INDOZONE.ID - Alergi susu sapi adalah kondisi yang sering dihadapi oleh banyak orang tua, terutama ketika mereka memiliki bayi atau anak kecil yang menderita kondisi ini.
Meskipun umum, alergi ini sering kali menimbulkan kebingungan dan kekhawatiran.
Untuk mencegah hal tersebut, berikut adalah 6 fakta menarik tentang alergi susu sapi yang perlu kamu pahami.
1. Apa Itu Alergi Susu Sapi dan Bagaimana Bisa Terjadi?
Alergi susu sapi, yang juga dikenal sebagai alergi protein susu sapi, adalah reaksi alergi tubuh terhadap protein yang terdapat dalam susu sapi.
Ini bisa terjadi pada bayi yang diberi susu formula, karena protein susu sapi dapat terdeteksi oleh sistem kekebalan tubuh bayi melalui ASI ibu.
Gejala alergi susu sapi bisa muncul secara langsung setelah konsumsi susu, atau tertunda hingga beberapa hari.
2. Seberapa Umum Alergi Susu Sapi?
Meskipun bukan kondisi yang langka, alergi susu sapi merupakan jenis alergi makanan yang paling umum pada bayi dan anak kecil.
Diperkirakan bahwa antara 2% hingga 5% bayi dan anak-anak kecil mengalami alergi susu sapi.
Baca Juga: 3 Gejala Alergi Susu Sapi pada Anak
Hal ini sering kali muncul sebelum usia satu tahun, dan sebagian besar anak-anak akan tumbuh dari kondisi ini hingga usia sekitar 5 tahun, di mana mereka dapat mengonsumsi susu sapi lagi.
3. Penyebab dan Gejala Alergi Susu Sapi
Alergi susu sapi dipicu oleh reaksi berlebihan sistem kekebalan tubuh terhadap protein dalam susu sapi.
Gejala yang sering terjadi meliputi masalah pencernaan seperti muntah, diare, dan refluks, gejala pernapasan seperti mengi dan batuk, serta masalah kulit seperti ruam dan gatal-gatal.
Namun, penting untuk diingat bahwa gejala alergi susu sapi seringkali tidak spesifik dan bisa mirip dengan banyak kondisi lain.
4. Perbedaan antara Alergi Susu Sapi dan Intoleransi Laktosa
Meskipun keduanya terkait dengan susu sapi, alergi susu sapi dan intoleransi laktosa adalah dua kondisi yang berbeda.
Alergi terjadi karena reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap protein dalam susu sapi, sementara intoleransi disebabkan oleh kurangnya enzim laktase yang diperlukan untuk mencerna laktosa.
Intoleransi laktosa biasanya menyebabkan gejala pencernaan seperti kembung, gas, dan diare, sementara alergi susu sapi dapat menimbulkan gejala yang lebih beragam dan seringkali melibatkan sistem pernapasan dan kulit.
5. Faktor-faktor Risiko dan Dampak Lingkungan
Faktor risiko untuk alergi susu sapi termasuk faktor genetik keluarga yang memiliki alergi dan ketidakseimbangan mikrobiota usus.
Bakteri dan mikroorganisme dalam usus berperan dalam fungsi sistem kekebalan tubuh, dan ketidakseimbangan dalam mikrobiota usus dapat meningkatkan risiko alergi.
Baca Juga: Kenali Gejala Anak Alergi Susu Sapi dan Cara Untuk Mengatasinya
Selain itu, lingkungan bayi, seperti metode persalinan dan penggunaan antibiotik, juga dapat memainkan peran dalam risiko alergi.
6. Pentingnya Diagnosis dan Langkah Pengelolaan yang Tepat
Mendiagnosis alergi susu sapi dapat memakan waktu dan memerlukan kunjungan yang berulang ke dokter.
Diagnosis yang tertunda dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi bayi dan orang tua mereka, dan bahkan dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk mencari bantuan dokter dan tenaga medis profesional jika mereka mencurigai anak mereka menderita alergi susu sapi.
Alergi susu sapi bisa menjadi kondisi yang serius bagi banyak keluarga, terutama yang memiliki bayi dan anak kecil.
Meski demikian, dengan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi ini, kita dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengurangi risikonya.
Penting bagi orang tua untuk tetap waspada terhadap gejala dan faktor risiko yang terkait dengan alergi ini, serta untuk mencari bantuan profesional jika diperlukan.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Nutricia.com