INDOZONE.ID - Hiruk pikuk kesuksesan kunjungan Presiden Turkiye, Recep Tayyip Erdoğan, masih terasa sampai hari ini. Sambutan meriah dari Indonesia berhasil menjadi berita baik yang menghiasi dunia pertelevisian Turkiye selama beberapa hari.
Kesuksesan acara tersebut tidak lepas dari peran beberapa orang yang bertanggung jawab selama acara berlangsung. Salah satunya adalah peran dari penerjemah presiden Erdoğan, yaitu Imam.
Pria yang sekarang berusia 29 tahun ini berhasil menjadi penghubung diplomasi antara presiden Erdoğan dan presiden Prabowo. Menariknya, pertemuan tersebut merupakan pertemuan ketiga Imam dengan presiden Erdoğan.
Baca Juga: Salut! Siswi SMK di Kediri Jadi Barber Sepulang Sekolah, Inspirasi Anak Muda Mandiri
Pria bernama lengkap Imam Syafi’ie yang lahir dan besar di Sumenep Madura ini tidak menyangka kalau hidupnya bisa berubah sedemekian rupa. Ia berasal dari keluarga sederhana.
Pendidikan TK sampai MA-nya (Madrasah Aliyah, setingkat SMA) ia habiskan di sebuah yayasan yang sama. Yayasan tersebut merupakan sebuah pesantren kecil dan tidak populer bernama Pesantren Nurul Islam Karangcempaka.
Letaknya tidak jauh dari kediaman Imam di Sumenep. Ia kemudian mulai tinggal di pondok pesantren (mondok) sejak MI (Madrasah Ibtidaiyah, setara SD) sampai lulus MA. Selesai lulus MA, Imam sempat mengabdi selama satu tahun di sana.
Menjelang lulus SMA, Imam tidak berharap banyak untuk bisa melanjutkan kuliah karena keterbatasan biaya. Tetapi kemudian Imam dipanggil oleh kiai tempat ia mondok dan sekolah.
Baca Juga: 111 Caption Bahasa Inggris tentang Ice Cream, Lucu Aesthetic!
Kiai tersebut menginformasikan bahwa ada beasiswa pendidikan ke Turki yang bisa ia coba. Beasiswa yang berasal dari pemerintah Turki ini terbuka untuk mahasiswa asing seperti Imam.
Setelah mempelajari kualifikasi yang diajukan, Imam merasa dirinya cocok untuk mendaftar. Lama persiapan beasiswa itu saja Imam membutuhkan waktu sekitar 6-7 bulan.
Berkat ketekunannya, ia berhasil mendapatkan beasiswa di Universitas Ankara, Fakultas Bahasa, Sejarah, dan Geografi, jurusan Ilmu sejarah. Tahun 2014 adalah tahun di mana Imam mendapatkan beasiswa itu dan bertemu dengan titik balik hidupnya.
Ia menghabiskan masa studinya di Ankara dengan penuh perjuangan. Karena sadar bahwa ia bisa ke sana berkat beasiswa, Imam tentu tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ia dapat.
Selain mempelajari substansi mata kuliah yang diambilnya, Imam juga dituntut harus lancar berbahasa Turki karena mata kuliah yang disampaikan selama pembelajaran seratus persen menggunakan bahasa Turki. Berkat ketekunannya, ia berhasil menjadi salah satu peraih mahasiswa berprestasi di tahun 2019 saat ia wisuda.
Imam kemudian diberikan kesempatan untuk berpidato di depan presiden Erdoğan dan pejabat negara Turki yang ikut hadir di acara kelulusannya. Hari itu merupakan pertemuan pertamanya dengan sang presiden.
Seorang pria yang berasal dari desa terpencil di pulau Madura ini ternyata bisa berprestasi dan mencetak sejarah baru di luar negeri. Ia mengaku bahwa peristiwa tersebut merupakan momentum terbaik selama hidupnya.
Perkenalan Imam dengan dunia interpreting dan translating dimulai ketika ia menempuh pendidikannya di Ankara. Ia seringkali diminta bantuan oleh teman-temannya untuk menjadi penerjemah dadakan karena kemampuan bahasa Turki Imam yang cukup fasih.
