INDOZONE.ID - Setiap tanggal 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Tahun ini, peringatan Harkitnas ke-117 mengusung tema "Bangkit Bersama Wujudkan Indonesia Kuat".
Tema ini mengajak seluruh komponen masyarakat untuk terus berjuang dan bangkit dari berbagai tantangan, mulai dari sosial, ekonomi, hingga lingkungan, guna menciptakan Indonesia yang kuat, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Perjalanan waktu yang tak lekang oleh waktu mengingatkan kita akan pentingnya nilai historis dan peristiwa masa lalu.
Baca Juga: Panduan Lengkap Tata Cara Upacara Hari Kebangkitan Nasional 2024
Pada 20 Mei, Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional, mengenang semangat pergerakan nasional yang dimulai dengan lahirnya Budi Utomo pada 1908.
Di era digital ini, peringatan Harkitnas perlu diartikan ulang sebagai upaya menjaga persatuan bangsa dari ancaman disintegrasi non-tradisional, seperti penyebaran informasi palsu, polarisasi sosial, dan perang wacana di media digital.
Dalam beberapa kesempatan, Bapak Presiden Prabowo telah mengingatkan bahwa ada pihak luar yang berusaha memecah belah bangsa dengan memanfaatkan perbedaan dan keberagaman di Indonesia untuk adu domba, provokasi, dan propaganda.
Penjajahan modern kini hadir dalam bentuk manipulasi informasi dan infiltrasi ideologis yang dapat merusak kohesi sosial bangsa.
Dalam studi geopolitik kontemporer, fenomena ini dikenal sebagai "soft subversion", yaitu pelemahan kedaulatan melalui dominasi narasi dan disinformasi.
Budi Utomo sebagai simbol awal dari semangat intelektual untuk mencerahkan dan mengangkat martabat bangsa melalui ilmu pengetahuan dan kesadaran kolektif, bukan hanya karena kesadaran politik.
Kebangkitan nasional merupakan peristiwa budaya dan moral yang mendahului perubahan politik.
Dalam perspektif teori perubahan sosial, kebangkitan nasional dapat dipahami sebagai transisi dari kesadaran individual menuju kesadaran kolektif.
Tantangan Kebangkitan Nasional di Era Digital
Di era digital saat ini, di mana opini seringkali lebih kuat daripada fakta dan emosi lebih dominan daripada logika, kebangkitan nasional perlu diadaptasi ke dalam ruang digital.
Menurut data We Are Social 2024, orang Indonesia rata-rata menghabiskan lebih dari 7 jam 42 menit sehari untuk mengakses internet, dengan 3 jam 18 menit di antaranya digunakan untuk media sosial.
Hal ini menunjukkan bahwa platform digital telah menjadi arena utama bagi pertarungan identitas, nilai, dan kepentingan.
Ruang digital saat ini dipenuhi dengan ujaran kebencian, hoaks, dan provokasi yang dapat memperburuk polarisasi masyarakat.
Oleh karena itu, literasi digital menjadi penting dalam era modern ini untuk membentuk warga negara yang bertanggung jawab, kritis, dan aktif dalam memperkuat demokrasi digital.
Maka dari itu, kita harus meriahkan momen Harkitnas ini sebagai refleksi agar selalu menyebarkan pesan-pesan kerukunan dan menjadi agen perdamaian di media sosial.
Baca Juga: Memahami Tema Hari Kebangkitan Nasional 2024, Bangkit untuk Indonesia Emas
Dengan ini, kita bisa mengatasi narasi perpecahan dan mencegahnya menjadi kebenaran semu yang memecah belah bangsa.
Tugas ini bukan hanya milik pemerintah, tetapi tanggung jawab bersama seluruh warga negara yang mencintai Indonesia.
Kita memerlukan kebangkitan yang transformatif, bukan hanya simbolik, yang mampu menghadapi tantangan saat ini dan merumuskan solusi untuk masa depan.
Hari Kebangkitan Nasional adalah milik seluruh bangsa Indonesia, bukan hanya milik kelompok atau elit tertentu.
Di tengah derasnya pengaruh luar, Harkitnas menjadi panggilan untuk memperkuat identitas nasional dan kesadaran kebangsaan, sehingga kita dapat berdiri tegak di arena global dengan percaya diri dan martabat. Mari kita berkontribusi untuk perdamaian bersama.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Kemenag.go.id