Pandemi Covid 19 dan pemberlakuan PPKM memang berdampak ke berbagai sektor, terlebih pariwisata. Salah satu daerah yang paling terpukul akibat pandemi Covid-19 adalah Provinsi Bali.
Ya, Pulau Dewata ini memang mengandalkan pariwisata sebagai motor penggerak perekonomian. Namun adanya Covid-19 membuat masyarakat susah. Hal itulah yang dirasakan oleh I Ketut Hartana Adi Saputra.
Bapak tiga anak yang biasa dipanggil Bli Adi enggak mau berpangku tangan. Ia memutar otak untuk mendapatkan sumber rezeki baru salah satunya dengan membuka jasa titip atau jastib online melalui akun Instagram-nya @keboensehat_bali. Produk yang ditawarkan saat itu hanya berbagai tanaman hias.
Jastib tanaman hias yang dibuat oleh Bli Adi laris manis terutama saat awal-awal pandemi Covid-19 melanda. Karena peminatnya yang cukup banyak dan berpotensi menjadi lahan bisnis baru, Bli Adi kemudian merambah ke oleh-oleh khas Bali. Enggak disangka, peminat terhadap oleh-oleh khas Bali justru semakin banyak.
Ayam betutu, pie susu, kain tenun, pakaian, tas, perhiasan, sepatu dari butik di Seminyak, Canggu, dan Ubud hingga berbagai kerajinan khas ditawarkan ke pelanggannya. Untuk jastip, Bli Adi mematok keuntungan mulai dari Rp15 ribu hingga Rp100 ribu per barang tergantung jenis produk.
Setiap harinya, Bli Adi live dari akun Instagram-nya lebih dari delapan jam dan blusukan ke berbagai tempat yang terkadang susah ditemukan. Enggak tanggung-tanggung transaksi dari bisnis jastipnya pernah tembus Rp40 juta ketika menawarkan piring keramik.
Biasanya yang jastip adalah para pelanggan setia dari berbagai daerah di Indonesia, namun beberapa ada yang merupakan pelanggan baru.
"Karena keramahan, kenyamanan, dan membangun kepercayaan pelanggan itu sangat penting. Bagaimana barang-barang yang dipesan juga sampai dengan baik tanpa cacat sedikitpun,” ujar I Ketut Hartana Adi Saputra kepada Tim IDZ Creators.
Fokus dan terus berinovasi agar pelanggan enggak bosan menjadi kunci Bli Adi dalam menjalankan bisnisnya. Usahanya juga bisa membantu perekonomian Bali sehingga UMKM bangkit kembali.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: