Darbotz masuk dalam Buku Crossing The Wall: The Stories of 20 Indonesian Muralists.
INDOZONE.ID - Darbotz, seniman atau muralis yang berbasis di Jakarta, menjadi salah satu seniman yang masuk dalam buku Crossing The Wall: The Stories of 20 Indonesian Muralists. Darbotz telah memulai perjalanan artistik-nya dengan grafiti jalanan pada 1997.
Sejak 2004, Darbotz telah mengembangkan karakternya di jalanan. Gayanya berciri khas hitam dan putih dengan aksen minimal, melambangkan alter egonya, yang merefleksikan ketangguhannya dalam menghadapi tantangan kota.
Karya seninya telah menarik perhatian perusahaan-perusahaan besar seperti Nike dan Google Chrome, hingga Pemerintah Kota Jakarta, yang mengarah pada kolaborasi yang menarik.
Termasuk dalam buku Crossing The Wall: The Stories of 20 Indonesian Muralists yang digagas Mowilex. Buku ini mendokumentasikan 20 profil seniman dan komunitas mural di Indonesia, yang berkolaborasi dengan KPG, dibarengi juga dengan peluncuran merek baru Pablo Art Paints untuk kategori cat seni (lukis) dengan produk pertama yaitu Pablo Mural Paints.
Pemakaian cat memang begitu dekat dengan kehidupan seniman miral. Merek cat yang sering digunakan adalah cat Emulsion Mowilex.
Baca Juga: Lestarikan Lingkungan, Seniman Ari Bayuaji Perkenalkan Karya 'Menenun Laut' Kolaborasi Apurva Kempinski Bali
Crossing The Wall: The Stories of 20 Indonesian Muralists menceritakan perjalanan panjang 20 seniman dan komunitas mural dalam berkesenian serta berproses, hingga menemukan karakter yang mampu mewakili identitas sang seniman.
Mereka adalah (berdasarkan abjad): Anagard, Apotik Komik, Andy Rharharha, Bayu Widodo, Bujangan Urban, Darbotz, Eko Nugroho, Emus Larmawata, Farid Stevy, Farhan Siki, Geger Boyo, Komunitas Pojok, Media Legal, Marishka Sukarna, Popok Tri Wahyudi, Sinta Tantra, Stereoflow, The Popo, Taring Padi, dan Wild Drawing.
“Nama-nama tersebut kami kurasi dari ratusan seniman dengan pertimbangan antara lain kekaryaan, konsistensi, kebaruan, dan tema. Selain itu juga magnitude atau impact karya terhadap publik. Misalnya, beberapa karya mereka menjadi penanda tempat atau ikon seperti yang dilakukan Darbotz dan Stereo Flow,”, ujar Kurator dan Penulis buku Crossing The Wall, Hilmi Faiq dikutip Kamis, (3/3/2023).
Dijelaskan lebih lanjut, proses penggalian data dan wawancara berlangsung secara online sepenuhnya. Karena para penulis dan para seniman terhalang pandemi Covid-19.
Baca Juga: Seniman Bandung Ini Memberdayakan Anak Jalanan untuk Kreasi Lukisan Bakar
Dari wawancara tersebut, selain menghasilkan buku ini, juga mengendap pemahaman bahwa banyak sekali seniman atau muralis yang layak untuk dipublikasikan lebih jauh. Karya-karya mereka laik disandingkan dengan muralis-muralis dunia.
"Oleh karena itu, buku ini semestinya menjadi awal untuk menyusun direktori para muralis Nusantara," bebernya.
Berjumlah sebanyak 356 halaman, buku ini ditulis dalam Bahasa Indonesia oleh Seno Joko Suyono, Himli Faiq dan Samuel Indratma. Ada pula versi Bahasa Inggris yang diterjemahkan oleh Tjandra Kerto, Dwi Atmanta, dan Anton Kurnia, dengan dicetak dalam jumlah terbatas.
"Ini bukan buku pertama yang dibuat oleh Mowilex. Sebelumnya, Mowilex pun telah membuat buku persembahan untuk para seniman ukir kayu di Bali dalam tajuk “Balinese Woodcarving – A Heritage to Treasure"," tutupnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: