Organisasi Sayap Perempuan Muhammadiyah, Perjalanan dari Siswa Praja Wanita ke Nasyiatul 'Aisyiyah
INDOZONE.ID -Nasyiatul 'Aisyiyah, yang sering disingkat sebagai Nasyiah, adalah sebuah organisasi putri Islam yang bermula dari Siswa Praja Wanita.
Pada awal berdirinya, Perserikatan Muhammadiyah sudah memiliki beberapa lembaga pendidikan.
Pada tahun 1918, KH. Ahmad Dahlan mendirikan sebuah sekolah bernama Standart School Muhammadiyah di Suronatan, Yogyakarta, dengan menunjuk Sumodirdjo sebagai kepala sekolah.
Sumodirdjo memiliki harapan agar para siswa dapat memahami ajaran agama Islam secara lebih mendalam.
Untuk mencapai tujuan ini, ia mengadakan kelas sore yang berfungsi sebagai kegiatan ekstrakurikuler.
Baca Juga: Dewi Sartika Pelita Pendidikan Perempuan Jawa Barat, Pendiri 'Sakola Istri'
Langkah ini ternyata mendapat sambutan positif dari masyarakat, yang semakin tertarik untuk menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah-sekolah Muhammadiyah.
Melihat tingginya minat tersebut, Sumodirdjo mendapatkan ide untuk membentuk sebuah perkumpulan yang akan melahirkan kader-kader penerus Muhammadiyah.
Maka, pada tahun 1919, dengan bantuan salah satu murid KH. Ahmad Dahlan, yaitu Raden Hadjid, ia mendirikan organisasi yang dikenal dengan nama Siswa Praja.
Setelah berjalan selama tiga bulan, gagasan mengenai Siswa Praja mulai menyebar ke beberapa sekolah Muhammadiyah di wilayah Karangkajen, Bausasran, dan Kotagede.
Siswa Praja pun mulai memiliki cabang-cabang atau ranting di berbagai lokasi. Setiap minggu, Siswa Praja pusat mengadakan kunjungan rutin ke ranting-ranting tersebut.
Karena semakin banyaknya anggota, lima bulan setelah berdirinya, keanggotaan Siswa Praja mulai dibedakan berdasarkan jenis kelamin, sehingga terbentuklah Siswa Praja Pria (SPP) dan Siswa Praja Wanita (SPW).
Pada tahun 1923, Siswa Praja Wanita mulai bekerja sama dengan organisasi perempuan Muhammadiyah, yaitu 'Aisyiyah.
Baca Juga: Perjuangan Isteri Sedar, Organisasi Perempuan yang Menyuarakan Kesetaraan dan Perlawanan Sosial
Organisasi ini bahkan masuk sebagai sub-struktur dari Madjelis Aisyiyah.
Setelah Kongres Muhammadiyah ke-18 pada tahun 1929, diputuskan bahwa setiap cabang Muhammadiyah diharuskan mendirikan Siswa Praja Wanita, yang dikenal sebagai 'Aisyiyah Urusan Siswa Praja.
Kongres Muhammadiyah ke-20, yang berlangsung pada 16 Mei 1931 di Yogyakarta, memutuskan bahwa semua organisasi di bawah naungan Muhammadiyah harus menggunakan nama dalam Bahasa Arab atau Bahasa Indonesia.
Hal ini karena jumlah cabang Muhammadiyah yang semakin banyak dan telah meluas ke luar Pulau Jawa.
Keputusan kongres tersebut menetapkan bahwa Nasyiatul 'Aisyiyah menjadi bagian resmi dari organisasi Aisyiyah.
Tanggal 16 Mei 1931, yang bertepatan dengan 28 Zulhijah 1345 Hijriyah, ditetapkan sebagai hari lahir Nasyiatul 'Aisyiyah di Yogyakarta.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Suara Muhammadiyah