Ilustrasi pemimpin (Unsplash/@huntersrace)
Ibarat sebuah kapal, pemimpin adalah nakhodanya. Begitu pula dalam organisasi dan perusahaan, sosok pemimpin merupakan pondasi utama.
Menurut ilmuwan Paul Hersey dan penulis terkenal Kenneth Blanchard dari Amerika, kepemimpinan adalah proses memengaruhi kegiatan individu atau kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu.
Secara umum, pemimpin merupakan penentu arah organisasi atau perusahaan menuju puncak kesuksesan.
Di sisi lain, setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda satu sama lain. Masing-masing gaya kepemimpinan itu akan menjadi tolak ukur keberhasilan seorang pemimpin.
Dirangkum Indozone, berikut ini 10 gaya kepemimpinan dalam organisasi dan perusahaan yang bisa diterapkan seorang pemimpin:
Gaya kepemimpinan otokratis atau otoriter memusatkan kekuasaan penuh pada pemimpin.
Biasanya, para bawahan atau anggota tidak diberikan kebebasan untuk menentukan tujuan mereka sendiri.
Dalam arti, keputusan pemimpin bersifat mutlak, tidak bisa diganggu gugat, dan anggotanya tidak diberi kesempatan berpendapat.
Pemimpin sangat dominan dalam setiap pengambilan keputusan, kebijakan, peraturan, dan prosedur apa pun di perusahaan/organisasi.
Terkadang, gaya kepemimpinan ini bisa berjalan sukses, jika memang pemimpin punya pengalaman dan keterampilan maksimal.
Namun, kepemimpinan seperti ini juga bisa menjadi bumerang karena kemungkinan besar bawahannya menjadi 'jengah'.
Apalagi di zaman modern sekarang, kepemimpinan otokratis tidak relevan lagi untuk diterapkan.
Adapun ciri-ciri pemimpin dengan tipe kepemimpinan otokratis, antara lain:
Dalam konsep kepemimpinan demokratis, anak buah (bawahan) mempunyai peranan penting dan dilibatkan dalam setiap keputusan.
Setiap bawahan diberikan tugas dari atasan sesuai dengan kemampuan atau keahlian masing-masing.
Kreativitas, kejujuran, usaha, dan tanggung jawab, sangat terlihat jelas lewat gaya kepemimpinan yang satu ini.
Komunikasi yang terjalin dari gaya kepemimpinan ini bersifat dua arah, di mana setiap bawahan dapat menyampaikan masukan jika diperlukan.
Sosok pemimpin dengan gaya kepemimpinan demokratis akan disegani oleh bawahan, bahkan difavoritkan.
Berikutnya, gaya kepemimpinan yang diperlukan dalam sebuah perusahaan adalah tipe birokrasi.
Di sini, pemimpin tidak hanya bertugas sebagai atasan, tapi juga harus memastikan bahwa semua aturan dipatuhi oleh karyawan.
Kepemimpinan birokrasi ini cukup efektif untuk memantau hasil kerja rutin dari para karyawan.
Jadi, sekiranya ada karyawan yang malas-malasan atau tidak menunjukkan kinerja baik, atasan bisa segera mengambil sikap.
Max Weber, sosiolog dan ahli ekonomi politik dari Jerman adalah ilmuwan pertama yang membahas kepemimpinan karismatik.
Ia mendefinisikan 'karisma' yang berasal dari bahasa Yunani sebagai suatu sifat tertentu dari seseorang.
Karisma dipandang sebagai kemampuan atau kualitas istimewa manusia yang tidak dimiliki oleh orang dewasa.
Berdasarkan hal itu, pemimpin yang baik adalah seseorang yang memiliki karisma di dalam dirinya.
Seorang pemimpin karismatik memiliki rasa kepercayaan diri yang kuat, sehingga mampu memengaruhi anak buahnya.
Dengan pembawaan seperti itu, pemimpin karismatik akan membuat orang kagum, yakin, dan benar-benar percaya.
Seperti namanya, gaya kepemimpinan situasional menekankan pada pengaruh lingkungan dan situasi.
Dalam penerapannya, gaya kepemimpinan situasional terbagi menjadi 2 (dua) teori, antara lain:
Model kepemimpinan ini pertama kali diterbitkan pada 1969. Ada empat gaya kepemimpinan dari teori ini.
Di antaranya, gaya bercerita, gaya penjualan, gaya berpartisipasi, dan gaya mendelegasikan.
Untuk model SLII Blanchard ini, ada beberapa hal yang menjadi fokus perhatian, yakni pengarahan, pembinaan, pendukung, dan delegasi.
Setiap organisasi maupun perusahaan selalu membutuhkan inovasi berkelanjutan.
Untuk mencapai hal tersebut, sangat diperlukan sosok pemimpin dengan pribadi yang inovatif pula.
Pasalnya, itu nanti akan berpengaruh pada bagaimana cara ia memimpin organisasi atau perusahaan.
Inilah yang dikenal dengan gaya kepemimpinan inovatif atau innovative leadership style.
Gaya kepemimpinan inovatif lebih mengarah pada perusahaan yang memproduksi produk, layanan, dan jasa.
Tipe pemimpin seperti ini akan mengarahkan setiap karyawan memiliki ide-ide segar demi kemajuan perusahaan.
Di sisi lain, ia akan menerapkan prinsip trial and error dan berani mengambil risiko apa pun dalam setiap keputusan.
Partisipatif merupakan gaya kepemimpinan yang mengarah pada kepercayaan dan loyalitas dari bawahan ke pemimpin.
Dalam hal ini, baik pimpinan maupun bawahan akan terlibat bersama menentukan kebijakan dan aturan lainnya.
Secara sederhana, kepemimpinan transformasional diartikan sebagi proses mengubah dan mentransformasikan individu menuju perubahan.
Di dalamnya, pemimpin terlibat untuk memenuhi kebutuhan para karyawan agar kualitas mereka semakin meningkat.
Terdapat empat faktor untuk menuju kepemimpinan tranformasional, yang dikenal sebutan 4 I, yaitu:
Northouse (2001) menyimpulkan, gaya kepemimpinan transformasional lebih efektif dan amat menguntungkan perusahaan.
Ada beberapa tips untuk menerapkan kepemimpinan transformasional, sebagai berikut:
Gaya kepemimpinan transaksional mengutamakan berbagai kesepakatan antara pimpinan dan anggotanya.
Bentuk kesepakatan tersebut berupa reward (hadiah/penghargaan) dan punishment (hukuman/sanksi).
Kesepakatan ini akan 'memancing' semangat para anggota bekerja sebaik-baiknya untuk memperoleh penghargaan.
Sementara, bagi mereka yang tidak sanggup mencapai tujuan, maka harus siap menerima segala bentuk sanksi.
Hampir mirip dengan gaya kepemimpinan demokratis, di mana seorang atasan memberi kepercayaan pada tim yang ia pimpin.
Dari sini, dapat terlihat bagaimana cara pemimpin meningkatkan kerjasama antara dirinya dan anggota tim dalam menyelesaikan tugas.
Sembari bekerja sama, pemimpin tipe ini bisa sekaligus mengawasi jalannya sistem agar tidak 'kebablasan'.
Umumnya, cara memimpin seperti ini ditemukan pada perusahaan start-up yang masih berkembang.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: