Mensos Risma sujud (Instagram/lamputerangofficial)
Media sosial dihebohkan dengan aksi Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini bersujud di kaki salah satu guru penyandang tunanetra.
Peristiwa itu terjadi saat Mensos Risma berdebat dengan para guru soal hibah dan perbaikan bangunan Sekolah Luar Biasa (SLB) A Padjadjaran, di Balai Wyata Guna, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (21/2/2023).
Seperti dilansir ANTARA, kehadiran Risma tersebut merupakan bagian dari kegiatan kunjungan kerja ke Balai Wyata Guna untuk memberikan bantuan kepada masyarakat kurang mampu.
Mensos menekankan agar setiap fasilitas sentra Kemensos di daerah mengakomodir layanan untuk seluruh jenis penyandang disabilitas.
"Di setiap fasilitas sentra selalu kita buat agar orang - orang ini bisa berusaha. Kalau saya mengandalkan pekerjaan formal, misal di UU ada minimal 1 atau 2 persen, tapi itu sulit. Apalagi sekarang habis COVID-19 banyak yg kena PHK. Jangankan disabilitas, yang non-disabilitas saja banyak kena PHK. Itu dibutuhkan terobosan", ujar Mensos.
BACA JUGA: Wujud Berduka, Mensos Risma Beri Santunan Rp 15 Juta untuk Keluarga Korban Kanjuruhan
Setelah meninjau SKA, Mensos Risma juga mengunjungi SLB A Padjadjaran dan akan melakukan renovasi bangunan untuk meningkatkan kualitas fasilitas kelas bagi para siswa di sekolah tersebut. Sebab, dia menginginkan agar anak-anak penyandang tunanetra aman saat belajar.
"Oke gedung diperbaiki, ruangan ditambah, yang rusak diperbaiki. Kita selesaikan maksudnya seperti itu. Apa yang bisa dikembangkan?," kata dia. Mensos berkomitmen membangun kapasitas dan fasilitas SLB.
Mensos mengungkapkan, lahan yang digunakan untuk bangunan SLB A Padjadjaran, yang sebelumnya memang dijanjikan untuk dihibahkan, ternyata tidak memungkinkan untuk dihibahkan.
Tri, salah satu guru tunanetra, menegaskan kepada Risma bahwa permintaan hibah itu bukan untuk kepentingan pribadinya.
"Terkait itu, waktu itu ibu pernah janji menghibahkan ini (lahan). Kita juga bukan untuk kepentingan pribadi, Bu, tolong direalisasikan," ujar Tri dalam video.
Ketidaksepahaman terus terjadi antara pihak sekolah dan Mensos Risma, sehingga Mensos Risma bersujud kepada salah satu wali murid SLB A Padjadjaran tuna netra untuk bisa memahami tidak mungkin dilakukan hibah tersebut, mengingat usaha-usaha yang dilakukan penyandang disabilitas telah berjalan.
Dalam hal ini Mensos Risma mempertimbangkan perkembangan siswa - siswi di SLB A Padjadjaran, yang memerlukan pekerjaan setelah bersekolah.
BACA JUGA: Mensos Risma Sebut Tragedi Kanjuruhan Sebagai Bencana Sosial
Sehingga, Mensos membuatkan kafe dan sentra usaha untuk penyandang disabilitas, yang dapat digunakan sebagai arena pembelajaran agar dapat berwirausaha secara mandiri untuk memenuhi kehidupannya.
Risma mengungkapkan, tidak sedikit dari mereka yang kemudian mampu menghasilkan uang justru lebih banyak dibandingkan orang yang tidak menyandang disabilitas.
Sehingga, potensi inilah yang sedang dicoba dibangun oleh Kementerian Sosial di setiap Sentra seperti di Sentra “Wyata Guna” Bandung.
“Awalnya ada permohonan memang untuk penghibahan. Awalnya saya setuju, ini juga untuk pendidikan. Tapi ternyata perkembangannya anak - anak disabilitas yang sekolah di sini butuh pekerjaan. Akhirnya kita buatkan kafe untuk tuna netra. Ada juga sentra usaha lainnya untuk disabilitas fisik, ODGJ, dan lainnya di sini”, kata Risma.
Kemensos terus mendorong kemandirian untuk para penyandang disabilitas termasuk dalam hal pendidikan hingga kemandiriannya yang dilaksankan melalui sentra-sentra Kemensos yang bersifat multi layanan di seluruh Indonesia.
Sebab Mensos Risma khawatir, ketika dihibahkan dan hanya dipakai untuk penyandang disabilitas netra, dikhawatirkan kebutuhan khusus penyandang disabilitas lainnya tidak terakomodir khususnya untuk masyarakat di Provinsi Jawa Barat.
Artikel Menarik Lainnya:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: