Imlek di Singkawang, Kalimantan Barat memang selalu lebih meriah dari di kota-kota lainnya. Pasalnya kota yang mendapat julukan ‘sepetak Hongkong’ di Indonesia ini memang dihuni oleh lebih banyak etnis Tionghoa.
Nah salah satu tradisi Imlek dan Cap Go Meh yang Cuma ada di Singkawang ialah tradisi makan mi panjang umur.
Mi panajng umur ini sebenarnya adalah Mi Asin Singkawang. Namun, karena bentuk mi yang panjang dan filosofi panjang umur yang terkandung di dalamnya, maka warga setempat lebih suka menyebutnya dengan nama mi panjang umur.
Mi panjang umur sendiri merupakan salah satu hidangan wajib yang harus ada saat perayaan Imlek di Singkawang. Mi berwarna putih polos ini biasanya disajikan di dalam wadah besar bersama lauk ikan atau pun ayam yang kemudian disiram kuah asin khas Singkawang.
Cara memakan mie panjang umur tentu saja harus menggunakan sumpit dan wajib diacak-acak sebelum dimakan. Prosesi makan mi ini pun biasanya dilakukan bersama keluarga dengan harapan seluruh anggota keluarga bakal berumur panjang.
Uniknya, mi sepanjang dua meter tanpa putus ini hanya dibuat di Singkawang. Pabriknya pun hanya ada satu di Pasar Utama Singkawang.
Meski begitu, Imlek di Singkawang tidak hanya soal makan mie panjang umur saja. Ada lagi tradisi unik yang berlangsung pada Festival Cap Go Meh, yaitu Pawai Tatung.
Cap Go Meh sendiri sebenarnya berbeda dengan Imlek. Cap Go Meh dirayakan setiap 15 hari setelah tahun baru Imlek.
Nama Cap Go Meh diambil dari dialek Hokkien dari kata Cap Go yang berarti 15 dan Meh yang berarti malam. Jadi, secara makna, Cap Go Meh memiliki arti sebagai malam penutup rangkaian acara Imlek.
Nah jika di negara aslinya Cap Go Meh disemarakkan dengan memasang gemerlap lampion, tarian barongsai, dan arak-arakan, maka di Singkawang perayaan Cap Go Meh dihiasi dengan atraksi magis Pawai Tatung.
Ya, atraksi ini bukanlah tradisi biasa. Pasalnya pawai yang dilakukan akan melibatkan para dewa untuk mengusir roh jahat pembawa kemalangan.
Awal mula tradisi ini sendiri yaitu sejak adanya gelombang migrasi 400 tahun silam. Saat itu, Suku Khek dan Hakka dari Tiongkok berbondong-bondong migrasi ke Kalimantan Barat.
Mereka membentuk perkampungan dan menyebarkan kepercayaan yang diyakininya. Sejak saat itulah, ritual dan kebudayaan orang Tiongkok seperti perayaan Cap Go Meh terus berkembang.
Suatu ketika, perkampungan Suku Khek dan Hakka di Singkawang terkena wabah penyakit. Karena dahulu belum ada pengobatan medis yang modern, maka masyarakat setempat melakukan ritual tolak bala untuk mengusir roh-roh jahat yang mengganggu. Ritual tolak bala ini dalam Bahasa Hakka disebut Ta Ciau.
Semenjak saat itu, setiap tahunnya mereka melangsungkan ritual Ta Ciau. Hingga kini, ritual tahunan tersebut menjadi tradisi turun temurun dan dikenal dengan nama Tatung.
Tradisi Tatung selanjutya berakulturasi dengan perayaan Cap Go Meh di Singkawang. Masyarakat Singkawang percaya, Tatung dapat menyelamatkan mereka dari kesialan atau pun kemalangan. Caranya yaitu dengan memanggil roh-roh para dewa atau pun leluhur untuk memasuki raga mereka.
Di mana tubuh orang terpilih tak boleh menolak “pemberian” ini. Badan siapa nantinya yang dirasuki roh dewa maka harus siap menjalankan ritual.
Meski begitu umumnya ritual ini hanya dilakukan para kaum pria. Namun bukan berarti wanita tak bisa mengikuti pawai Tatung.
Saat ritual ini berlangsung, para tatung (peserta ritual) akan mempersiapkan diri dengan mengenakan kostum kebesaran dewa-dewa. Setelahnya, mereka berdoa di depan altar untuk kemudian menuju klenteng utama.
Usai berdoa, tubuh mereka kemudian dirasuki roh-roh dewa atau pun leluhur. Ada yang tiba-tiba menunjukkan ekspresi kemarahan, ada juga yang memainkan senjatanya.
Apa yang dilakukan ini sebenarnya bukan kemauan sendiri, sebab hal tersebut adalah kemauan roh dalam tubuh tatung. Jadi seluruh tatung harus bisa mengikuti hal magis yang terjadi dalam dirinya selama ritual ini.
Artikel Menarik Lainnya:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: