INDOZONE.ID - Penyakit virus Ebola (EVD) adalah salah satu penyakit yang paling ditakuti di dunia, menyebabkan wabah yang mematikan dan menimbulkan ketakutan global.
Virus ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 1976 dalam wabah yang hampir bersamaan di dua lokasi yang berbeda di Afrika, Republik Demokratik Kongo dan Sudan.
1. Sejarah Penyakit Ebola
Sejarah penyakit Ebola menunjukkan bahwa sejak wabah pertama, tidak ada kasus atau wabah yang terdeteksi antara tahun 1979 dan 1994. Namun, sejak tahun 1994, kejadian wabah telah meningkat dengan frekuensi yang mengkhawatirkan, termasuk wabah yang besar di Afrika Barat pada tahun 2014-2016.
Wabah ini, yang menyebar dari Guinea ke Liberia dan Sierra Leone, mengguncang fondasi sistem kesehatan di negara-negara tersebut dan menyebabkan ribuan kematian.
Faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan wabah Ebola meliputi perubahan ekologis, seperti deforestasi dan perubahan iklim, serta faktor sosial-ekonomi seperti kurangnya akses terhadap layanan kesehatan yang memadai dan perjalanan lintas batas yang semakin mudah.
2. Sumber Virus Ebola
Salah satu aspek yang membingungkan dari virus Ebola adalah sumber alamnya yang belum sepenuhnya dipahami. Namun, para ilmuwan percaya bahwa kelelawar buah dari keluarga Pteropodidae adalah penyebab alami virus ini.
Kelelawar buah ini dapat membawa virus tanpa menunjukkan gejala penyakit, dan interaksi manusia dengan kelelawar ini atau dengan hewan-hewan lain yang terinfeksi dapat menyebabkan penularan virus ke manusia.
Selain itu, primata non-manusia juga telah dikenal sebagai sumber infeksi manusia dalam beberapa wabah sebelumnya, meskipun mereka tidak dianggap sebagai penyebab utama.
Baca Juga: Berpotensi Pandemi, Ini Gejala Penyakit Virus Marburg yang Mirip dengan Ebola
3. Transmisi Virus Ebola
Transmisi virus Ebola terutama terjadi melalui kontak langsung dengan darah, organ, atau cairan tubuh hewan yang terinfeksi, baik hidup maupun mati. Virus ini juga dapat ditularkan melalui kontak langsung antara manusia, terutama melalui tindakan merawat yang tidak memadai terhadap individu yang terinfeksi.
Praktik pemakaman yang melibatkan kontak langsung dengan tubuh yang terinfeksi juga dapat berkontribusi pada penularan. Namun, penting untuk dicatat bahwa tidak ada bukti transmisi virus Ebola melalui udara atau melalui sentuhan kulit.
4. Gejala Penyakit Ebola
Gejala penyakit Ebola dapat bervariasi dari demam, sakit kepala, kelelahan, nyeri otot, hingga gejala gastrointestinal seperti mual dan diare. Pada kasus yang lebih parah, pasien dapat mengalami ruam, batuk, sesak napas, dan pendarahan internal dan eksternal.
Tingkat fatalitas penyakit ini bervariasi tergantung pada spesies virus, usia pasien, dan faktor-faktor lainnya, dengan tingkat kematian yang berkisar antara 25 hingga 90%.
Baca Juga: Pertama Kalinya, Dokter di Uganda Meninggal Karena Terinfeksi Ebola
5. Diagnosa Penyakit Ebola
Diagnosis penyakit Ebola merupakan tantangan tersendiri karena gejalanya pada tahap awal sering kali mirip dengan penyakit lain seperti malaria atau demam berdarah.
Diagnosis laboratorium, yang melibatkan tes PCR untuk mendeteksi RNA virus, harus dilakukan di bawah kondisi biokontainment tinggi untuk mencegah penyebaran virus.
Selain itu, diagnosa klinis dapat didukung oleh sejarah perjalanan pasien, gejala yang dialami, dan hasil pemeriksaan fisik.
6. Pengobatan Penyakit Ebola
Sampai saat ini, belum ada pengobatan spesifik untuk penyakit Ebola. Pasien EVD memerlukan perawatan suportif intensif, seperti cairan intravena, rehidrasi oral, dan pemeliharaan status oksigen dan tekanan darah.
Meskipun demikian, terapi eksperimental seperti penggunaan dua jenis antibodi monoklonal, REGN-EB3 dan mAb114, telah menunjukkan potensi dalam pengobatan infeksi yang disebabkan oleh Zaire ebolavirus.
Penyakit Ebola tetap menjadi ancaman serius bagi kesehatan global, dengan potensi untuk menyebabkan wabah yang merusak dan mematikan.
Pemahaman yang lebih dalam tentang sejarah, sumber alam, transmisi, gejala, diagnosis, dan pengobatan penyakit ini penting untuk mengendalikan penyebarannya di masa depan dan melindungi kesehatan masyarakat global.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Gov.uk