INDOZONE.ID - Berada di sekitar seseorang yang memiliki masalah amarah bisa terasa menegangkan dan menakutkan. Amarah tak terkendali adalah emosi yang sering ditekan karena khawatir akan meledak sewaktu-waktu.
Namun, menahan amarah tanpa mengelolanya dengan baik justru bisa membuatnya semakin menumpuk dan akhirnya meledak pada waktu yang tidak tepat.
Ada perbedaan besar antara mengungkapkan kemarahan secara konstruktif dan membiarkan amarah berubah menjadi agresi verbal yang toxic.
Jika seseorang sering mengucapkan beberapa ungkapan tertentu saat marah, itu bisa menjadi tanda bahwa mereka tidak mampu mengendalikan emosinya dengan baik. Berikut kata-kata yang sering digunakan orang dengan amarah tak terkendali.
Baca Juga: 5 Zodiak Paling Cepat Marah-Marah, Senggol Dikit Bacok
12 Ungkapan yang Diucapkan Orang dengan Anger Issues
1. "Aku sudah tidak tahan lagi"
Merasa marah adalah hal yang wajar dalam hubungan sosial. Namun, orang dengan masalah amarah serius cenderung membiarkan emosi ini menguasai mereka, sehingga mereka sering mencapai titik puncak kemarahan.
Menurut psikolog Bernard Golden, PhD, mengenali amarah sejak awal adalah kunci untuk mengelolanya dengan baik. Kemampuan mengendalikan emosi sangat penting agar seseorang bisa menghadapi kemarahan secara konstruktif, bukan destruktif.
Orang dengan kecerdasan emosional tinggi mampu menahan diri dan merenungkan perasaan mereka sebelum bereaksi secara impulsif.
Baca Juga: 10 Cara Efektif Redakan Marah dan Balikin Suasana Hati: Tim Sumbu Pendek, Kumpul!
2. "Pergi dari hadapanku!"
Tidak ada yang salah dengan membutuhkan ruang saat sedang bertengkar. Namun, meminta waktu untuk menenangkan diri berbeda dengan mengusir orang lain dengan kasar.
Ungkapan ini menunjukkan ketidakdewasaan emosional, yang sering terlihat pada anak-anak dan remaja yang belum belajar cara mengendalikan kemarahan mereka.
Anak-anak sering kali memiliki toleransi yang rendah terhadap stres dan kesulitan mengekspresikan amarah dengan baik. Orang dewasa seharusnya bisa mengenali pemicunya dan mencari cara yang lebih sehat untuk mengelola emosinya.
3. "Jangan coba-coba buat aku marah!"
Ungkapan ini terdengar seperti ancaman terselubung yang menunjukkan bahwa seseorang memiliki amarah yang tidak terkendali. Orang yang sering mengatakan ini cenderung menyalahkan orang lain atas kemarahannya, seolah-olah amarah mereka dipicu oleh tindakan orang lain, padahal itu adalah tanggung jawab mereka sendiri.
4. "Aku hampir kehilangan kendali!"
Ungkapan ini menunjukkan bahwa orang tersebut menyadari bahwa mereka sedang emosi labil, tetapi belum mampu mengendalikan amarahnya dengan baik.
Penelitian dari Ohio State University menemukan bahwa metode "melepaskan" amarah, seperti melampiaskan kemarahan dengan berteriak atau memukul benda, sebenarnya bisa memperburuk agresi.
Cara terbaik untuk meredakan amarah adalah dengan menurunkan ketegangan fisik, seperti dengan teknik pernapasan dalam, meditasi, atau latihan kesadaran diri.
5. "Kamu benar-benar tidak mengerti, ya?"
Meskipun terdengar seperti pertanyaan, ungkapan ini sebenarnya adalah bentuk tuduhan. Apa pun jawabannya, orang yang marah tetap merasa dirinya benar dan semakin larut dalam kemarahannya.
