INDOZONE.ID - Indonesia tengah menghadapi tantangan besar dalam sektor dermatologi, dengan rasio hanya satu dermatolog untuk setiap 100.000 penduduk—jauh dari standar WHO yang merekomendasikan empat dermatolog per 100.000 orang.
Untuk menjawab tantangan ini, program Hair & Skin Research Grant 2024 hadir sebagai wadah mendukung penelitian inovatif di bidang kesehatan rambut dan kulit.
Program ini merupakan kolaborasi antara L’Oréal, Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI), dan Universitas Indonesia.
Di tahun keempat penyelenggaraannya, program ini menyoroti penelitian berbasis sumber daya alam lokal serta teknologi canggih.
Baca Juga: Bongkar Rahasia Chelsea Islan Merawat Kulit Glowing dan Sehat
Beberapa penelitian terpilih mencakup pemanfaatan minyak kelapa tradisional Aceh sebagai bahan aktif sampo anti-ketombe dan campuran kayu mesoyi serta bunga cempaka untuk melindungi kulit wajah saat ibadah haji.
Di sisi lain, teknologi seperti Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT) digunakan untuk memantau kondisi psoriasis dan kerontokan rambut.
Ketua Umum PERDOSKI, Dr. dr. Hanny Nilasari, menyatakan bahwa penelitian ini tidak hanya menjembatani teori dan praktik tetapi juga menjadi langkah strategis untuk menjawab kebutuhan kesehatan kulit dan rambut masyarakat Indonesia yang beragam.
Penelitian berbasis sains ini diharapkan mampu membawa dampak nyata di masyarakat. Sebagai perusahaan yang telah 45 tahun beroperasi di Indonesia, L’Oréal berkomitmen mendukung inovasi berbasis sains.
Baca Juga: Bikin Penggemar Syok, V BTS Pamer Tubuh Kekar Berotot selama Jalani Wamil
Junaid Murtaza, Presiden Direktur L’Oréal Indonesia, mengungkapkan bahwa program ini menunjukkan bahwa kecantikan dapat membawa dampak sosial-ekonomi yang luas.
Sejak dimulai pada 2021, Hair & Skin Research Grant telah mendanai 13 penelitian dengan total nilai hampir Rp1 miliar. Untuk 2024, lima tim peneliti terpilih berbagi pendanaan sebesar Rp475 juta.
Fokus penelitian mereka tidak hanya berorientasi pada pengembangan produk berbasis bahan lokal, tetapi juga inovasi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, seperti investigasi biomarker untuk mendeteksi hubungan antara alopesia areata dan dermatitis atopik serta analisis risiko kanker kulit berbasis indeks melanin dan eritema.
Program ini menjadi bukti pentingnya kolaborasi lintas sektor antara akademisi, profesional, dan industri.
Dengan pendekatan berbasis teknologi dan pemanfaatan sumber daya alam lokal, inisiatif ini diharapkan mampu memberikan solusi berkelanjutan yang tidak hanya relevan secara nasional tetapi juga dapat bersaing di pasar global.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan Langsung