Senin, 19 AGUSTUS 2024 • 20:42 WIB

Industri Barang Mewah Kini Mengalami Penurunan dan Sepi Pembeli, Mengapa?

Author

Toko offline Gucci di New York yang kini mengalami penurunan dan sepi pembeli. (channelnewsasia.com)

INDOZONE.ID - Industri barang mewah yang selama ini dikenal dengan kehebatannya kini menghadapi tantangan berat.

Merek-merek ternama seperti Gucci dan Burberry mengalami penurunan yang signifikan dalam penjualan mereka. Berikut beberapa penjelasan mengenai industri barang mewah kini mengalami penurunan dan sepi pembeli, mengapa?

Penurunan Penjualan di Asia-Pasifik

Toko Offline Barang Mewah Louis Vuitton di Washington DC, AS. (id.louisvuitton.com)

Toko-toko mewah yang berkilauan seperti Louis Vuitton, Chanel, dan Gucci di distrik Ginza, Tokyo, memang dikenal sebagai tempat belanja barang-barang mahal dan eksklusif. Didesain oleh arsitek top, toko-toko ini menawarkan pameran barang-barang mewah di salah satu lokasi termahal di Jepang.

Namun, dalam beberapa bulan terakhir, toko-toko ini dipenuhi oleh pemburu diskon, terutama turis dari Tiongkok yang datang ke Tokyo untuk membeli barang dengan harga lebih murah daripada di negara mereka sendiri.

Kelemahan mata uang yen Jepang telah menciptakan peluang bagi pembeli yang sebelumnya berbelanja di Tiongkok daratan atau Eropa untuk mendapatkan barang mewah dengan harga yang lebih terjangkau.

Baca Juga: Strategi Cerdik Brand Chanel, Dior, dan Hermes untuk Menarik Pelanggan High Class!

Konsumen Tiongkok yang Lebih Hati-Hati

Toko Offline Barang Mewah Burberry. (ixtenso.com)

Konsumen Tiongkok, yang selama dua dekade terakhir telah menjadi pendorong utama pertumbuhan industri barang mewah global, kini menunjukkan perilaku belanja yang lebih hati-hati. Ekonomi domestik Tiongkok yang rapuh telah membuat mereka lebih waspada dalam pengeluaran mereka.

Setelah pandemi dan periode lockdown, yang sebelumnya memicu belanja "balas dendam," kini mereka menarik diri dari konsumsi barang-barang mewah. Penurunan ini berdampak signifikan pada penjualan merek-merek seperti Burberry dan Gucci, khususnya di luar Jepang, dengan penurunan tajam dalam penjualan di wilayah Asia-Pasifik.

Baca Juga: Chanel Korea Didenda Rp42 Juta karena Kepo Tanya Informasi Pribadi Pengunjung

Dampak pada Merek Mewah Besar dan Kecil

Logo Produk Mewah Gucci. (businessoffashion.com)

Penurunan dalam konsumsi barang mewah ini mengejutkan industri yang selama ini terbiasa mengalami pertumbuhan konstan, kecuali saat pandemi. Perusahaan induk Gucci, Kering, mengalami dampak yang cukup berat dari perubahan ini.

Saham Kering turun 8 persen pada tanggal 25 Juli 2024 setelah perusahaan memperingatkan bahwa pendapatan operasional mereka bisa menurun hingga 30 persen pada paruh kedua tahun ini. Ini menurunkan nilai Kering ke level terendah dalam tujuh tahun, sementara LVMH, yang memiliki 75 merek termasuk Louis Vuitton dan Dior, juga merasakan dampaknya.

LVMH melaporkan pertumbuhan penjualan yang lemah dan nilai perusahaan menurun sebesar 9 persen tahun ini. Jean-Jacques Guiony, CFO LVMH, menyatakan bahwa perusahaan bergantung pada "daya tarik abadi dari merek-merek unggulan kami di tengah perubahan selera konsumen yang cepat" untuk menghadapi tantangan ini.

Sementara itu, merek-merek mewah yang lebih kecil, seperti Burberry, menghadapi kesulitan dalam mencapai status dan kekuatan harga yang setara dengan merek-merek besar seperti Chanel dan Louis Vuitton.

Burberry baru-baru ini mengganti CEO setelah upaya mereka untuk mencapai cachet dan kekuatan harga yang sama dengan merek-merek besar tersebut mengalami hambatan. Nilai Burberry jauh lebih kecil dibandingkan dengan Kering dan ambisi untuk mencapai status yang setara dengan Chanel tampaknya kini sulit tercapai.

Harapan untuk Masa Depan

Berbagai logo dari barang mewah di dunia. (clickedstudios.com)

Meskipun industri barang mewah mengalami penurunan yang signifikan, masih ada harapan bahwa 2024 akan menjadi tahun dengan kenaikan pembelian yang signifikan dan akan pulih pada tahun 2025.

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Channelnewasia.com