INDOZONE.ID - Jepang tengah menghadapi fenomena langka yang disebut Akiya, yaitu keberadaan jutaan rumah kosong yang dijual dengan harga sangat rendah, mulai dari Rp15 ribu hingga Rp151 juta.
Kondisi ini terjadi akibat penurunan populasi yang terus berlangsung di Jepang, khususnya di daerah pedesaan.
Baca Juga: Viral Fenomena Jouhatsu: Orang Jepang Memilih Menghilang dan Mengganti Identitas Daripada Bunuh Diri
Apa itu Fenomena Akiya?
Akiya adalah istilah merujuk pada rumah-rumah yang dibiarkan kosong, karena pemiliknya telah meninggal dunia atau pindah ke panti jompo.
Banyak dari rumah-rumah ini, tidak lagi dihuni karena para ahli waris memilih untuk tidak mengambil alih properti tersebut, baik karena alasan biaya renovasi maupun lokasi tidak strategis.
Sebagian besar Akiya berada di daerah pedesaan, yang jauh dari pusat kota atau akses transportasi umum.
Rumah-rumah ini biasanya berusia tua sehingga membutuhkan renovasi besar, dengan biaya tidak sedikit.
Biaya renovasi Akiya rata-rata mencapai Rp523 juta hingga Rp1 miliar, tergantung pada tingkat kerusakan bangunan.
Baca Juga: Populasi Muslim Meningkat, Mall di Jepang Kini Sediakan Fasilitas Salat
Mengapa Akiya Jepang Terjadi?
Fenomena Akiya merupakan salah satu dampak dari penurunan populasi Jepang yang kini didominasi oleh lansia.
Dengan angka kelahiran yang terus menurun dan urbanisasi meningkat, banyak orang muda memilih tinggal di kota besar, meninggalkan desa-desa kosong tanpa penghuni.
Data menunjukkan, bahwa jumlah Akiya terus bertambah dari tahun ke tahun. Dilansir dari akiyajapan.com, pada 2023, jumlah rumah kosong diperkirakan mencapai lebih dari 8 juta unit.
Angka ini diproyeksikan akan meningkat jika tren demografi tidak berubah.
Fenomena Akiya mencerminkan tantangan besar yang dihadapi Jepang terkait populasi menua dan urbanisasi.
Meski demikian, situasi fenomena di Jepang ini juga membuka peluang bagi investor lokal maupun internasional yang ingin memanfaatkan properti murah di Jepang.
Dengan renovasi yang kreatif dan strategi pemasaran tepat, Akiya dapat diubah menjadi aset bernilai, seperti vila wisata atau tempat tinggal alternatif.
Baca Juga: Viral, WNI yang Magang di Jepang Nekat Rampok Perempuan Hanya Demi Uang Rp60 Ribu
Selain itu, dukungan pemerintah Jepang untuk mengatasi persoalan ini, diharapkan dapat membantu mengurangi jumlah rumah kosong di masa depan.
Fenomena Akiya bukan hanya cerita tentang rumah kosong, melainkan juga potret tantangan sosial dan ekonomi yang dihadapi Jepang di tengah perubahan demografi drastis.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Akiyajapan.com