Kucing Kuwuk Kembali Menyatu dengan Hutan Gunung Raung: Simbol Nyata Gerakan Konservasi Satwa
INDOZONE.ID - Di lereng sunyi Gunung Raung, Jawa Timur, seekor kucing kuwuk (Prionailurus bengalensis) kembali merasakan kebebasan alaminya.
Pada Selasa, 4 Juni 2025, satwa mungil ini dilepasliarkan setelah sebelumnya ditemukan dalam kondisi liar di kawasan Sukowono, Jember.
Meski sempat berada dalam pengawasan manusia, naluri liarnya tetap kuat, tanda bahwa hewan ini belum mengalami domestikasi.
Kucing kuwuk, salah satu jenis kucing liar yang dilindungi di Indonesia, ditemukan oleh warga yang kemudian menyerahkannya secara sukarela kepada Polsek Sukowono.
Baca Juga: Pernikahan Dini Itu Bukan Solusi! Itu Alarm Kegagalan Edukasi Seksual
Keputusan ini merupakan langkah penting yang menunjukkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya perlindungan satwa liar. Satwa nokturnal ini tetap menunjukkan karakter aslinya sebagai predator kecil yang tangguh.
Setelah diterima oleh kepolisian, penanganan dilanjutkan oleh tim Matawali dari Resort Konservasi Wilayah 14 Jember.
Kolaborasi antara aparat penegak hukum dan petugas konservasi menjadi kunci dalam proses pelepasliaran yang dilaksanakan secara terstruktur.
Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur, Nur Patria Kurniawan, menyatakan bahwa gerakan ini adalah bagian dari program Matawali (Penyelamatan Satwa Liar) yang diluncurkan sebagai respons terhadap meningkatnya ancaman terhadap satwa liar.
Lokasi pelepasliaran dipilih dengan hati-hati di kawasan hutan alam lereng Gunung Raung, wilayah RPH Sumberjambe, KPH Jember.
Wilayah ini dikenal karena jaraknya yang jauh dari pemukiman manusia, tutupan vegetasi yang lebat, serta kehadiran mangsa alami yang cukup bagi keberlangsungan hidup kucing kuwuk. Kondisi ini menjadi ekosistem yang mendukung bagi satwa predator seperti kucing kuwuk.
“Pintu kandang dibuka. Sang kuwuk melesat ke semak, menghilang di balik lebatnya vegetasi,” menggambarkan momen penuh haru saat kucing tersebut kembali ke habitat aslinya. Tidak ada seremoni, hanya iringan suara angin dan hutan.
Pelepasliaran ini menyimbolkan keberhasilan konservasi yang dilakukan secara senyap namun berdampak besar. Program Matawali mengedepankan pendekatan multi-stakeholder yang melibatkan masyarakat, pengelola kawasan, dan aparat penegak hukum.
Dengan sinergi ini, program tidak hanya menjadi solusi teknis, tetapi juga menguatkan kesadaran akan pentingnya setiap individu satwa dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan. Kucing kuwuk sendiri berperan besar dalam menjaga populasi hama seperti tikus dan serangga besar.
Meski tubuhnya kecil, perannya sangat signifikan dalam menjaga ekosistem tetap stabil. Ia merupakan indikator alami dari kesehatan lingkungan, terutama di kawasan hutan tropis Indonesia.
Kini, di balik kabut Gunung Raung, satu anak hutan telah kembali ke rumahnya. Di sana, jauh dari sorotan kamera dan keramaian manusia, misi konservasi menemukan bentuk nyatanya: liar, bebas, dan penuh harapan untuk keberlangsungan hidup satwa liar Indonesia.
Banner Z Creators.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Bbksdajatim.org