Baru-baru ini, seorang ibu dengan anak penderita cerebral palsy viral di sosial media karena aksinya yang mendesak Pemerintah untuk melegalkan ganja medis. Desakan itu diminta oleh sang Ibu bukan tanpa alasan, Ia berpendapat bahwa ganja medis dapat meringankan kondisi penyakit anaknya.
Akan tetapi, karena penggunaannya yang sering disalahgunakan untuk kebutuhan rekreasi diri selama puluhan hingga rautsan tahun, maka ini membuat ganja medis sulit untuk dilegalkan di Indonesia.
Lantas, apa itu ganja medis sebenarnya? Dan apakah bisa digunakan untuk meringankan kondisi penyakit cerebral palsy? Berikut ini ulasan lengkapnya.
Apa Itu Ganja Medis?
Ganja medis adalah tanaman ganja yang dijadikan obat untuk terapi medis. Namun, jangan salah, ganja medis bukan berarti berbeda dengan tanaman ganja yang biasanya. Semua jenis ganja itu sama. Hanya saja, komponen tertentu dari tanaman ganja diolah menjadi ganja medis.
Di Indonesia, penggunaan ganja ini masih dilarang, meskipun di beberapa daerah sempat menjadikan ganja sebagai pengobatan tradisional. Di negara lain yang melegalisasi ganja, seperti Inggris, Amerika, dan Thailand, membuat ganja sebagai obat herbal.
Kandungan Ganja Medis
Ganja mengandung lebih dari 100 bahan kimia yang memiliki efek berbeda-beda pada tubuh.
Dilansir dari laman resmi Universitas Gadjah Mada, Prof. Apt. Zullies Ikawati, Ph.D. selaku Pakar Farmakologi dan Farmasi Klinik UGM menjelaskan bahwa ganja bisa digunakan untuk terapi atau obat karena di dalamnya mengandung beberapa komponen fitokimia yang aktif secara farmakologi.
Ganja mengandung senyawa cannabinoid yang di dalamnya terdiri dari berbagai senyawa lainnya, utamanya adalah senyawa tetrahydrocannabinol (THC) dengan sifat psikoaktif. Senyawa ini yang membuat ketergantungan dan memiliki efek bagi psikis dan mental.
Senyawa lainnya adalah cannabidiol (CBD). Senyawa ini tidak bersifat psikoaktif dan memiliki efek anti kejang. Food and Drug Administration (FDA) di Amerika menyetujui CBD sebagai obat, seperti epidiolex yang mengandung 100 mg/mL CBD dalam bentuk sirup yang dapat mengobati gangguan kejang.
"Obat yang berasal dari ganja seperti Epidiolex bisa menjadi legal ketika didaftarkan ke badan otoritas obat seperti BPOM dan disetujui untuk dapat digunakan sebagai terapi." kata Zullies.
Sebagai informasi, mayoritas produk ganja medis memiliki konsentrasi THC yang sangat rendah, sehingga tidak membuat seseorang menjadi 'tinggi' dan ber-euforia. Umumnya, konsentrasi CBD lah yang lebih tinggi, sehingga kejang-kejang dapat terobati.
Manfaat Ganja Medis
Dilansir dari hellosehat, disebutkan bahwa penggunaan ganja medis pada beberapa negara, umumnya hanya untuk mengontrol rasa sakit dan bukan untuk mengatasi rasa sakit yang parah, seperti nyeri pasca operasi atau patah tulang.
Ketika ganja digunakan secara terkontrol, maka tidak akan menyebabkan overdosis atau membuat ketagihan. Obat ini juga bisa menggantikan obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID).
Adapun sejumlah manfaat yang bisa didapatkan dengan menggunakan ganja medis., diantaranya mencegah glukoma, meningkatkan kapasitas paru, mencegah kejang karena epilepsi, sebagai terapi paliatif penderita kanker, dan mengurangi nyeri kronis seperti penyakit sarah atau sindrom tertentu.
Tak hanya itu, ganja medis juga dapat mengatasi masalah kejiwaan dan memperlambat perkembangan alzheimer.
Bagaimana dengan Ganja Medis untuk Cerebral Palsy?
Setelah mengetahui beberapa hal tentang ganja medis, pertanyaan akan kegunaan ganja medis untuk cerebral palsy seakan muncul. Cerebral palsy adalah kondisi penyakit yang menyebabkan gangguan pada otot, gerak, dan koordinasi tubuh. Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak.
Gejala utama penyakit ini adalah nyeri dan kejang. Beberapa studi menemukan bahwa ganja medis mampu meredakan nyeri dan kejang sebagai gejalanya.
Dikutip dari Celeberal Palsy Guidance, terdapat studi pada tahun 2014 yang menunjukan bahwa ganja efektif dalam mengurangi kejang otot yang menyakitkan. Studi ini dilakukan pada seseorang dengan kondisi multiple sclerosis. Meskipun demikian, kejang adalah salah satu gejala yang paling umum pada orang dengan cerebral palsy.
Selain penelitian tersebut, adapun penelitian yang diterbitkan oleh NIH pada tahun 2007, yang mana menyatakan bahwa pengalaman klinis dan penelitian pada hewan menunjukkan manfaat ganja medis pada gejala cerebral palsy.
Di sisi lain, Guru Besar Fakultas Farmasi UGM, yang dilansir dari laman resmi Universitas Gadjah Mada, menyatakan bahwa ganja bukanlah satu-satunya obat untuk mengatasi penyakit termasuk cerebral palsy. Namun, masih ada obat lain yang dapat digunakan untuk mengatasi kejang.
“Ganja bisa jadi alternatif namun bukan pilihan pertama karena ada aspek lain yang harus dipertimbangkan. Namun jika sudah jadi senyawa murni speerti CBD, terukur dosisinya dan diawasi pengobatannya oleh dokter yang kompeten itu tidak masalah,” ungkapnya.
Itulah ulasan lengkap mengenai ganja medis yang dapat kamu ketahui. Di Indonesia sendiri, hal tersebut masih di kaji. Ganja medis menimbulkan pro dan kontra di masyarakat dan beberapa instansi. Hal ini karena maraknya penggunaan ganja sebagai sarana rekreasi. Maka itu, jika dilegalkan, dirasa akan sulit terkontrol penggunaannya.
Artikel Menarik Lainnya:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: