17:00 WIB

Mengenal Lavender Marriage, Pernikahan Tanpa Cinta karena Orientasi Seksual

Author

Ilustrasi Lavender Marriage

INDOZONE.ID - Lavender Marriage adalah pernikahan tanpa cinta, istilah yang menyoroti hubungan rumit antara jati diri dan persepsi publik. Sebagian orang memilih untuk menjalani pernikahan ini.

Kali ini, Indozone akan membahas bagaimana cinta dan identitas bertemu dengan realitas sosial, sering memunculkan keputusan yang tidak biasa.

Salah satunya Lavender Marriage, sebuah konsep yang terdengar asing namun memiliki cerita menarik didalamnya.

Lavender Marriage adalah sebuah ikatan pernikahan antara pria dan wanita yang mana setidaknya salah satu pasangan menjalani homoseksual, alias biseksual.

Secara historis, Lavender Marriage dipilih untuk menyembunyikan orientasi seksual mereka karena merasa tidak ada penerimaan di tengah masyarakat.

Istilah 'lavender' berarti warna yang bercampur dan secara tradisional dikaitkan dengan gender, melambangkan perpaduan dalam rangkaian ini.

Baca Juga: Sewa Detektif Pra-Nikah Jadi Ledakan Bisnis Baru di India, Seilidiki Latar Belakang Pasangan Sebelum Resmi

Meski pernikahan ini umum dalam beberapa tahun terakhir ketika visibilitas dan penerimaan LGBTQ+ lebih rendah, pernikahan ini terus dilakukan karena berbagai alasan pribadi dan sosial, menyoroti interaksi kompleks antara jati diri dan persepsi publik.

Lavender Marriage sering terbentuk karena beban teradap ekspetasi publik, membuat serangkaian tantangan dan kenyataan yang unik. 

Saat kita mempelajari hubungan ini, penting untuk memahami dampak yang ditimbulkan bagi mereka yang menjalani.

5 Dampak dari Lavender Marriage

1. Tekanan Emosional

Orang-orang yang memilih pernikahan ini mungkin berjuang membedakan antara kepribadian di depan publik dan jati diri sesungguhnya.

Tantangan ini menyebabkan tekanan emosional yang mendalam, dampaknya bisa mengalami kecemasan, depresi, hingga krisis identitas.

Tekanan yang terjadi terus menerus ini bisa membahayakan kesehatan dan kesejahteraan mental secara menyeluruh, mengakibatkan hari-hari yang dijalani selalu terasa rumit.

2. Tantangan Hubungan

Dalam Lavender Marriage, ketiadaan cinta menjadi dasar ketidakpuasan.

Pasangan yang menjalani hubungan ini rentan menghadapi konflik berkelanjutan, karena kurangnya keintiman dan ikatan emosional.

3. Mengisolasi Diri dari Publik

Ilustrasi wanita sedang cemas.

Orang yang menjalani Lavender Marriage akan terjebak di antara dua dunia, tidak sepenuhnya cocok dengan keduanya.

Baca Juga: Wanita Muda Ini Batal Nikah karena Calon Suami Nikahi Cewek Lain 4 Hari Sebelum Pernikahan

Merasa terasingkan dapat timbul karena penyembunyian jati diri yang sebenarnya, memperburuk rasa kesepian dan kesalahpahaman dengan sekitar.

4. Dampak terhadap Anak-Anak

Anak yang dibesarkan dalam bayang-bayang Lavender Marriage akan menghadapi tantangan tersendiri, mulai dari memahami sifat tidak umum dari keluarga, hingga menghadapi persepsi eksternal dan stigma masyarakat.

Lingkungan seperti ini bisa membuat anak kebingungan, tekanan emosional, dan pertanyaan mengenai identitas hubungan.

5. Rusaknya Reputasi

Terungkapnya Lavender Marriage seseorang, dapat merusak hubungan personal dan profesional, berujung pada serangkaian dampak yang meluas hingga ke luar keluarga inti dan berdampak pada lingkungan sosial hingga pekerjaan.

Memahami arti dan berbagai konsekuensi dari Lavender Marriage sangat penting untuk memahami kompleksitas yang dihadapi oleh individu dalam hubungan ini.

Meskipun mereka menawarkan kedok kesesuaian, kenyataannya sering kali merupakan pemicu tantangan emosional, hukum, dan sosial, karena dilema antara menunjukkan jati diri dan mementingkan persepsi publik.

Penulis: Eliani Kusnedi 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Marriage.com