INDOZONE.ID - Emosi bukan hanya respons psikologis semata, melainkan juga membawa dampak fisiologis yang nyata pada tubuh. Salah satu organ yang paling terpengaruh oleh perubahan emosional adalah jantung. Emosi seperti stres, kemarahan, dan kecemasan bisa memicu respons tubuh yang memperbesar risiko penyakit kardiovaskular.
Dr. Baratta mengungkapkan bahwa stres adalah respon sistemik terhadap situasi yang melebihi kapasitas adaptif seseorang. Saat berada dalam kondisi stres, tubuh mengalami peningkatan aktivitas saraf simpatik yang menyebabkan jantung berdetak lebih cepat dan tekanan darah meningkat. Respon ini dikenal sebagai "fight or flight".
Jika respons ini terjadi sesekali, tubuh mampu menanganinya. Namun jika stres menjadi bagian rutin dari kehidupan, maka sistem kardiovaskular akan terus-menerus bekerja keras. Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa memicu kerusakan pada pembuluh darah dan meningkatkan risiko serangan jantung atau stroke.
Baca Juga: 5 Gejala Awal Stroke yang Sering Diabaikan dan Patut Diwaspadai
Dr. Baratta menambahkan bahwa stres emosional juga dapat memicu episode penyakit jantung seperti infark miokard akut. Bahkan ada kondisi yang dikenal sebagai "broken heart syndrome" atau kardiomiopati takotsubo, yang terjadi akibat stres emosional ekstrem dan dapat menyerupai serangan jantung.
Faktor pemicu stres bisa sangat beragam, mulai dari masalah keluarga, tekanan kerja, konflik sosial, hingga peristiwa besar seperti bencana alam atau krisis ekonomi. Dalam beberapa kasus, emosi negatif yang berkepanjangan telah dikaitkan dengan peningkatan angka kematian akibat penyakit jantung.
Menariknya, reaksi emosional terhadap peristiwa olahraga atau politik juga telah dilaporkan sebagai pemicu kejadian jantung. Misalnya, final pertandingan sepak bola yang intens dapat menyebabkan lonjakan kasus serangan jantung di antara penonton yang sangat emosional.
Mengelola emosi melalui pendekatan holistik sangat penting dalam pencegahan penyakit jantung. Latihan mindfulness, yoga, dan dukungan psikologis menjadi komponen utama dalam menjaga kestabilan emosi. Selain itu, penguatan spiritual dan aktivitas sosial juga memiliki peran besar dalam membantu individu mengatasi tekanan emosional.
Baca Juga: Bisa Sebabkan Gangguan Emosional, Ini 6 Tips Mengatasi Stres agar Tak Berkepanjangan
Dukungan dari lingkungan sekitar, seperti keluarga dan teman dekat, turut memperkuat mental seseorang. Keterlibatan dalam komunitas yang positif juga dapat menurunkan tingkat stres dan kecemasan. Dengan begitu, risiko penyakit jantung dapat ditekan.
Masyarakat perlu diberikan edukasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental sebagai bagian dari pencegahan penyakit jantung. Dengan pemahaman yang lebih luas, individu dapat lebih sadar dan proaktif dalam menjaga keseimbangan emosional dan fisik.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Infobae.com