Ilustrasi vaksinasi booster terhadap lansia (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)
Kasus infeksi COViD-19 di Indonesia terus melonjak. Berdasarkan data yang dilaporkan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19, pada hari ini Senin (27/6/2022), kasus positif bertambah sebanyak 1.445. Sehingga, totalnya menjadi 6.081.896 kasus.
Penambahan tersebut tidak terlepas dari merebaknya subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. Di mana saat ini ada 143 kasus, dengan rincian 122 terpapar Omicron BA.5, sedangkan 21 lainnya terinfeksi BA.4.
Menanggapi tren kenaikan tersebut, Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Prof. Dr. Sri Rezeki Hadinegoro mengingatkan pentingnya vaksin penguat (booster) bagi lansia.
Pasalnya lansia termasuk kelompok yang paling rentan terinfeksi COVID-19.
"Studi dari WHO menunjukkan pada usia lanjut, vaksinasi COVID-19 dapat menurunkan kejadian penyakit berat, masuk rumah sakit dan kematian," ucapnya seperti yang dikutip dari ANTARA, Senin (27/6/2022).
Dia menjelaskan pemberian vaksin penguat bagi kelompok usia 60 tahun ke atas bisa diberikan dalam interval minimal tiga bulan setelah mendapat vaksin primer lengkap (dosis pertama dan kedua).
Vaksinasi booster bisa dilakukan secara homolog atau heterolog dengan regimen vaksin yang tersedia di lapangan, yang sudah mendapatkan izin penggunaan darurat dari BPOM dan sesuai dengan rekomendasi ITAGI.
Perlu diketahui, vaksinasi booster homolog adalah vaksin penguat menggunakan vaksin yang sama dengan jenis platform vaksin primer.
Baca juga: Obat HIV Maraviroc Diklaim Ilmuwan Bisa Bantu Memulihkan Ingatan Pada Lansia
Misalnya vaksin pertama dan kedua menggunakan AstraZeneca, kemudian vaksin booster juga dengan AstraZeneca.
Sementara booster heterolog, individu diberikan vaksin yang berbeda platform atau vaksin platform yang sama, namun, berbeda merek. Contohnya, vaksin pertama dan kedua menggunakan Sinovac, sementara booster dengan AstraZeneca.
Vaksin booster dipandang perlu untuk menghadapi virus corona yang terus bermutasi. Kajian kesehatan soal vaksin COVID-19 menunjukkan antibodi menurun dalam kurun waktu enam bulan setelah vaksinasi primer.
"Booster ini bisa meningkatkan antibodi, sangat signifikan," sambung Sri.
Selain lansia, kelompok yang perlu mendapatkan vaksin booster ialah orang yang memiliki penyakit komorbid dan orang yang mengidap defisiensi imun.
Pada orang dengan penyakit komorbid, vaksin bisa diberikan selama penyakit terkontrol. Misalnya, vaksin booster bisa diberikan kepada penderita diabetes sepanjang belum ada komplikasi akut.
Sehingga masyarakat disarankan berkonsultasi dengan dokter sebelum vaksin jika memiliki penyakit komorbid.
Sementara itu menurut Ketua Komisi Nasional KIPI, Prof. Dr. dr. Hinky Hindra Irawan Satari, SpA(K), M. Trop.Paed, saat ini sekitar 76 persen masyarakat Indonesia belum mengikuti vaksinasi booster.
Data surveilans Kejadian Ikutan Pascaimunisasi (KIPI) menunjukkan vaksin COVID-19 viral vektor aman digunakan baik untuk vaksin primer maupun penguat.
"Hingga saat ini, data surveilans KIPI menunjukkan bahwa vaksin COVID-19 viral vektor aman sebagai (vaksin) primer atau booster. Manfaat yang diperoleh juga jauh lebih besar daripada risiko yang mungkin terjadi," ungkap dr. Hinky.
Padahal menurutnya efek samping akibat vaksinasi tergolong ringan dan bisa disembuhkan. Di mana efeknya seperti demam, mual dan pegal.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: