Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk, bikin cerita dan konten serumu, serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
Mengenal Istilah JOMO, Lawan dari FOMO: Kala Hidup Lebih Bahagia Tanpa Terbawa Arus Tren Sosial
INDOZONE.ID - Belum lama ini, dunia medsos diramaikan dengan fenomena FOMO, atau Fear of Missing Out.
Fenomena ini didefinisikan sebagai sebuah rasa takut merasa tertinggal karena tidak mengikuti aktivitas tertentu, sehingga dapat menyebabkan ketertinggalan akan sesuatu yang baru, seperti tren, berita, dan lain-lainnya.
Beberapa contoh FOMO pada kehidupan kita yaitu memaksakan diri untuk membeli berbagai barang yang sedang tren hanya agar tidak terlihat ketinggalan zaman, menonton sebuah konser karena hanya ingin mengikuti tren konser yang sedang ramai padahal tidak pernah mengikuti atau menyukai musisi yang ditonton, dan masih banyak lagi.
Baca Juga: Mengenal Istilah Personal Branding: Strategi Membangun Citra Dirimu yang Unik
Nah disisi lain, ada orang yang cukup tenang dalam menghadapi berbagai tren terbaru dalam kehidupan. Mereka cenderung biasa aja dan merasa tidak takut akan ketertinggalan terhadap hal-hal baru tersebut. Fenomena yang sangat berlawanan dengan FOMO ini disebut dengan Joy of Missing Out atau JOMO.
Apa itu JOMO?
Menurut psikolog bernama Susan Albers, seperti dilansir dari Cleveland Health, FOMO sendiri yaitu sebuah gagasan untuk menemukan sebuah kepuasan dan kegembiraan, untuk tidak berpatisipasi atau melewatkan sebuah kegiatan, dan memprioritasikan perawatan diri sendiri.
Hal ini sangat membantu diri kita untuk fokus memilih sebuah kegiatan atau hal lain yang memang ingin kita ikuti, sehingga akan membuat kita terhindar dari rasa bersalah atau takut karena tidak mengikuti sebuah kegiatan atau hal-hal lain yang sedang menjadi tren.
Dengan JOMO, akan membuat kita bisa menjadi diri sendiri dan jujur apa adanya tentang apapun pilihan hidup kita. JOMO juga dapat membuat diri kita lebih fokus untuk mempertimbangkan kualitas dari hal yang kita lakukan daripada kuantitasnya.
“Kita bisa memfokuskan diri untuk memprioritaskan aktivitas atau segala hal yang berarti bagi diri kita, dibanding mendaftar untuk banyak hal“ ungkap Dr. Albers.
JOMO vs FOMO
Beberapa manfaat dari JOMO yaitu:
- Meningkatkan kesejahteraan emosional dan fisik
- Meningkatkan produktivitas dan fokus dalam menjalani kehidupan
- Meningkatkan rasa menghargai terhadap hal-hal sederhana dalam kehidupan
Meskpiun banyak hal positif dari JOMO, bukan berarti kita harus memaksa diri kita untuk menjalani kehidupan JOMO setiap saat.
Ada kalanya, FOMO juga memiliki dampak positif, jika kita melihat dari sudut pandang bahwa FOMO dapat menjadikan kita untuk keluar dari zona nyaman dan belajar hal-hal yang baru, serta dapat memunculkan ide-ide baru yang sebelumnya belum pernah terpikirkan setelah melihat segala hal yang dilakukan oleh orang lain.
Fenomena FOMO cenderung dialami oleh orang yang ekstrovert, yang tentunya mereka lebih senang bersosialisasi dan jalan-jalan.
Sedangkan, fenomena FOMO tentu cenderung dialami oleh orang introvert, dimana orang-orang ini lebih nyaman menikmati waktu yang tenang, serta tidak merasa cemas jika melewatkan banyak kegiatan sosial.
Pada intinya, dalam menjalani kehidupan, masing-masing orang pasti akan ada waktunya masing-masing untuk mengalami momen FOMO dan JOMO. Sehingga, kedua fenomena ini tidak bisa dibilang lebih baik, keduanya memiliki manfaat dan tantangannya sendiri.
Baca Juga: Milenial dan Gen Z Perlu Kenal Istilah Bahasa Gaul Gen Alpha: Apa Saja yang Kamu Tahu?
Cara Berlatih Menerapkan JOMO dalam Kehidupan
- Tetapkan batasan pada pekerjaan dan kegiatan sosial. Berlatih untuk lebih selektif dalam mengatur waktu dalam kehidupan
- Tetapkan tujuan hidup yang jelas
- Berani katakan tidak untuk segala kegiatan atau hal-hal lain yang dirasa kurang bermanfaat dalam hidup kita
- Berlatih menghargai dan mensyukuri atas apa yang dimiliki serta yang terjadi dalam kehidupan kita
- Kembangkan hobi atau keahlian yang kita miliki
- Batasi penggunaan media sosial. Batasi waktu dalam penggunaannya, atau jika perlu buat hari-hari tertentu sebagai hari bebas media sosial
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Cleveland Clinic