Enggak pernah terpikir oleh Multazam Tarigan bisa mendulang sukses dari budi daya kantong semar atau nepenthes. Pria yang pernah jadi dosen teknik mesin di Universitas Pasir Pengaraian (UPP) itu membangun ‘green house’ dari nol di halaman rumahnya.
Green house tersebut ia isi dengan puluhan jenis kantong semar yang ada di Indonesia, khususnya dari hutan Pulau Sumatera dan Kalimantan. Kepada Tim IDZ Creators, Multazam menceritakan semuanya bermula dari kekhawatiran.
Kala itu dirinya miris melihat banyak nepenthes terbuang percuma dan enggak dilirik masyarakat, padahal sangat bernilai.
"Sejak lama orang kita kalau buka kebun, kalau ada kantong semar pasti ditebas, dianggap semak belukar. Kenyataannya kantong semar ini termasuk tanaman hias dan ada komunitasnya. Harganya bukan puluhan ribu, tetapi bisa sampai jutaan," sebutnya.
Karena punya nilai jual, Multazam akhirnya merintis rumah budi daya nepenthes bernama ‘Yaqiza Nursery’ di Jalan Hangtuah, Wonosari, Pasir Pengaraian, Rokan Hulu (Rohul), Riau.
Niat mulia Multazam melestarikan kantong semar ternyata sempat dipandang sebelah mata. Ia mendapat cibiran karena pada waktu itu memang baru Multazam, orang di Pasir Pengaraian yang membudidayakan kantong semar. Tetapi Multazam cuek saja dan tetap keluar masuk hutan untuk menemukan bibit nepenthes.
Enggak mudah memang, tapi Multazam tak menyerah. Dirinya memakai bahan sederhana wadah bekas minuman atau makanan sebagai tempat membudi dayakan tanaman unik pemakan serangga.
Perlahan tapi pasti, karena kegigihannya memasarkan kantong semar lewat grup tanaman hias, nepenthes yang dilestarikannya terus bertambah. Akhirnya Multazam membuat akun media sosial sebagai metode pemasaran.
Seiring berjalannya waktu, kini pengemar kantong semar green house Yagiza Nursery bukan cuma di Indonesia saja, melainkan sampai mancanegara.
"Saya punya langganan yang dari Jepang. Karena sekarang sudah akrab dia pernah mengundang saya agar ke Jepang semua akomodasi disiapkan. Jadi bukan sekedar bisnis, tetapi melalui nepenthes saya bisa menambah teman dan keluarga baru," sebutnya.
Multazam menjual bibit nepenthes mulai Rp50 ribu sampai ratusan ribu Rupiah. Sementara kantong semar yang sudah besar dijualnya jutaan Rupiah. Dari usahanya ini ia mengaku mendapat omzet puluhan juta Rupiah dalam sebulan. Sebuah usaha yang enggak sia-sia.
Sejak 2020 akhirnya Multazam memutuskan berhenti jadi dosen dan fokus mengurus tanaman hias.
"Sekarang mulai fokus tanaman saja. Dan mulai menambah koleksi jungle plant yang sedang booming di luar negeri," ujar Multazam.
Multazam berharap kaum muda juga peduli dengan kekayaan alam di Indonesia.
"Karena kalau bukan kita siapa lagi. Jangan sampai kekayaan alam kita malah dibawa ke luar negeri. Dan kita hanya melihat saja dari internet," pesannya.
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join IDZ Creators dengan klik di sini
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: