Sebagian orang menganggap cacing dan belatung adalah hewan yang menjijikan. Namun, di Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, ada salah satu sekolah yang justru mengajak siswa-siswinya untuk membudidayakannya.
Berbagai jenis cacing dan belatung atau ulat black soldier fly dibudidayakan oleh guru dan siswa-siswi SMA Negeri 2 Padalarang di Kabupaten Bandung Barat.
Kedua hewan ini sengaja dikembangbiakkan karena dapat menghasilkan berbagai manfaat.
Seperti cacing misalnya, yang berguna untuk menyuburkan tanah dan juga bisa dijadikan obat berbagai penyakit seperti tifus dan demam. Sementara belatung, dapat memakan sampah organik jenis daun dan sisa makanan sehingga bisa menghasilkan kompos unggulan.
Ada beberapa jenis cacing yang dibudidayakan di sini, mulai dari jenis cacing kalung, lumbricus sampai knf.
Cara mengembangbiakkan cacing
Untuk mengembangbiakkan cacing, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Pertama, siapkan kandang atau nampan kotak yang terbuat dari kayu dengan media yang cukup luas.
Kemudian, siapkan media untuk tempat tinggal cacing.
Uniknya, untuk media sendiri para guru dan siswa ini menggunakan tanah subur yang dicampur dengan sampah organik dedaunan yang mereka dapat di setiap lubang biopori di sekitar lingkungan sekolah.
Langkah selanjutnya adalah mempersiapkan bibit indukan cacing. Tapi, jangan lupa dalam satu hari satu malam, cacing tanah ini harus diberi pakan sekali sesuai bobot berat cacing tanah yang ditanam.
Misalnya, jika cacing yang ditanam ada 1 kg, maka pakan yang diberikan pun harus sebanyak 1 kg. Pakan yang digunakan biasanya berupa sisa sayur-sayuran atau ampas tahu yang ditaburkan di atas media cacing.
Setelah diberi pakan, langkah selanjutnya adalah penyiraman media cacing agar media selalu dalam kondisi lembap. Media yang sudah jadi tanah atau kascing yang sudah dipenuhi banyak telur harus segera diganti menggunakan media baru.
Agar cacing dapat berkembang, maka telur anak dan indukan cacing harus dipisahkan di media yang berbeda. Penggantian media sendiri biasa dilakukan selama 2 minggu sekali.
Nah, tanah yang telah bercampur dengan kotoran cacing inilah yang dimanfaatkan sebagai pupuk kascing atau kompos bekas cacing.
“Dengan budidaya cacing ini, kita juga mendapatkan hasil sampingan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, yaitu menghasilkan kascing atau kompos bekas cacing,” jelas Dede Suparjo, Koordinator Pembudidayaan.
Budidaya cacing banyak untungnya
Sekolah adiwiyata memang harus mampu mengolah atau memanfaatkan semua jenis sampah menjadi hal yang berguna. Seperti sampah organik jenis dedaunan dan sisa makanan yang bisa dijadikan pakan oleh kedua jenis hewan ini. Jadi, sampah pun bisa bermanfaat menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis.
“Ketika kita membudidayakan cacing ini, ternyata banyak keuntungan juga. Buangan dari cacing itu bisa dijadikan kompos dan komposnya ternyata lebih bagus daripada kompos daun,” ujar Dedeh Suatini, Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Padalarang.
Kompos unggulan yang telah dikemas ini kemudian dijual dengan harga kisaran Rp15 ribu.
Sementara untuk cacing, dijual ke perusahaan farmasi dan pengusaha obat yang telah bekerjasama dengan pihak sekolah.
Artikel menarik lainnya:
-
Keren! Terompet Reog Buatan Mahasiswa Ponorogo Sukses Merajai Pasar Internasional
-
Uniknya! Panen Raya Labu di Turki, Ada yang Berbentuk Biola dan Seukuran Kepalan Tangan
-
Rindu Kuliner Indonesia, WNI di Belgia Rela Rogoh Rp1,5 Juta demi Seporsi Martabak!
-
Viral! Mr Nanang, Penjual Cincau Asal Bogor yang Jago 9 Bahasa, Salah Satunya Slovakia
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: