restu andika
INDOZONE.ID - Tahukah kalian, kalau kesenian tradisional Wayang Golek itu tidak hanya ada di Indonesia? Di Jepang terdapat kesenian tradisional yang mirip dengan kesenian Wayang Golek yang biasanya disebut dengan nama Bunraku (文楽).
Dimana Bunraku ini sudah ditetapkan sebagai salah satu warisan aset budaya dunia pada tahun 2003 oleh UNESCO.
Mengutip dari Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya, Bunraku memiliki perjalanan sejarah yang panjang, sejak awal kemunculannya hingga menjadi bentuk seni yang dikenal saat ini. Awalnya, boneka digunakan sebagai sarana pemujaan terhadap dewa-dewa di kuil, namun kemudian bertransformasi menjadi pertunjukan hiburan yang diminati masyarakat Jepang.
Sebutan “wayang golek ala Jepang” muncul mengikuti tradisi populer pada zamannya, melalui tahap-tahap perkembangan yang sebelumnya dikenal dengan nama Heike Biwa dan Ningyou Joururi, hingga akhirnya disebut sebagai Bunraku.
Baca Juga: Rangoli: Seni Tradisional yang Kaya Makna dari India, Nepal, dan Bangladesh
Boneka bunraku memiliki ukuran yang berbeda tergantung dengan jenis kelamin, umur, dan status sosial. Boneka ini mempunyai struktur tubuh yang serupa dengan manusia seperti memiliki kepala, tangan, dan kaki. Namun, untuk boneka bunraku wanita tidak menggunakan kaki karena memakai kimono yang panjang hingga menutupi kaki.
Dalam pertunjukannya, setiap boneka bunraku digerakkan oleh tiga orang dalang karena biasanya ukuran boneka tersebut setinggi ¾ manusia dewasa, dengan perpaduan seorang tayū (narator) sebagai pembawa dialog untuk semua karakter tokoh boneka yang dimainkan, kemudian diiringi dengan Shamisen yang merupakan alat musik dawai yang berasal dari Jepang. Hal itulah yang menjadi daya tarik tersendiri untuk menarik wisatawan lokal maupun internasional.
Pertunjukan bunraku ini digelar oleh beberapa kelompok seni Bunraku, seperti di Osaka yang biasanya digelar empat kali setahun, dengan rentetan pertunjukan selama 15-20 hari. Sementara itu, di Teater Nasional Tokyo (yang khusus dibangun untuk Bunraku sejak 1966) mereka juga tampil empat kali setahun dalam jadwal 15 hari. Pertunjukan tahunan di Kyoto dan Yokohama juga rutin digelar.
Baca Juga: Fenomena Akiya, Ada Jutaan Rumah Kosong di Jepang: Dijual Murah, Mulai dari Rp15 Ribu!
Selain itu, kelompok ini sering mengadakan tur keliling Jepang, dari Hokkaido hingga Okinawa, mengunjungi kota-kota besar maupun kecil, biasanya 3-4 kali setahun selama total 60 hari. Mereka juga sudah pentas di berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Skotlandia, Austria, Belgia, Denmark, Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Swedia, China, dan lainnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Jurnal Bahasa Dan Sastra