INDOZONE.ID - Survei Kesehatan Mental Remaja Nasional Indonesia atau Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) mengungkap, satu dari tiga remaja Indonesia mengalami masalah kesehatan mental, dan satu dari dua puluh mengalami gangguan mental dalam setahun terakhir.
Ini setara dengan 15,5 juta remaja menghadapi masalah kesehatan mental, dan 2,45 juta mengalami gangguan mental.
Menurut survei, gangguan mental yang paling banyak diidap oleh remaja Berusia 10 -17 tahun adalah gangguan cemas, yang merupakan gabungan antara fobia dan gangguan kecemasan menyeluruh (3,7%).
Kemudian, diikuti oleh gangguan depresi mayor (1,0%), gangguan perilaku (0,9%), serta gangguan stres pasca-trauma (PTSD) dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) masing-masing sebesar 0,5%.
Baca Juga: 9 Camilan Sehat Kekinian yang Rendah Kalori, Bisa untuk Diet!
“Remaja dengan gangguan mental mengalami gangguan atau kesulitan dalam melakukan kesehariannya yang disebabkan oleh gejala gangguan mental yang ia miliki,” kata Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM sekaligus peneliti utama I-NAMHS Prof. dr. Siswanto Agus Wilopo, SU, M.Sc., Sc.D., dikutip laman resmi UGM, Kamis (18/1/2024).
Selain itu, I-NAMHS juga mengungkap dampak pandemi COVID-19 terhadap kesehatan mental remaja. Karena pagebluk, satu dari 20 remaja melaporkan perasaan lebih depresi, cemas, kesepian, dan kesulitan berkonsentrasi selama pandemi.
Meskipun pemerintah telah meningkatkan akses ke fasilitas kesehatan, hanya 2,6% remaja yang mencari bantuan profesional untuk masalah kesehatan mental mereka dalam 12 bulan terakhir.
Ini menunjukkan masih rendahnya kesadaran dan stigmatisasi terhadap kesehatan mental di kalangan remaja.
Baca Juga: Jadi Momok Menakutkan, Ini 5 Makanan yang Dipercaya Bisa Menangkal Sel Kanker
Padahal, hampir 20% dari total penduduk Indonesia berada dalam rentang usia 10 – 19 tahun.
Sehingga populasi remaja dapat dikatakan memiliki peran penting bagi perkembangan Indonesia, terutama untuk meraih bonus demografi dan merealisasikan visi Indonesia Emas 2024.
Temuan lain dari I-NAMHS adalah bahwa kebanyakan (38.2%) pengasuh remaja memilih untuk mengakses layanan kesehatan mental dari sekolah untuk remaja mereka.
Di sisi lain, dari semua pengasuh utama yang menyatakan bahwa remaja mereka membutuhkan bantuan, lebih dari dua perlima (43.8%), melaporkan bahwa mereka tidak mencari bantuan karena lebih memilih untuk menangani sendiri masalah tersebut atau dengan dukungan dari keluarga dan teman-teman.
Dengan temuan ini, Siswanto berharap bahwa pemerintah dapat merancang program dan advokasi yang lebih baik dalam mengatasi tantangan kesehatan mental remaja di Indonesia.
“Dengan memahami lebih baik masalah kesehatan mental remaja, diharapkan pihak terkait dapat mengambil langkah-langkah konkret untuk meningkatkan layanan kesehatan mental dan menciptakan lingkungan yang mendukung bagi generasi muda Indonesia,” pungkasnya.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Ugm.ac.id