Ilustrasi remaja depresi. (FREEPIK/pvproductions)
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Indonesia – National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) yang bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada University (UGM) mengungkapkan, 1 dari 20 (sekitar 5,5%) remaja Indonesia mengalami gangguan kesehatan jiwa.
Para remaja tersebut merasa lebih tertekan, cemas, kesepian, dan lebih sulit berkonsentrasi dibanding sebelum pandemi COVID-19.
Hal tersebut mengacu pada Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-V) keluaran American Psychological Association (APA).
Artinya, ada sekitar 2,45 juta remaja Indonesia mengalami gangguan jiwa atau masuk dalam kelompok Orang dengan Gangguan Gangguan Jiwa (ODGJ).
Baca juga: Viral Orang Tua Minta Anak Bunuh Diri, Termasuk Miliki Gangguan Kesehatan Mental?
Dilansir dari Ugm.ac.id, gangguan jiwa yang banyak diderita remaja adalah gangguan kecemasan (kombinasi fobia sosial dan gangguan kecemasan umum) yaitu sebesar 3,7 persen.
Kemudian diikuti oleh gangguan depresi mayor 1,0 persen, gangguan perilaku 0,9 persen, kemudian gangguan stres pascatrauma (PTSD) dan dan gangguan defisit perhatian/hiperaktivitas (ADHD) 0,5 persen.
I-NAMHS juga mengungkapkan bahwa Pemerintah telah meningkatkan akses ke berbagai fasilitas kesehatan. Hanya saja masih banyak remaja yang tidak mencari bantuan profesional untuk masalah kesehatan mental mereka.
Hanya 2,6 persen remaja dengan masalah kesehatan mental yang mengakses layanan kesehatan dalam 12 bulan terakhir. I-NAMHS juga menemukan bahwa sebagian besar pengasuh remaja memilih untuk mengakses layanan kesehatan jiwa dari sekolah.
Penelitian yang dilakukan di tengah pandemi COVID-19, sehingga I-NAMHS berkesempatan mengumpulkan data tambahan mengenai dampak pandemi COVID-19 terhadap kesehatan mental remaja.
Baca juga: Benarkah Kehilangan Pacar Bisa Bikin Kita Alami Gangguan Jiwa?
Berdasarkan Sensus Penduduk 2020, hampir 20% dari total penduduk di Indonesia berusia 10-19 tahun dan polulasi mereka mempunyai peran penting dalam pembangunan Indonesia.
Remaja Indonesia bahkan digadang-gadag bisa mencapai bonus demografi dan mewujudkan visi Generasi Emas Indonesia 2024.
Penelitian tersebut tidak hanya bekerja sama dengan UGM. Berikut ini beberapa kelompok yang ikut serta dalam penelitian tersebut, University of Queensland (UQ) di Australia (lead organization of NAMHS), Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health (JHSPH) di Amerika Serikat, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes), Universitas Sumatera Utara (USU) dan Universitas Hasanuddin (Unhas).
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: