Kategori Berita
Media Network
Rabu, 23 MARET 2022 • 11:50 WIB

Ibu Bunuh Anak di Brebes, Berikut Kata Psikolog Irna Minauli tentang Kesehatan Mental Ibu

Kiri: Kanti Utami, ibu yang diduga menggorok tiga anaknya di Brebes; kanan: Irna Minauli. (Istimewa)

Psikolog Irna Minauli memberikan analisisnya terhadap kasus seorang ibu di Tonjong, Kabupaten Brebes, yang diduga menggorok tiga anak kandungnya, hingga salah satu di antaranya meninggal dunia pada hari Minggu (20/3/2022).

Menurut Irna, kasus tersebut masuk ke dalam kategori maternal filicide, yang terjadi sebagai konstelasi dari berbagai faktor seperti gangguan mental, masalah dalam hubungan, dan kekerasan dalam keluarga. 

"Pada kasus dimana ibu menjadi pelaku, umumnya mereka adalah korban dari kekerasan sebelumnya, terutama ketika mereka masih kanak-kanak," kata Irna kepada Indozone, Selasa malam (22/3/2022)

Dari sejumlah kasus serupa, kata Irna, kebanyakan pelaku mengalami episode psikotik atau gangguan depresi yang parah. Pada kebanyakan kasus disebabkan oleh postpartum depression (depresi pascamelahirkan) yang tidak tertangani dengan baik. 

"Masalah perubahan hormonal dan biologis yang terjadi pada awal paskamelahirkan sering disertai dengan kecemasan sehingga berpengaruh pada cara berpikir mereka," lanjut Irna.

5 Motif Utama

Kanti Utami, ibu yang diduga menggorok 3 anaknya di Brebes. (Facebook Kanti Utami Mua)

Irna, merujuk pendapat J.H. Resnick, yang menganalisis literatur psikiatrik dari maternal filicide ini menemukan bahwa kebanyakan ibu yang membunuh anaknya didasarkan pada lima motif utama.

Pertama, altruistic filicide, dimana seorang ibu membunuh anaknya karena cinta; dia percaya bahwa kematian akan menjadi hal terbaik bagi anak-anaknya. 

"Misalnya, seorang ibu yang mau bunuh diri tidak menginginkan meninggalkan anaknya tanpa ibu dalam menghadapi dunia yang kejam ini; atau pada ibu yang mengalami psikotik mereka percaya bahwa apa yang dilakukannya guna menyelamatkan anaknya dari nasib yang lebih buruk dari kematian," terang Direktur Minauli Consulting ini

Kedua, pada kasus psikotik yang akut, seorang ibu membunuh anaknya tanpa motif yang jelas.

"Misalnya, ia hanya sekedar mengikuti perintah halusinasinya untuk membunuh," jelas Irna.

Ketiga, fatal maltreatment. Ini terjadi ketika kematian yang tidak diantisipasi sebelumnya, sebagai akibat kekerasan, pengabaian yang kumulatif atau karena sindrom Munchausen by proxy dimana orang tua beranggapan anaknya sakit sehingga selalu diberikan obat-obatan.

Keempat, anak yang tidak dikehendaki, sehingga ibu berpikir bahwa anaknya menjadi halangan baginya.

Dan kelima, balas dendam pada pasangannya

Irna memaparkan, jika ditinjau dari faktor demografi dari maternal filicide, kasus seperti ini umumnya dilakukan oleh ibu yang miskin, secara sosial terisolasi, ibu rumah tangga penuh, mereka yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga atau yang mengalami kekerasan pada masa kanak-kanaknya. 

Beragam stressors seperti faktor ekonomi, sosial, sejarah kekerasan, dan masalah dengan pasangannya serta kesulitan dalam mengasuh anak sering menjadi pencetus terjadinya pembunuhan.

"Anak yang cengeng dan sering menangis atau anak berkebutuhan khusus terkadang menjadi pencetus. Ibu yang diabaikan oleh suami atau orang tuanya ketika masa kanak-kanak sering mengalami kerentanan mengalami gangguan seperti psikosis, depresi atau upaya bunuh diri," terang Irna.

Adapun kasus terbanyak adalah adanya depresi pascamelahirkan (postpartumdepression). Pada ibu yang mengalami psikotik (seperti skizofrenia) ketika melakukan pembunuhan seringkali tanpa perencanaan, sedangkan ibu yang mengalami depresi sering melakukan kontemplasi (perenungan) beberapa hari atau beberapa minggu sebelum kejadian.

Pelajaran yang Bisa Kita Petik

Dari kasus ini, kita hendaknya menyadari bahwa banyak kasus depresi paskamelahirkan yang tidak tertangani dengan baik. 

"Ibu yang kurang mendapatkan dukungan sosial atau bantuan dari suami dan keluarga besarnya lebih rentan mengalami depresi karena mereka sering merasa kewalahan karena harus menanggung semua kerepotan seorang diri," kata Irna.

Adapun bantuan yang bisa diberikan dapat berupa instrumental berupa bantuan langsung atas apa yang dibutuhkan seperti membantu mengasuh anak-anak lainnya. 

Selain itu, bantuan dengan menemani dan memberikan informasi serta meningkatkan harga diri ibu tersebut. 

Banyak ibu rumah tangga yang merasa kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari pasangannya.

"Oleh karenanya penting bagi suami dan keluarga untuk mendampingi dan memberikan bantuan pada istri yang baru melahirkan," ujar Irna.

Sementara bagi ibu yang baru melahirkan dan mempunyai anak, sebaiknya memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang parenting, bagaimana mengasuh anak-anak sehingga dapat mengatasi masalah yang dihadapi anak-anak. 

"Mereka juga tetap perlu menjaga pertemanannya dengan sahabat-sahabat sebelum menikah. Teman perempuan terbukti lebih mampu memberikan dukungan sosial dibandingkan para suami yang sepertinya sering bingung bagaimana harus bersikap ketika istrinya sedang butuh didengarkan atau ketika istrinya ingin curhat," tukas Irna.

Artikel Menarik Lainnya:

Ibu di Brebes Gorok 3 Anak Kandung agar Tak Merasakan Kesedihan, Ini Wajahnya

Ibu yang Gorok Anaknya Diduga Depresi, Psikolog Ingatkan Tanda Mental Seseorang Terganggu

Mom Shaming Bisa Mempengaruhi Kesehatan Mental Ibu, Yuk Lebih Empati!

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

BERITA TERBARU

Ibu Bunuh Anak di Brebes, Berikut Kata Psikolog Irna Minauli tentang Kesehatan Mental Ibu

Link berhasil disalin!