Kamis, 19 SEPTEMBER 2024 • 11:16 WIB

11 Alasan Wanita Bertahan dalam Hubungan yang Toxic

Author

Ilustrasi hubungan toxic. (freepik.com)

INDOZONE.ID - Kekerasan dalam hubungan adalah masalah serius yang sering kali sulit dipecahkan.

Banyak wanita yang terjebak dalam hubungan toxic merasa sulit untuk meninggalkan pasangan mereka, meskipun mereka terus mengalami penderitaan fisik dan emosional.

Berikut 11 alasan mengapa wanita bertahan dalam hubungan yang toxic.

Wanita Cenderung Sulit Meninggalkan Hubungan yang Terlanjur Toxic

Ilustrasi wanita yang bertahan dalam hubungan toxic. (freepik.com)

Bagi banyak orang, meninggalkan hubungan yang penuh kekerasan tampak seperti keputusan yang sederhana.

Namun, kenyataannya jauh lebih rumit. Ada berbagai faktor emosional, sosial, dan psikologis yang memengaruhi keputusan seorang wanita untuk tetap bertahan.

Rasa takut, ketergantungan, dan harapan yang tak terpenuhi sering kali menjadi alasan utama mengapa mereka sulit keluar dari situasi ini.

Berikut adalah beberapa alasan yang paling umum mengapa wanita bertahan dalam hubungan yang menguras mental ini.

Baca Juga: Inilah 5 Tanda Hubungan Asmara Toxic, Salah Satunya Manipulasi

Alasan Wanita Memilih Bertahan dalam Hubungan Toxic

Ilustrasi bertahan di hubungan toxic. (freepik.com)

1. Berharap Pasangan Akan Berubah

Banyak wanita tetap bertahan karena mereka memiliki harapan bahwa pasangan yang kasar akan berubah suatu hari nanti.

Setelah setiap tindakan kekerasan, sering kali pelaku akan bersikap penuh cinta dan perhatian untuk sementara waktu, yang memberikan harapan palsu kepada korban.

Mereka percaya jika mereka bertahan dan berusaha lebih keras, pasangan mereka akan berubah menjadi lebih baik.

Terutama jika hubungan tersebut sudah berlangsung lama, korban akan berpikir bahwa segala penderitaan ini suatu saat akan terbayar dengan kebahagiaan.

Baca Juga: Terjebak Toxic Relationship? Ini 5 Tanda Hubungan Kamu Harus Diakhiri

2. Takut pada Pasangan

Rasa takut menjadi alasan utama mengapa banyak wanita memilih untuk tetap dalam hubungan yang toxic.

Pelaku kekerasan sering kali menggunakan ancaman untuk mempertahankan kekuasaan atas korban, seperti mengancam akan menyakiti korban, anak-anak, atau bahkan dirinya sendiri.

Dalam beberapa kasus, jika korban tergantung secara finansial, pelaku mengancam untuk menghentikan dukungan, sehingga korban merasa tidak memiliki pilihan selain bertahan.

3. Menyalahkan Diri Sendiri

Wanita yang terus-menerus disalahkan oleh pasangannya atas segala masalah dalam hubungan lambat laun mulai merasa bahwa mereka adalah penyebab utama kekerasan tersebut.

Mereka mulai meragukan diri sendiri dan berpikir bahwa mungkin mereka yang memicu tindakan toxic ini.

Meskipun mereka menyadari bahwa mereka diperlakukan tidak adil, perasaan bersalah ini membuat mereka melihat situasi dari sudut pandang pelaku dan merasa bertanggung jawab atas tindakan pasangan mereka.

4. Melindungi Anak-Anak

Bagi yang sudah menikah, banyak wanita yang memilih untuk bertahan dalam hubungan abusif demi melindungi anak-anak mereka.

Mereka khawatir bahwa perpisahan akan berdampak negatif pada anak-anak dan memilih untuk menanggung semua penderitaan agar anak-anak mereka dapat tumbuh dalam lingkungan keluarga yang utuh, meskipun kenyataannya penuh kekerasan.

5. Khawatir Tentang Reputasi Sosial Pasangan

Bagi wanita yang menikah dengan pria berpengaruh atau terkenal, ketakutan akan merusak reputasi pasangan sering kali menjadi alasan untuk tetap bertahan.

Mereka merasa jika mereka mengungkapkan kebenaran, tidak ada yang akan mempercayai mereka dan justru menyalahkan mereka karena menghancurkan nama baik suami dan keluarga.

6. Rasa Takut Akan Terasingkan

Banyak pelaku kekerasan yang secara sengaja menjauhkan korban dari keluarga dan teman-temannya.

Wanita yang takut terputus dari hubungan sosial mereka mungkin memilih untuk tetap bertahan dalam hubungan toxic daripada menghadapi perasaan “terasingkan” dari orang-orang yang mereka sayangi.

7. Rasa Rendah Diri

Kekerasan verbal dapat merusak rasa percaya diri seseorang.

Ketika terus-menerus menerima penghinaan dari pasangan, seorang wanita mungkin mulai percaya bahwa mereka memang tidak pantas mendapatkan perlakuan yang lebih baik.

Akibatnya, mereka tetap berada dalam hubungan yang merusak diri karena merasa tidak berharga.

8. Tekanan Sosial Untuk Menjaga Pernikahan

Di beberapa budaya, wanita diajarkan bahwa perceraian adalah aib dan mereka harus berjuang untuk menjaga keutuhan keluarga, apa pun yang terjadi.

Tekanan dari masyarakat untuk tetap bersama, meskipun hubungan penuh kekerasan, sering kali membuat wanita merasa bahwa mereka tidak punya pilihan lain selain bertahan.

9. Malu Untuk Mengakui Kebenaran

Banyak wanita merasa malu dan takut dihakimi jika mereka mengakui bahwa mereka berada dalam hubungan yang abusif.

Mereka lebih memilih untuk diam daripada berbicara dan menghadapi kemungkinan dihujani pertanyaan atau nasihat yang tidak diinginkan dari orang lain.

10. Merasa Bisa Mengubah Pasangan

Beberapa wanita percaya bahwa mereka bisa mengubah pasangan mereka. Mereka meyakini bahwa dengan cukup cinta dan kesetiaan, mereka akan mampu "menyelamatkan" pasangan dari perilaku toxicnya dan membuat hubungan mereka membaik.

11. Menganggap Kekerasan Sebagai Hal Normal

Wanita yang tumbuh dalam lingkungan di mana kekerasan terhadap wanita dianggap wajar mungkin tidak menyadari bahwa mereka berada dalam hubungan yang tidak sehat.

Mereka mungkin merasa bahwa apa yang mereka alami adalah bagian normal dari kehidupan pernikahan.

Demikian beberapa penjelasan mengenai 11 alasan mengapa wanita bertahan dalam hubungan yang toxic.

Wanita yang bertahan dalam hubungan yang toxic menghadapi banyak faktor yang membuat mereka sulit untuk meninggalkan situasi tersebut.

Mulai dari harapan palsu akan perubahan sifat pasangan, rasa takut, hingga tekanan sosial, semuanya berkontribusi pada keputusan mereka untuk tetap bertahan.

Penting bagi masyarakat untuk lebih peka terhadap masalah ini dan memberikan dukungan kepada mereka yang terjebak dalam siklus kekerasan fisik maupun verbal agar mereka bisa mendapatkan hidup yang lebih baik.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Womenconnectioninc.com