Selasa, 13 AGUSTUS 2024 • 20:55 WIB

5 Mitos dan Fakta Depresi Pasca Melahirkan, Benarkah Selalu Diawali dengan Tangisan Berlebihan?

Author

Ilustrasi depresi pasca melahirkan oleh ibu baru. (freepik.com)

INDOZONE.ID - Di balik momen penuh sukacita atas kelahiran bayi, terdapat perasaan yang kurang menyenangkan pada ibu baru. Perasaan ini sering tidak dibahas terutama yang terkait dengan kondisi depresi pasca melahirkan (PPD).

Berikut lima mitos dan fakta depresi depresi pasca melahirkan, benarkah selalu diawali dengan tangisan berlebihan?

Apa Itu Depresi Pasca Melahirkan?

Ilustrasi seorang ibu sedang mengalami depresi pasca melahirkan. (freepik.com)

Depresi pasca melahirkan (PPD) adalah kondisi kesehatan mental yang dialami oleh beberapa ibu setelah melahirkan.

Kondisi ini lebih serius daripada baby blues, yang biasanya hanya berlangsung beberapa hari setelah kelahiran.

PPD dapat muncul dalam bentuk perasaan sedih yang mendalam, kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya disukai, serta perasaan tidak mampu atau tidak layak menjadi ibu.

Gejala ini bisa berlangsung lebih lama dan memiliki dampak yang signifikan terhadap kemampuan seorang ibu untuk merawat dirinya sendiri dan bayinya.

Meskipun kondisi ini umum terjadi, banyak ibu yang tidak mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan karena kurangnya pemahaman dan stigma yang terkait dengan PPD.

Baca Juga: Benarkah Makan Buah Membantu Mencegah Depresi di Masa Tua? Ini Penjelasannya

Mitos dan Fakta Depresi Pasca Melahirkan

Ilustrasi seorang ibu yang mengalami depresi pasca melahirkan (postpartum depression) serta fakta dan mitos dibaliknya. (freepik.com)

Mitos 1: Depresi Pasca Melahirkan Sama Seperti Baby Blues

Sering kali, depresi pasca melahirkan disamakan dengan baby blues, padahal keduanya sangat berbeda.

Baby blues biasanya muncul beberapa hari setelah melahirkan dan ditandai dengan perubahan suasana hati yang ringan, kelelahan, dan mudah marah. Kondisi ini umumnya membaik dalam dua minggu.

Namun, depresi pasca melahirkan lebih serius, dengan gejala yang lebih intens dan berlangsung lebih lama, seperti perasaan putus asa, kecemasan yang parah, dan kesulitan menjalin ikatan dengan bayi.

Gejala ini tidak boleh diabaikan, dan penting bagi ibu baru untuk segera mencari bantuan medis.

Baca Juga: Ketahui Mitos dan Fakta Tentang Depresi, Salah Satu Penyebab Gangguan Kesehatan Mental

Mitos 2: Depresi Pasca Melahirkan Hanya Terjadi Dalam Beberapa Minggu Pertama

Meskipun depresi pasca melahirkan sering muncul segera setelah melahirkan, gejalanya bisa berkembang dan memburuk hingga berbulan-bulan setelahnya.

Penelitian menunjukkan bahwa gejala PPD sering kali menjadi lebih jelas antara bulan keenam hingga kesembilan pasca melahirkan.

Oleh karena itu, penting untuk tetap memantau kesehatan mental ibu hingga setahun setelah melahirkan, terutama jika ada faktor risiko seperti riwayat depresi sebelumnya atau stres psikosocial yang tinggi.

Mitos 3: Depresi Pasca Melahirkan Selalu Ditandai dengan Tangisan Berlebihan

Tidak semua ibu yang mengalami depresi pasca melahirkan menunjukkan gejala dengan menangis berlebihan.

Sebagian ibu mungkin terlihat baik-baik saja dari luar, tetapi menyimpan perasaan tidak berharga atau gagal di dalam dirinya.

Oleh karena itu, sangat penting bagi keluarga dan teman dekat untuk lebih peka terhadap tanda-tanda depresi yang mungkin tidak terlihat secara jelas, seperti menarik diri dari lingkungan sosial atau merasa tidak cukup baik sebagai ibu.

Mitos 4: Hanya Ibu Kandung yang Berisiko Mengalami Depresi Pasca Melahirkan

Depresi pasca melahirkan tidak hanya dialami oleh ibu biologis, tetapi juga dapat terjadi pada orang tua angkat dan ayah.

Sindrom depresi pasca adopsi (PADS) juga dapat dialami oleh orang tua yang mengadopsi anak, dengan gejala yang mirip dengan PPD.

Begitu pula, ayah dapat mengalami depresi pasca kelahiran paternal, yang sering kali diabaikan.

Semua orang tua, baik ibu maupun ayah, berisiko mengalami gangguan kesehatan mental setelah kelahiran anak dan mereka semua berhak mendapatkan dukungan.

Mitos 5: Ibu Tidak Bisa Mengonsumsi Antidepresan Saat Menyusui

Salah satu mitos yang sering kali menghambat pengobatan depresi pasca melahirkan adalah anggapan bahwa ibu yang menyusui tidak boleh mengonsumsi antidepresan.

Faktanya, banyak antidepresan yang aman untuk digunakan oleh ibu menyusui, dengan risiko yang sangat rendah bagi bayi. Sebaliknya, tidak mengobati depresi pasca melahirkan justru dapat menimbulkan risiko yang lebih besar bagi kesehatan ibu dan bayi.

Demikian beberapa penjelasan mengenai lima mitos dan fakta depresi depresi pasca melahirkan, benarkah selalu diawali dengan tangisan berlebihan?

Masyarakat sering kali menggambarkan masa pasca melahirkan sebagai periode yang penuh kebahagiaan, namun kenyataannya bisa sangat berbeda bagi banyak ibu.

Beban harapan yang tidak realistis, stigma, dan mitos tentang depresi pasca melahirkan sering kali membuat ibu merasa malu dan enggan mencari bantuan.

Dengan meningkatkan kesadaran tentang kondisi ini, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi para ibu untuk mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan dan mengurangi stigma seputar kesehatan mental pasca melahirkan.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Hcahealthcaretoday.com