Senin, 11 NOVEMBER 2024 • 14:40 WIB

Tantangan Organisasi Perempuan Sebelum Kemerdekaan Indonesia

Author

Gerakan perempuan.

INDOZONE.ID - Seperti yang kita ketahui, Indonesia pernah mengalami penjajahan selama berabad-abad, yang membuat bangsa ini harus berjuang keras sebelum akhirnya meraih kemerdekaan.

Berbagai organisasi nasional bermunculan, mewakili semangat perjuangan bangsa untuk merebut hak yang paling didambakan, yaitu kemerdekaan.

Dalam proses ini, perempuan sering kali diperlakukan secara tidak adil, dianggap sebagai lapisan masyarakat paling rendah, hingga sering kali di tindas bahkan dijadikan gundik.

Perlakuan tersebut mendorong kaum perempuan untuk bangkit dan memperjuangkan hak-hak mereka melalui pembentukan berbagai organisasi.

Namun, perjuangan organisasi perempuan saat itu tidaklah mudah. Berikut adalah beberapa tantangan yang dihadapi oleh gerakan organisasi perempuan Indonesia sebelum kemerdekaan.

1.    Individual dan Kedaerahan

Sebelum adanya kongres pemuda tahun 1928, gerakan perempuan masih individual dan kedaerahan.

Baca Juga: Puspita Bahari: Pionir Pemberdayaan Perempuan Nelayan Indonesia

Hal ini menjadi tantangan bagi organisasi-organisasi perempuan yang berdiri pada masa itu karena kurangnya dukungan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya memperjuangkan hak-hak perempuan.

2.      Fragmentasi Gerakan

Meskipun ada beberapa organisasi perempuan yang muncul, seperti Isteri Sedar dan Sarekat Rakyat Perempuan, terdapat fragmentasi dalam gerakan tersebut.

Berbagai organisasi memiliki fokus dan ideologi yang berbeda, sehingga menyulitkan untuk membangun solidaritas yang kuat di antara organisasi-organisasi yang ada.

Hal ini sering kali mengakibatkan kurangnya konsolidasi dalam menghadapi permasalahan yang ada.

3.     Terbatasnya Akses Pendidikan

Buta huruf merupakan masalah signifikan yang dihadapi perempuan pada masa kolonial.

Banyak perempuan, terutama dari kalangan pribumi, tidak memiliki akses pendidikan formal,  hingga menjadi tantangan besar untuk organisasi gerakan perempuan.

Organisasi gerakan perempuan berusaha mengatasi masalah ini dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi perempuan.

Baca Juga: Intip Penampilan Voice of Baceprot di HITC, Perempuan Asal Garut yang Jadi Rocker!

Hanya saja tantangan tetap ada karena stigma sosial dan kurangnya dukungan dari keluarga, yang belum memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan untuk perempuan.

4.    Pembatasan Kegiatan

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia tahun 1942, semua organisasi perempuan Indonesia dilarang beroperasi atau melakukan kegiatan apapun, kecuali izin dari Jepang.

Pada masa Jepang hanya terdapat satu organisasi perempuan di bawah kekuasaan Jepang yang diizinkan melakukan aktifitas kegiatan, yaitu Fujinkai.

Kebanyakan yang aktif di organisasi ini adalah para istri pegawai negeri.

Kegiatan Fujinkai dibatasi hanya pada urusan-urusan kewanitaan dan peningkatan keterampilan domestik, pembatasan ini membuat risau bagi yang tidak ikut masuk Fujinkai.

Pembatasan pada masa Jepang ini membuat para perempuan menggagas perjuangan yang pertama, mereka yang beroperasi dengan pemerintah bala tentara Nippon, yang kedua mereka yang non-kooperatif memilih bergerak diam-diam dibawah tanah.

Akibat aksi ini banyak yang ditangkap dan dibunuh oleh pemerintah Jepang.

Banner Z Creators Undip.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Kemdikbud