Jumat, 13 OKTOBER 2023 • 07:00 WIB

Studi: Masyarakat di Negara Berkembang Lebih Rentan Terkena Obesitas

Author

Ilustrasi obesitas.

INDOZONE.ID - Obesitas menjadi permasalahan yang cukup umum di beberapa negara. Setiap tahunnya, angka penderita obesitas terus mengalami kenaikan, khususnya di negara-negara berkembang.

The World Health Organization (WHO) selaku Organisasi kesehatan dunia mengidentifikasi bahwa pada tahun 2008 terdapat 1.4 miliar orang di dunia yang mengalami kelebihan berat badan, lebih dari 500 juta di antaranya mengalami obesitas.

Itu menandakan bahwa 35% orang dewasa dengan usia 20 tahun ke atas mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. WHO juga mencatat setiap tahunnya 300 ribu orang meninggal karena obesitas dan penyakit yang disebabkan oleh kelebihan berat badan.

Baca Juga: Orangtua Harus Waspada! Leher Hitam dan Perut Buncit Bisa Jadi 'Sinyal' Anak Terkena Obesitas

Melalui penelitian yang dilakukan International Fund for Agricultural Development (IFAD) di lima negara – Nigeria, Mesir, Indonesia, Bolivia, dan Zambia. Menemukan bahwa angka obesitas di negara-negara tersebut mengalami kenaikan sekitar 15 persen pada tahun 1992 ke 44 persen pada tahun 2015 di wilayah rural.

Sementara itu, di kawasan perkotaan angka obesitas naik dari 36 persen menjadi 51 persen. Kenaikan angka obesitas itu dipicu dari semakin mudahnya akses makanan dan menurunnya aktivitas fisik masyarakat.

Di negara-negara berkembang harga makanan sehat biasanya lebih mahal, dan makanan tidak sehat lebih marak dikonsumsi.

Urbanisasi memliki peran penting dalam peningkatan angka obesitas di negara-negara berkembang. Penduduk yang berpindah ke kota akan lebih mudah mendapatkan akses makanan.

Mulai dari aneka makanan olahan di pasar swalayan hingga kemudahan memesan makanan di secara online.

Keadaan tersebut mengubah kebiasaan masyarakat yang tadinya makan dari makanan tradisional menjadi makanan cepat saji yang lebih mudah ditemukan.

Ilustrasi wanita obesitas makan makanan cepat saji.

Resiko kesehatan dari pola makan seperti itu diperberat dengan ciri khas masyarakat kota yang memiliki gaya hidup banyak duduk dan sedikit olahraga atau gaya hidup sedenter. Waktu luang dihabiskan dengan hiburan yang pasif seperti nonton televisi, film, dan bermain video game.

Beberapa negara di dunia mulai terbuka dengan isu obesitas ini, mereka khawatir permasalahan obesitas ini akan berdampak perkembangan negara.

Amerika Serikat mempelopori gerakan pajak untuk makanan dan minuman tidak sehat seperti soda, langkah itu di ikuti oleh negara-negara lainnya seperti Thailand, Brunei, Singapura, hingga Afrika Selatan.

Sedangkan di Inggris, terdapat aturan yang melarang iklan pemasaran makanan tinggi gula,
garam, dan lemak kepada anak di bawah 16 tahun.

Sebuah studi yang dilakukan di Shanghai dan Hangzhou mengenai lingkungan kota menemukan bahwa masyarakat berpenghasilan sedang yang lingkungannya kurang

mendukung fasilitas untuk berjalan kaki memiliki Indeks Massa Tubuh yang lebih tinggi dibandingkan masyarakat kaya maupun miskin yang tinggal di lingkungan yang mendukung berjalan kaki.

mengontrol makanan tidak sehat dengan pembuatan kebijakan merupakan respon yang
cukup menjanjikan terhadap tingkat obesitas yang terus meningkat.

Baca Juga: Dokter Anak: Obesitas pada Anak tak Selalu Ditandai dengan Pipi Tembem ya!

Negara berkembang memiliki mandat untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilihat dari sudut pandang ekonomi maupun sosial. Mengatasi obesitas merupakan sebuah keharusan global untuk melepaskan rem pembangunan.


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.

Z Creators.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Z Creators