Kategori Berita
Media Network
Selasa, 05 APRIL 2022 • 14:18 WIB

Masih Amankah Kuliah di Jogja Usai Klitih Merenggut Nyawa Pelajar untuk Kesekian Kalinya?

Kolase foto pintu gerbang Universitas Gadjah Mada dan senjata tajam yang digunakan pelaku klithih. (Ugm.ac.id/Twitter/@merapi_uncover)

Untuk yang kesekian kalinya, kekerasan jalanan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atau yang oleh orang-orang di Jogja biasa disebut 'klithih' atau klitih, kembali terjadi.

Minggu malam (3/4/2022), di Jalan Gedongkuning, Yogyakarta, seorang pelajar asal Kebumen yang bersekolah di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta, disabet dengan senjata tajam yang diduga gir, oleh sekelompok remaja yang berjumlah lima orang, mengendarai dua sepeda motor.

Korban diketahui adalah Daffa Adzin Albasith (17 tahun), anak dari anggota DPRD Kebumen, Madkhan Anis dan Turyani Widyastuti.

Malam itu, Daffa tengah keluar untuk membeli makanan untuk sahur untuk puasa Ramadhan 1443 Hijiriah.

Daffa sempat dilarikan ke RSPAU Hardjolukito, namun nyawanya tak terselamatkan.

Ucapan belasungkawa untuk Daffa Adzin Albasith. (Istimewa)

Apa yang dialami Daffa seolah deja vu atas kasus serupa yang terjadi pada 7 Juni 2018 lalu, terutama karena sama-sama terjadi pada bulan Ramadhan.

Ya, saat itu, klithih memakan korban seorang mahasiswa jurusan Sastra Inggris Universitas Gadjah Mada, bernama Dwi Ramadhani Herlangga.

Dwi dibacok saat melintas di perempatan Mirota Kampus di Jalan C Simanjuntak, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta sepulang membagi-bagikan makanan dalam rangka 'sahur on the road' bersama teman-temannya, pada bulan Ramadhan 1439 Hijriah.

Tampang dua terduga pelaku klithih yang menewaskan DAA pada Minggu malam (3/4/2022). (Twitter @merapi_uncover)

Saat itu, Dwi yang berasal dari Semarang, membonceng temannya naik sepeda motor matik. Mereka dikejar oleh pelaku yang membawa senjata tajam. Ia yang duduk di belakang, dibacok pada bagian punggung dan kehabisan darah dan meninggal dunia. 

Masih Amankah Kuliah atau Sekolah di Jogja?

Gedung Rektorat Kampus UGM. (ugm.ac.id)

Menyusul kejadian yang telah berulang kali terjadi di Yogyakarta itu, sampai-sampai meresahkan warga selama bertahun-tahun terakhir, satu pertanyaan yang muncul di benak banyak orang, terutama orang yang hendak menimba ilmu di Jogja adalah: masih amankah kuliah atau sekolah di Yogyakarta?

Seperti diketahui, banyak orang yang memilih kuliah di Jogja karena dianggap sebagai kota pelajar. Dan tak sedikit pula orang tua yang menyekolahkan anaknya di Yogyakarta karena atmosfer pembelajarannya yang dikenal baik.

Humas Universitas Gadjah Mada, Dina W Kariodimedjo tidak menanggapi pertanyaan Indozone terkait hal itu. Ia hanya mengucapkan terima kasih saat wartawan Indozone mengucapkan keprihatinan atas kasus klithih yang kembali terulang.

"Matur nuwun, Mas," katanya, singkat, melalui pesan WhatsApp, Selasa (5/4/2022).

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X tidak dapat memberikan kepastian mengenai keamanan di wilayahnya menyusul kasus klithih yang acap dilakukan oleh remaja atau anak-anak di bawah umur itu.

Sebaliknya, ia justru mengharapkan peran orang tua remaja untuk dapat mengendalikan anak mereka.

"Memang kami tidak bisa kalau sendiri, orang tuanya sendiri tidak bisa mengendalikan anaknya. Kami bisanya 'kan hanya punya harapan," kata Sultan di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Senin (4/4/2022), seperti dilansir Antara.

Sultan bilang, tanpa kesadaran dari para orang tua, pihaknya sulit menerapkan aturan yang bersifat memaksa untuk mengatasi kejahatan yang dilakukan oleh anak di bawah umur.

