Yuddin, siswa SD di Bone jalan kaki 3 jam demi sekolah. (Asri Mursyid/IDZ Creators)
Yuddin (14), siswa SD Inpres 5/81 Tapong, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan terpaksa berjalan kaki sejauh 7 km agar bisa bersekolah. Jarak tersebut bisa ditempuh sekitar 3 jam perjalanan demi mendapatkan pendidikan.
Sebab, siswa yang masih duduk di bangku kelas 5 SD itu tinggal di lereng Gunung Camara. Tepatnya di Dusun I Lerang, Desa Tapong, Kecamatan Tellu Limpoe, Bone. Sebuah dusun terisolir di Desa Tapong.
"Rumah Yuddin berada di lereng Gunung Camara, Dusun I Lerang. Kira-kira ketinggiannya sekitar 800 meter dari permukaan laut. Tidak bisa diakses kendaraan di sana, makanya jalan kaki," ungkap Ridwan, Kepala Desa Tapong kepada Asri Mursyid, Tim IDZ Creators pada Selasa (14/6/2022).
Untuk sampai di sekolah tepat waktu, Yuddin setiap hari berangkat ke sekolah pukul 03.00 WITA atau saat Subuh. Yuddin biasanya sampai di sekolah antara pukul 07.00 atau 08.00 WITA.
Tak hanya jaraknya yang jauh, Yuddin harus melewati sejumlah rintangan berat dalam perjalanan. Banyak tebing yang terjal dan sungai-sungai kecil harus ia lewati agar sampai ke sekolah. Bahkan, Yuddin selalu membawa parang ke sekolah agar terhindar dari gangguan binatang buas.
"Biasanya ke sekolah bawa parang agar terhindar dari binatang buas. Parangnya tidak dibawa sampai sekolah, tapi di simpan di pemukiman warga," ujarnya.
Tak hanya Yuddin, tiga saudaranya yang lain pun turut berjalan kaki jika ke sekolah. Baru-baru ini, Yuddin menemani kakaknya bernama Kamriani dan Gulman ke sekolah untuk mengikuti ujian sekolah.
"Yuddin menemani kakaknya ujian sekolah, kemarin. Dia bawa parang supaya tidak diganggu binatang. Karena di lereng gunung itu banyak ular dan babi," ujar dia.
Ridwan menuturkan, di Dusun tempat tinggal Yuddin memang dihuni hanya 5 Kepala Keluarga (KK). Salah satunya, dihuni oleh Yuddin sekeluarga. Bapak Yuddin, Kure hanya bekerja sehari-hari sebagai tukang kebun, sementara istrinya, Yupe hanya ibu rumah tangga. Kondisi rumah Yuddin memprihatinkan.
Ridwan selaku kepala desa pernah mengusulkan agar warga di lereng gunung itu pindah ke perkampungan warga. Namun mereka menolak lantaran berkebun di lereng gunung itu.
"Pernah kami usulkan pindah, cuma mereka tidak mau ke perkampungan karena berkebun di lereng gunung itu," ucap dia.
Ridwan menyebutkan, ada 3 Dusun di Desa Tapong yakni Dusun I Lerang, Dusun II Rea, dan Dusun Laniti. Namun, kata dia, tak ada sama sekali sekolah di Dusun Lerang I. Padahal, di Dusun itu ada sekitar 30 siswa SD.
"Dusun II Rea ada TK, SD dan SMP, Dusun III Laniti ada SD. Tapi di Dusun Lerang tak ada sekolah padahal banyak anak-anak sekolah di sana. Termasuk Yuddin yang berada di lereng gunung," sebut dia.
Oleh sebab itu, ia meminta Pemerintah Kabupaten Bone memperhatikan warganya yang berada di Dusun Lerang. Sebab, ia mengaku pernah mengusulkan agar ada sekolah cabang di Dusun Lerang, namun sampai saat ini belum ada realisasi.
"Kita pernah usulkan minimal ada sekolah cabang di Dusun Lerang. Kami usulkan dari 2019 dan 2020 lalu, tapi belum ada realisasi tahun ini," tandasnya.
Kepala SD Inpres 5/81 Tapong, Saharudding mengungkapkan, pihaknya memaklumi kondisi siswa yang tinggal di lereng gunung. Olehnya itu, pihak sekolah mengambil kebijakan agar mengundur jam masuk bagi siswa yang berada di Dusun Lerang.
"Biasanya masuk kelas itu pukul 7.30 WITA, tapi untuk siswa yang di lereng gunung kami undur jam masuk sampai pukul 08.00 Wita," ujar Saharudding.
Saharudding membeberkan, siswa yang berada di lereng gunung itu juga sudah menerima dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) sebanyak Rp440 ribu per orang. BSN diterima per tiga bulan.
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join IDZ Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: