Nama Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Profesor Al Makin menuai sorotan usai menyampaikan tanggapan yang menentramkan mengenai perilaku pembuang dan penendang sesajen di Gunung Semeru.
Alih-alih menyerukan hukuman tegas, Al Makin justru mengedepankan belas kasih dan maaf kepada pelaku bernama Hadfana Firdaus itu.
"Jika kita memang bangsa yang baik, jika kita bangsa yang besar, tolong beri contoh kepada yang bersangkutan, kita adalah bangsa yang pemaaf. Beri pelajaran dengan cara lapangkan dada kita supaya yang bersangkutan juga belajar bahwa berbeda itu tidak apa-apa," kata Al Makin, Jumat (14/1/2022), dikutip dari Antara.
Siapa Al Makin, rektor kampus Islam yang cukup disegani di Yogyakarta itu?
Al Makin lahir di Bojonegoro 12 September 1972. Semasa kecil, ia menempuh pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah Gaya Baru Sidorejo, Kedungadem, Bojonegoro tahun 1981-1985, lalu melanjutkan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri I Bojonegoro tahun 1985-1988 sekaligus di Pondok Pesantren Adnan Al-Haris Kendal Ngumpak Dalem Dander Bojonegoro 1985-1988.
Selanjutnya, ia menempuh pendidikan setara SMA di Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Jember tahun 1988-1991.
Kemudian, "santri kampung" itu lanjut kuliah di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta jurusan Tafsir Hadits pada tahun 1991-1995.
Lulus S-1, Al Makin mengasah kemampuan bahasa Inggris hingga akhirnya diterima S-2 di McGill University, Kanada, jurusan Ilmu Studi Keislaman pada tahun 1998 dan lulus pada 1999. Dari kampus yang sama, ia meraih beasiswa CIDA untuk Postdoc di Departemen Antropologi.
Kemudian, ia menempuh program doktoral dengan beasiswa DAAD (Deutsche Akademische Austauschdienst) untuk progam doktor di fakultas Filosofi, Heidelberg University, Jerman, pada tahun 2005 dan lulus tahun 2008.
Setelah tamat S-3, Al Makin pulang ke Indonesia dan menjadi dosen di UIN Sunan Kalijaga. Ia juga dosen di International Consortium for Religious Studies (ICRS) progam doktor, kerjasama tiga universitas, yakni UGM, UIN Sunan Kalijaga, dan Universitas Duta Wacana.
Dalam bidang akademik, Al Makin banyak meneliti dan mengkaji tentang sejarah, filsafat, keragaman, multikulturalisme, nasionalisme, dan sekularisasi.
Dalam disertasi doktor filsafat di Heidelberg University, Al Makin meneliti tentang kemunculan Islam dan situasi Jazirah Arab abad tujuh Masehi. Ia mengkaji para "nabi" dan kelompok-kelompok keagamaan yang gagal bertahan sebagai komunitas dan agama. Dalam hal ini, dia mempelajari Musaylima yang dikenal dengan sebutan sang pembohong, al-kadzdzab.
Pada tahun 2018, Al Makin dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Filsafat berdasarkan SK Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 14422/A2.3/KP/2018.
Di luar negeri, Al Makin juga sering menjadi dosen tamu, seperti di Singapura, Australia, Jerman, dan China.
Dalam wawancara seputar pendidikan dan keragaman, Al Makin mengusulkan pendidikan keragaman bagi warga Indonesia sejak dini tentang budaya, tradisi, dan iman yang berbeda.
Selama ini pendidikan di Indonesia, mulai Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi, hanya mengajarkan tradisi iman sendiri-sendiri, tanpa mengenal tradisi, adat, dan iman yang berbeda.
Dari latar belakang pendidikannya, tidak mengherankan bila pria bergelar lengkap Profesor Dr. Phil. Al Makin, S.Ag., M.A ini memiliki pandangan yang terbuka terhadap perbedaan.
"Beri pelajaran dengan cara lapangkan dada kita, supaya yang bersangkutan juga belajar bahwa berbeda itu tidak apa-apa. Jangankan berbeda agama, berbeda dalam pandangan agama dan jika itu tidak berbahaya, dan jika itu tidak menyakiti manusia lain lebih baik kita maafkan," kata dia menambahkan pendapatnya terkait kasus Hadfana.
Dengan segudang prestasi dan ilmu yang dimilikinya, Al Makin pun dilantik menjadi Rektor UIN Suka pada 10 Juli 2020.
Artikel Menarik Lainnya:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: