Pernah mendengar kue kering kembang waru? Tahu bentuknya seperti apa?
Kue kering kembang waru terbuat dari dua macam bahan saja, yaitu telur dan tepung ketan yang diolah sedemikian rupa.
Kembang waru termasuk jenis camilan jadul. Enggak semua wilayah memproduksi camilan ini.
Salah satu yang masih memproduksi yaitu Mbah Suwarni (75) warga Dukuh Kalongan, Desa Candirejo, Ngawen, Klaten, Jawa Tengah.
Mbah Warni, menurut keterangan anak-anaknya, sudah memproduksi kembang waru sejak 1989. Usahanya ini diberi nama Berkah Jaya.
Awalnya, Mbah Warni beserta suaminya, Tukiman (almarhum) berjualan mebel dan berjualan cabai di pasar Yogyakarta. Saat Indonesia dilanda krisis moneter, usaha mebelnya macet, tidak ada yang membeli.
Lalu pasutri tersebut banting setir membuka usaha pembuatan kue kembang waru.
Menurut salah seorang anak Mbah Warni, Istikomah (40), awalnya membuat hanya satu kilogram saja, karena modalnya dipakai untuk menyekolahkan anak-anak.
"Dulu ibu memulai usaha tidak langsung banyak. Hanya sekilo dua kilogram begitu, lalu dititipkan ke berbagai warung,” kenang Istikomah.
Dulu, di lingkungannya banyak yang memproduksi kue kembang waru ini. Semuanya skala besar. Di tempatnya Mbah Warni ini yang paling kecil produksinya.
Karena telaten, ulet, dan tetap konsisten di cita rasa, usaha ini mulai berkembang. Jumlah produksinya juga bertambah.
Saat usaha di Mbah Warni berkembang, justru usaha para tetangganya banyak yang gulung tikar. Sekarang, tinggal Mbah Warni saja yang usahanya tetap eksis, meskipun dikepung perkembangan jaman.
Namun karena Mbah Warni sudah tua dan pendengarannya mulai menurun, usaha dilanjutkan oleh anak-anaknya. Mbah Warni hanya ikut membantu sekedarnya.
Dalam sehari, tambah Agung, anak Mbah Suwarni yang ikut mengembangkan usaha ini, mengatakan bisa memproduksi 100 kilogram adonan per hari.
Mereka mulai membuat adonan sejak jam 02.00 dini hari sampai subuh. Saat jam kerja, adonan tersebut tinggal dibuat oleh dua orang pekerjanya.
Adonan dibentuk bulat pipih dengan diameter setelapak tangan orang dewasa. Lalu dijumput, bentuknya seperti kembang waru bila digoreng. Maka dinamakan kue kering kembang waru. Banyak pula yang menamakan kembang jambu.
Pabrik ini memproduksi dua rasa kembang waru yaitu original, rasanya gurih dan manis dilapisi gula pasir yang dilelehkan. Bila digigit rasanya kriuk empuk, perpaduan gurih dan manis menyatu di mulut.
Biasanya kembang waru menjadi suguhan saat hajatan, parayaan Natal atau tahun baru, perayaan Lebaran atau untuk camilan sehari-hari. Harganya Rp45 ribu per kilogram untuk rasa original dan Rp50 ribu untuk yang manis.
Dari usahanya ini, Mbah Warni berhasil menyekolahkan anak-anaknya, dan memenuhi kebutuhan rumah tangga lainnya.
Mbah Warni yakin, bila sebuah usaha ditekuni dengan sungguh-sungguh, pasti akan mendapatkan hasil yang maksimal.
Kini anak-anaknya pun serius melanjutkan usaha orang tuanya, sehingga makanan jadul ini masih bisa kita nikmati sampai sekarang.
Artikel Menarik Lainnya:
5 Rekomendasi Makanan Khas Blora yang Menggugah Selera, Semua Pakai Daun Jati
4 Fakta Emak-emak Tega Jual Bayi Orang Lain di Medsos, Terciduk Saat COD di Hotel Melati
Bikin Bangga! Dua Gadis Cantik Asal Indonesia ini Akan Debut Jadi Idol KPOP
Na Jaemin Model Is Back! Jaemin NCT DREAM Jadi Cover Majalah Marie Claire
Nikmatnya Nasi Pecel Godong Jati: Kuliner Legendaris Jember, Makannya Pakai Sambal Gerimis
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: