INDOZONE.ID - Badan Keamanan Kesehatan Inggris menyebut, kasus campak meningkat tajam dalam kurun waktu tiga tahun terakhir saat anak-anak kembali masuk sekolah.
Tercatat, ada sebanyak 141 kasus campak yang terjadi dari bulan Januari hingga Juli 2023. 60 persen kasusnya banyak terjadi daerah London.
58 persen kasus campak banyak terjadi pada anak-anak berusia di bawah 10 tahun. Selebihnya, menyerang remaja berusia 15 hingga 34 tahun.
Dikutip dari The Sun, para ahli memperkirakan ada potensi kasus campak meningkat. Apalagi penyakit ini dikenal cepat menular kepada orang lain.
"Karena penggunaan vaksin yang kurang optimal yang berlangsung lama, kini terdapat risiko yang sangat nyata untuk terjadinya wabah besar di London," ujar ahli epidemiologi UKHSa, dr Vanessa Saliba.
Baca Juga: 34 Orang di Papua Tengah Dirawat Akibat Penyakit Campak dan Rubela
Sekitar satu dari 10 anak yang kembali ke sekolah di bulan September tidak mendapatkan dosis kedua suntikan MMR, yang bisa menyelamatkan nyawa serta melindungi anak-anak dari campak, gondok dan rubella.
"Ini sangat buruk dan berpotensi menimbulkan wabah besar," ujar Prof Helen Bedford, pakar kesehatan masyarakat anak di University College London.
"Tidak diragukan lagi, kita akan melihat lonjakan kasus jika hal ini terus berlanjut," sambungnya.
Penggunaan vaksin MMR di beberapa wilayah kota masih sangat rendah, yaitu 70 persen. Sementara dibutuhkan 95 persen untuk mencapai kekebalan kelompok (herd immunity).
"Kecuali lebih banyak anak yang mendapatkan vaksinasi sebelum mereka kembali," tambahnya.
Baca Juga: Warning! Kasus Campak Melonjak di Papua Tengah, Kemenkes Minta Segera Imunisasi MR
Prof Helen menjelaskan, rendahnya penyerapan vaksinasi juga bisa disebabkan oleh kurangnya petugas kesehatan di tingkat nasional.
Gejala Campak
Campak biasanya diawali dengan gejala seperti pilek termasuk juga suhu tinggi, hidung tersumbat, bersin, batuk, mata merah.
Setelahnya akan muncul ruam merah beberapa hari setelah gejala pilek. Mulai dari wajah dan belakang telinga lalu ke seluruh tubuh.
Kondisi ini biasanya hilang dalam tujuh hari, namun bisa menyebabkan komplikasi serius.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: The Sun