Psikolog menyarankan untuk "berteman" dengan amarah dan melihatnya sebagai petunjuk untuk memahami diri sendiri. Daripada menyalahkan orang lain, seseorang seharusnya mencari tahu apa yang sebenarnya membuat mereka marah.
6. "Semua orang di sini bodoh!"
Orang yang sering mengatakan ini biasanya memiliki perasaan superior dan memandang rendah orang lain. Mereka merasa lebih baik daripada yang lain dan menggunakan sikap meremehkan sebagai pembenaran atas kemarahan mereka.
Salah satu cara untuk mengatasi kemarahan adalah dengan meningkatkan empati. Orang yang memiliki empati lebih tinggi cenderung lebih memahami perasaan orang lain dan lebih mudah mengendalikan amarah mereka.
7. "Aku tidak punya waktu untuk ini!"
Orang dengan masalah amarah sering kali memiliki toleransi yang rendah terhadap frustrasi. Hal-hal kecil yang seharusnya bisa diabaikan malah membuat mereka tersulut emosi.
Mereka cenderung memprioritaskan kepentingan sendiri dan mengabaikan kebutuhan orang lain. Tanpa disadari, sikap ini justru membuat mereka semakin jauh dari orang-orang terdekat.
8. "Aku tidak akan berteriak kalau kamu mau mendengar!"
Ungkapan ini adalah bentuk manipulasi untuk menghindari tanggung jawab. Orang yang marah cenderung menyalahkan orang lain atas perilaku mereka sendiri.
Menurut psikolog Nick Wignall, amarah yang tidak dikelola dengan baik bisa berubah menjadi ledakan amarah yang berlebihan. Cara terbaik untuk menangani amarah adalah dengan mengakuinya, memahami penyebabnya, dan mengungkapkannya dengan cara yang lebih sehat.
9. "Aku bukan masalahnya, kamu yang bermasalah!"
Sikap menyalahkan orang lain seperti ini adalah bentuk mekanisme pertahanan yang disebut proyeksi. Orang yang sulit menerima kelemahannya sendiri sering kali memproyeksikan perasaan negatif mereka ke orang lain.
Menghindari kenyataan hanya akan membuat seseorang semakin terjebak dalam siklus kemarahan. Sebaliknya, menerima kekurangan diri sendiri bisa menjadi langkah awal untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.
10. "Kenapa aku harus menghadapi ini lagi?"
Orang dengan masalah amarah sering merasa frustrasi ketika menghadapi situasi yang sama berulang kali. Namun, mereka tidak menyadari bahwa pola ini mungkin terjadi karena cara mereka bereaksi terhadap masalah.
Mereka cenderung melihat diri mereka sebagai korban, bukan sebagai bagian dari solusi. Padahal, perubahan hanya bisa terjadi jika mereka mau mengubah cara berpikir dan bertindak.
11. "Aku sudah muak dengan semuanya!"
Ungkapan ini mencerminkan ketidakmampuan seseorang untuk mengelola stres dan amarahnya. Mereka merasa kewalahan dan memilih untuk meledak daripada mencari solusi.
12. "Aku tidak peduli lagi!"
Ketika seseorang mengatakan ini, mereka sebenarnya sedang menekan emosinya daripada benar-benar tidak peduli. Perasaan marah yang dipendam justru bisa meledak di kemudian hari.
Marah berlebihan adalah emosi yang wajar, tetapi cara seseorang mengelolanya bisa berdampak besar pada kehidupan mereka dan orang-orang di sekitarnya.
Jika seseorang sering mengucapkan ungkapan-ungkapan di atas, mungkin saatnya bagi mereka untuk belajar cara mengendalikan emosi dengan lebih baik.
Dengan meningkatkan kesadaran diri dan kecerdasan emosional, seseorang bisa mengelola amarahnya secara lebih sehat dan membangun hubungan yang lebih harmonis.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Yourtango.com