INDOZONE.ID - Tayangan serial "Gadis Kretek" cukup mencuri perhatian warganet sejak dirilis. Pasalnya, serial berlatarbelakang tahun 1960-an ini diperankan oleh sejumlah bintang ternama.
Mulai dari Dian Sastrowardoyo, Ario Bayu, Arya Saloka, Putri Marino, serta Tissa Biani.
Sebelum diadaptasi menjadi sebuah serial di Netflix pada 2 November 2023 lalu, "Gadis Kretek" telah lebih dulu diterbitkan dalam bentuk novel pada tahun 2012 oleh Ratih Kumala.
Tokoh utama serial "Gadis Gretek", yaitu Dasiyah atau yang akrab disapa Jeng Yah selalu tampil dalam balutan kebaya cantik berwarna hitam, yakni kebaya janggan.
Kebaya yang dikenakan Jeng Yah ini kerap menjadi sorotan karena berbeda dengan kebaya pada umumnya.
Kebaya janggan sendiri berasal dari kata "jangga" yang dalam bahasa Jawa berarti leher. Hal ini menggambarkan keilahian, keindahan, serta kesucian perempuan keraton dan perempuan Jawa.
Hal yang membuat berbeda kebaya janggan dari kebaya lainnya adalah kerahnya yang tinggi hingga menutupi leher.
Selain itu, bahan yang digunakan untuk kebaya ini tidak diperbolehkan berbahan brokat.
Baca Juga: Kolaborasi Karya Sustainable Fashion, Wastra, Hingga Funky Kebaya Menutup SPOTLIGHT Indonesia 2023 Culture: Then and Now
Kemunculan kebaya janggan diketahui bermula pada tahun 1930-an, masa menuju akhir dari berlangsungnya Perang Diponegoro. Kebaya ini terinspirasi dari seragam militer Eropa pada masa itu.
Kerahnya yang tinggi dan kancing yang terletak di sisi kiri membuat kebaya ini sekilas terlihat seperti surjan (busana adat pria khas Jawa).
Kebaya janggan biasanya digunakan oleh abdi dalem perempuan keraton. Abdi dalem perempuan yang boleh memakai janggan hitam adalah abdi dalem keparak, wiyaga putri, pesinden, atau abdi dalem punakawan perempuan saat bertugas.
Kebaya di lingkungan Keraton Yogyakarta menjadi simbol status pemakainya. Gambaran bentuk kebaya janggan adalah tertutup penuh dari sisi atas hingga sisi bawah.
Pada bagian bawah tertutup hingga menutupi pinggang, sisi atas tertutup hingga menutupi bagian leher. Sementara bagian depan atau belakang tertutup penuh, tidak terdapat sisi terbuka sedikit pun, berbeda dengan jenis kebaya tangkeban atau pun model kutubaru.
Secara keseluruhan, kebaya janggan hitam memiliki 21 kancing. Rinciannya, ada 6 kancing terlihat pada ujung atas atau bagian leher dengan pola sejajar tiga kancing dalam dua baris.
Pada bagian dada atas terdapat 2 kancing yang posisinya juga terlihat. Ada 3 kancing di bagian depan sebagaimana baju pada umumnya, mengaitkan dua sisi, tapi posisinya tersembunyi.
Selain itu, pada bagian pergelangan tangan ada 5 kancing di masing-masing lengan kanan dan kiri dengan posisi dipasang terbuka.
Kebaya janggan hitam pemakaiannya dipadukan dengan jarik. Jarik adalah kain motif batik dengan berbagai corak yang biasa digunakan sebagai busana bawahan serupa sarung.
Namun pemakaian jarik yang dililitkan dan bentuk jarik yang ujungnya tidak tersambung membedakannya dengan sarung.
Baca Juga: Detail Kebaya Adinda Thomas di Hari Pernikahan, Mewah dengan Detail Panjang Menyapu Lantai
Terdapat sejumlah aturan pemakaian jarik saat dipadukan dengan kebaya janggan. Jarik harus dililitkan dari kiri ke kanan atau bagian kanan di dalam dan kiri di luar. Jarik pada ujungnya akan di wiru dengan ketentuan wiron ganjil.
Jumlahnya menyesuaikan ukuran tubuh, misalnya 5, 7, atau 9 lipatan disesuaikan dengan besar kecil badan yang memakainya.
Jarik kemudian diikat dan dikuatkan dengan pemakaian stagen, alat untuk mengikat jarik ke badan, agar tidak melorot atau lepas saat dikenakan.
Umumnya bahan stagen dibuat dari kain tenun tebal dengan panjang 2-4 meter. Stagen posisinya akan tertutup saat mengenakan janggan hitam sama seperti semekan.
Kebaya janggan yang umumnya berwarna hitam ingin menonjolkan karakter tegas dan berwibawa bagi sang pemakai. Sedangkan, motifnya yang polos atau kembang batu ingin menampilkan kesan sederhana dan tidak mencolok.
Kehadiran serial "Gadis Kretek" membuat eksistensi kebaya janggan kembali diperbincangkan di kalangan masyarakat saat ini.
Hal ini tentu membawa dampak positif, agar anak-anak muda dapat lebih mengenal dan mempelajari budayanya sendiri.
Sebagai generasi muda, memahami dan bangga terhadap budaya Indonesia adalah sebuah keharusan.
Setiap individu harus menanamkan rasa cinta tanah air (nasionalisme) melalui kecintaannya terhadap budaya asli Indonesia.
Anak muda berperan penting dalam proses pelestarian budaya agar tidak luntur dan ditinggalkan ke depannya.
Writer: Putri Surya Ningsih
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: TikTok/@zulvaa.id