"Kalau kami melakukan sesuatu yang sifatnya pemaksaan 'kan juga nanti melanggar hukum," kata pria yang sering disapa 'Ngarsa Dalem' itu.

Mencari Cantelan Aturan

Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengkubuwono X. (FOTO ANTARA)

Sultan mengaku bahwa pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk menangani para pelaku klitih, khususnya para anak di bawah umur, namun selalu menghadapi tantangan di lapangan.

Pada tahun 2021, misalnya, Pemprov DIY menyusun program pembinaan anak di bawah umur yang berhadapan dengan hukum dan berstatus diversi, khususnya terkait dengan kasus kejahatan jalanan.

"Ya, sekarang hal seperti itu dimungkinkan atau tidak? Kami lagi cari cantelan aturannya. Soalnya kalau tidak ada cantelannya 'kan tidak bisa, mau bikin pergub (peraturan gubernur) pun enggak bisa," kata Sultan.

Sultan Merasa Klithih Itu By Design

Dalam dua pernyataan berbeda pada Kamis 30 Desember dan Jumat 31 Desember 2021 lalu, Sultan sempat meminta seluruh pihak untuk tidak membesar-besarkan kasus klithih ini.

“Toh, yang melakukan sudah ditangkap, ya sudah selesai persoalannya,” kata dia, sebagaimana disiarkan Antara.

Sultan merasa bahwa masalah "klithih" di daerahnya sengaja dirancang oleh oknum tertentu supaya Jogja dianggap tidak aman lagi.

"Mungkin teman-teman tidak merasa, kalau itu (klithih) by design misalnya, jadi supaya klitih ini diperpanjang terus menjadi sesuatu yang akhirnya dinyatakan Yogya tidak aman dan nyaman," ujarnya.

Sultan yang hari itu bertemu dengan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa selama tiga jam, merasa tidak perlu ada "kekuatan lain" di Jogja untuk mengatasi klithih.

“Semoga saja di tahun depan kondisinya bisa jauh lebih baik. Di Jogja ini ya memang adem ayem tentrem, tidak perlulah ada kekuatan-kekuatan lain seperti api dalam sekam,” kata sang raja Keraton Yogyakarta itu.

Peran Semua Elemen

Sunset di kawasan Tugu Jogja. (Indozone/Abul Muamar)

Wakil Kepala Kepolisian Daerah DIY, Brigjen R Slamet Santoso mengakui mereka tidak bisa mengatasi persoalan klithih ini sendiri.

“Supaya bisa menangani ini secara komprehensif, tidak hanya dari kepolisian saja, tetapi juga guru-guru ikut bertanggung jawab, termasuk pada orang tua,” kata Slamet saat konferensi pers akhir tahun Polda DIY 2021, Rabu (29/12/2021).

Polisi juga meminta lampu penerangan jalan diperbanyak, meminta orang tua untuk tidak membelikan sepeda motor kepada anak di bawah 17 tahun.

“Dari data para pelaku-pelaku itu, kita sudah memiliki data, dimana dia sekolah dan alamat rumahnya. Kita kasih pembinaan dan penyuluhan juga kepada para orang tua,” tambah Slamet.

Wisatawan naik andong di kawasan Jalan Malioboro, Kota Jogja, beberapa waktu lalu. (Foto: Abul Muamar)

Polisi juga mengaitkan kasus-kasus ini dengan penyalahgunaan narkoba. Dalam mayoritas kasus, narkoba atau minuman keras turut berperan meningkatkan kenekatan pelaku. 

Kelompok yang ditangkap sebelum penghujung tahun 2021, diketahui mengonsumsi minuman keras sebelum beraksi, dan salah satunya menelan obat terlarang jenis benzo alprazolam.

Jadi, terkait aman atau tidaknya kuliah atau sekolah di Jogja, pada akhirnya hanya berpulang pada keputusan masing-masing orang yang hendak menempuh pendidikan di sana.

Artikel Menarik Lainnya:

Wisata Jogja yang 'Adem Ayem' Terancam Klithih yang Sadis, Sultan: Jangan Dibesar-besarkan

Wisatawan Domestik Diharapkan Dapat Pulihkan Pariwisata Jogja

Begini Wujud Wajah Baru Malioboro, Sepi PKL Nyaman Bagi Wisatawan

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

BERITA TERBARU

Masih Amankah Kuliah di Jogja Usai Klitih Merenggut Nyawa Pelajar untuk Kesekian Kalinya?

Link berhasil disalin!