INDOZONE.ID - Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker serviks adalah kanker keempat yang paling umum di kalangan wanita di seluruh dunia.
Munculnya media sosial telah menyebabkan banyak informasi yang tidak lengkap atau tidak akurat.
Berikut 8 mitos dan fakta kanker serviks yang didukung oleh ahli yang perlu anda ketahui:
Mitos 1: Kanker Serviks Tidak Bisa Dicegah
Ini adalah salah satu mitos terbesar tentang kanker serviks. Kabar baiknya adalah kanker serviks sangat bisa dicegah dan ada beberapa tindakan yang dapat Anda ambil untuk melindungi diri anda.
Langkah pertama adalah memastikan anda telah menerima vaksin HPV (Human Papillomavirus). Vaksin HPV membantu melindungi terhadap beberapa jenis HPV yang berisiko tinggi.
Vaksin HPV adalah pemeriksaan untuk mendeteksi infeksi Human Papillomavirus (HPV) di sel-sel serviks, yang dapat menyebabkan kanker serviks.
Disarankan agar vaksinasi HPV dimulai untuk anak perempuan dan laki-laki usia 11 atau 12 tahun. Jika Anda tidak menerima vaksin saat remaja, dokter mungkin akan merekomendasikannya hingga usia 26 tahun.
Pasien tertentu, dari usia 27-45 tahun, mungkin juga mendapat manfaat dari vaksinasi HPV. Selalu bicarakan pilihan anda dengan dokter.
Langkah kedua adalah rutin menjalani tes PAP dan pemeriksaan ginekologi. Menurut Institut Kanker Nasional, tes PAP secara rutin dapat mengurangi angka kanker hingga 80%. Sel kanker serviks biasanya membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk berkembang.
Oleh karena itu, tes PAP secara rutin dapat mendeteksi perubahan pada sel serviks sebelum berkembang menjadi kanker.
Dalam hal ini, Tes PAP adalah pemeriksaan untuk mendeteksi sel-sel abnormal di serviks yang bisa berkembang menjadi kanker serviks. Sel-sel diambil dari serviks dan akan diperiksa di laboratorium.
Baca Juga: Menaker Ingatkan Pentingnya Deteksi Dini Kanker Serviks pada Tenaga Kerja Perempuan
Mitos 2: Jika Sudah Mendapatkan Vaksin HPV, Tidak Perlu Tes PAP
Vaksin HPV sangat efektif dalam mencegah beberapa jenis HPV yang berisiko tinggi, mengurangi risiko kanker serviks. Namun, ini tidak menghilangkan kebutuhan untuk tes PAP secara rutin, karena vaksin tidak melindungi terhadap semua jenis HPV penyebab kanker.
Tes PAP harus menjadi bagian dari rutinitas kesehatan anda. Selama tes PAP, dokter akan menggunakan alat plastik atau logam, yang disebut spekulum, untuk melihat ke dalam vagina.
Ini membantu dokter memeriksa vagina dan serviks serta mengumpulkan beberapa sel dari serviks untuk pengujian.
Sel-sel ini kemudian dikirim ke laboratorium untuk diuji. Dalam beberapa kasus, tes HPV mungkin direkomendasikan.
Tes ini dilakukan dengan cara yang sama tetapi mencari HPV dalam sel serviks. Dokter dapat membantu menentukan rencana skrining yang sesuai untuk anda.
American College of Obstetricians and Gynecologists merekomendasikan skrining kanker serviks dimulai pada usia 21 tahun. Dari usia 21-29 tahun, tes Pap direkomendasikan setiap 3 tahun.
Dari usia 30-65 tahun, salah satu skrining berikut dapat dilakukan: tes PAP setiap 3 tahun, tes HPV setiap 5 tahun, atau keduanya secara bersamaan.
Mitos 3: Tes PAP Menyakitkan
Tes PAP umumnya tidak menyakitkan, meskipun beberapa individu mungkin mengalami ketidaknyamanan ringan. Jika anda merasa sakit atau tidak nyaman selama pemeriksaan, jangan ragu untuk langsung berbicara dengan petugas medis.
Kemudian dokter akan mengganti alat pemeriksaan dengan ukuran berbeda. Dokter dapat menyesuaikan ini agar pemeriksaan lebih nyaman.
Bernapas perlahan dan rileks dapat membantu mengurangi ketegangan selama pemeriksaan. Berbicara dengan dokter juga bisa membantu anda rileks dengan memberikan pengalihan yang menyenangkan.
Mitos 4: Jika Anda Terinfeksi HPV, Anda Akan Mengalami Kanker Serviks
Ini adalah mitos umum yang perlu dibantah. Terinfeksi HPV tidak berarti anda pasti akan mengembangkan kanker serviks. Meskipun beberapa jenis HPV meningkatkan risiko, faktanya sebagian besar infeksi HPV sembuh dengan sendirinya tanpa menyebabkan kanker.
Namun, karena terinfeksi HPV dapat meningkatkan risiko, penting untuk tetap mendapatkan vaksinasi. Vaksinasi dapat membantu meningkatkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi.
Mitos 5: Risiko Kanker Serviks Lebih Tinggi Jika Memiliki Banyak Pasangan Seksual
Meskipun memiliki banyak pasangan seksual dapat meningkatkan risiko paparan HPV, ini bukan satu-satunya penentu risiko kanker serviks. Skrining rutin dan praktik aman, bersama dengan vaksinasi, memainkan peran penting dalam pencegahan.
Mitos 6: Tes PAP Juga Dapat Mendeteksi Infeksi Menular Seksual (IMS)
Tes PAP terutama berfokus pada mendeteksi sel-sel abnormal di serviks yang dapat menyebabkan kanker. Tes PAP tidak dirancang untuk skrining IMS secara menyeluruh.
Tes tambahan dapat dipesan untuk mendeteksi IMS yang paling umum. Jika anda merasa merasa telah terpapar, penting untuk mendiskusikan pilihan tes dengan dokter.
Mitos 7: Tidak Perlu Tes PAP Setelah Menopause
Tes PAP secara rutin masih direkomendasikan jika anda sedang atau telah mengalami menopause. Risiko kanker serviks tetap ada seiring bertambahnya usia.
Dokter akan membimbing anda tentang frekuensi skrining yang sesuai berdasarkan faktor kesehatan individu dan kapan anda bisa berhenti skrining.
Baca Juga: Dear Orangtua, Dinkes Sebut Vaksin HPV Penting untuk Anak Perempuan demi Cegah Kanker Serviks
Mitos 8: Gejala Kanker Serviks Mudah Dikenali
Tahap awal kanker serviks mungkin tidak menunjukkan gejala yang terlihat, itulah sebabnya skrining rutin sangat penting.
Jika kanker serviks telah berkembang, akan menyebabkan gejala seperti perdarahan vagina setelah berhubungan seksual, nyeri panggul atau nyeri saat berhubungan seksual, atau keputihan yang berbau tidak sedap atau mengandung darah.
Demikian beberapa penjelasan mengenai 8 mitos dan fakta kanker serviks yang didukung oleh ahli yang perlu anda ketahui. Untuk pencegahan, vaksin HPV dan tes PAP adalah bagian penting dalam melindungi diri dari kanker serviks.
Dengan pengetahuan, kesadaran, dan pemeriksaan rutin, anda dapat melindungi diri dari kanker serviks.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Axiawh.com