Baca Juga: Kisah Rosi, Sukses Hijrah ke Inggris Suami Kerja di Industri Penerbangan
Misalnya menjadi penerjemah mereka ketika pergi ke rumah sakit atau ketika harus berurusan dengan birokrasi di Turki. Saat itu Imam membantu mereka dengan cuma-cuma.
Ia juga aktif di kegiatan perhimpunan pelajar Indonesia di Turki. Hal-hal kecil itulah yang akhirnya membuat kemampuan berbahasa Turki Imam kian berkembang.
Tugas resmi pertama Imam sebagai penerjemah saat itu adalah ketika ia menjadi penerjemah untuk tim advance dan kru pesawat kepresidenan saat kunjungan presiden Jokowi ke Turki di tahun 2017.
Ia membantu staff ground handling pesawat kepresidenan Republik Indonesia. Imam bertugas bersama satu rekannya yang bernama (alm) Fauzi Ahmad. Di sanalah kemampuan interpreting Imam semakin terasah dengan profesional.
Lulus kuliah, Imam langsung diberikan kepercayaan untuk menjadi interpreter tingkat tinggi dalam acara pertemuan Bilateral Indonesia-Turkiye saat G20 Summit di Bali. Saat itu Imam ditunjuk langsung oleh Lalu Muhammad Iqbal selaku Duta Besar Indonesia untuk Turki saat itu.
Baca Juga: 111 Caption Bahasa Inggris tentang Ice Cream, Lucu Aesthetic!
Di acara tersebut sebenarnya Imam mendapat tugas sebagai interpreter untuk presiden Indonesia dan Turki. Hanya saja, saat itu presiden Erdoğan membawa interpreternya sendiri. Imam akhirnya hanya bertugas menjadi interpreter presiden Jokowi.
Acara G20 Summit kemarin merupakan pertemuan kedua Imam dengan presiden Erdoğan meskipun tidak secara langsung menerjemahkan beliau. Imam mengatakan, tugas interpreting tingkat tinggi kenegaraan biasanya ditunjuk langsung oleh pemerintah Indonesia, dalam kasus Imam adalah Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Ankara.
Di tahun 2023 Imam juga diberikan kepercayaan menjadi interpreter dua arah dalam pertemuan ketua DPR RI Puan Maharani dengan ketua parlemen Turki Prof. Mustafa Şentop. Imam juga sudah mulai banyak mendapat tugas sebagai interpreter diplomasi antara pejabat Indonesia dan Turki.
Untuk acara kunjungan kenegaraan resmi dalam rangka memperingati 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Turki dan pertemuan pertama Dewan Kerjasama Strategis Tingkat Tinggi (High Level Strategic Council) kemarin, Imam lagi-lagi diberikan kepercayaan oleh KBRI Ankara secara langsung. Ia menjadi interpreter untuk presiden Prabowo dan vice-versa.
Artinya, ia juga diberikan tugas menjadi interpreter presiden Erdoğan. Tugas kali ini sekaligus merupakan tugas interpreter pertamanya untuk presiden Erdoğan. Imam mengaku ia sempat tidak enak makan dan tidur menjelang penugasannya.
Bagaimana tidak, ia dituntut harus serius dan teliti menerjemahkan setiap kata dan kalimat yang keluar dari kedua kepala negara tersebut. Salah satu kata saja bisa berarti salah makna. Setelah kunjungan tersebut berakhir sukses, ia akhirnya bisa bernafas lega.
Selain menjadi penerjemah dan interpreter, Imam juga mendirikan kursus bahasa Turki online yang ia beri nama Lugat.id. Ia mengelolanya bersama sang istri yang juga lulusan Turki.
Kadang-kadang ia juga menjadi penerjemah keluarga Turki yang berniat menikah dengan orang Indonesia secara online. Ia juga menulis buku grammar bahasa Turki bersama istrinya.
Sambil menikmati momen slow livingnya di Jogja, Imam tidak berhenti untuk upgrade keilmuannya dengan melanjutkan pendidikan S2 di UGM. Ia melanjutkan studi S2-nya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL), dengan jurusan Ilmu Hubungan Internasional.
Imam berujar, mental yang kuat serta do‘a orang tua dan keluarga menjadi kekuatannya selama bertugas sebagai penerjemah dan interpreter kenegaraan.
Momen starstruck bertemu dengan pejabat penting bisa diatasi dengan mudah. Tetapi mental kuat menjadi fondasi penting yang mampu menunjang performa selama bertugas.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Amatan