INDOZONE.ID - Ungkapan "sitting is the new smoking" ramai diperbincangkan di Amerika Serikat.
Hal ini merujuk pada peningkatan gaya hidup sedentari yang dikaitkan dengan risiko penyakit serius, seperti penyakit kardiovaskular, di mana merokok juga menjadi faktor risikonya.
Lalu, bagaimana sebenarnya duduk terlalu lama berdampak pada kesehatan?
Durasi Duduk dan Gaya Hidup Sedentari
Lebih dari 25 persen orang dewasa di Amerika menghabiskan lebih dari 8 jam sehari untuk duduk, sementara di Indonesia 33,5 persen penduduk berusia di atas 10 tahun duduk lebih dari 6 jam sehari.
Pola ini menunjukkan gaya hidup sedentari. Kementerian Kesehatan mendefenisikan sedentari adalah gaya hidup dengan aktivitas fisik minimal di luar waktu tidur.
Duduk terlalu lama bisa menyebabkan penurunan produksi enzim lipase yang berperan dalam pemecahan lemak hingga 90 persen, sehingga terjadi penumpukan lemak, terutama di pinggul dan perut, serta meningkatkan risiko obesitas.
Baca Juga: Kebanyakan Duduk Juga Berisiko Mematikan, Berikut Alasannya
Risiko Penyakit Serius
Gaya hidup sedentari dapat memicu sindrom metabolik, termasuk peningkatan tekanan darah, kadar gula darah tinggi, dan kolesterol tinggi.
Hal-hal inidapat menyebabkan penyakit serius, seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, stroke, dan penyakit kardiovaskular lainnya.
Selain itu, duduk terlalu lama juga bisa menyebabkan masalah kesehatan lainnya, seperti sakit punggung, kesemutan, varises, hingga osteoporosis.
Gangguan Psikologis
Kurangnya aktivitas fisik juga berdampak pada kesehatan mental. Hormon seperti endorfin, dopamin, serotonin, dan oksitosin yang berperan dalam menciptakan suasana hati yang positif yang lebih banyak diproduksi saat tubuh aktif bergerak.
Akibatnya, orang yang kurang bergerak lebih rentan mengalami kecemasan dan depresi.
Efek jangka panjangnya adalah meningkatnya risiko demensia akibat penyusutan otak yang lebih cepat.
Perbandingan Risiko dengan Merokok
Sebuah studi dari American Public Health Association (AJPH) membandingkan resiko merokok dan durasi duduk terhadap kematian.
Hasilnya menunjukkan, bahwa pria yang pernah merokok memiliki resiko 2,8 kali lebih tinggi terhadap kematian dibandingkan yang tidak merokok, dengan jumlah kematian yang disebabkannya mencapai 1.554 orang.
Sebaliknya, orang yang duduk lebih dari 8 jam sehari memiliki risiko 1,22 kali lebih tinggi terhadap kematian dibandingkan yang duduk hanya 4 jam sehari, dengan jumlah kematian tahunan sebanyak 190 orang.
Resiko kematian akibat penyakit kardiovaskular dan kanker paru-paru juga lebih tinggi pada perokok dibandingkan mereka yang duduk terlalu lama.
Namun, dalam hal risiko diabetes tipe 2, duduk terlalu lama justru lebih berbahaya. Orang yang duduk dalam waktu lama memiliki risiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 2 dibandingkan perokok aktif yang menghabiskan hingga 40 batang rokok per hari.
Duduk terlalu lama dan merokok memang sama-sama berdampak buruk bagi kesehatan, namun keduanya memiliki risiko yang berbeda terhadap berbagai penyakit.
Duduk lama lebih berisiko menyebabkan diabetes tipe 2, sementara merokok memiliki dampak lebih besar pada kematian umum dan penyakit kardiovaskular.
Baca Juga: Enggak Bagus Buat Kesehatan, Duduk Terlalu Lama Ternyata Bisa Membunuhmu
Cara Mengatasi Dampak Duduk Terlalu Lama dengan Tetap Aktif Bergerak
Duduk memang sulit dihindari, baik saat belajar, bekerja, maupun bersosialisasi.
Namun, ada cara untuk tetap aktif setiap hari, seperti mengatur timer setiap 30 menit untuk bergerak, menjaga postur duduk yang benar, menggunakan meja berdiri, berolahraga secara rutin, memilih tangga daripada elevator, serta menggunakan treadmill atau walking pad pada saat bekerja atau menonton televisi.
Meskipun istirahat penting, jangan sampai menjadi alasan untuk malas bergerak.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: American Public Health Association