Selasa, 19 NOVEMBER 2024 • 10:13 WIB

Dari Kuba ke Dunia, Mengungkap Fenomena Sindrom Havana yang Gemparkan Diplomasi AS

Author

Ilustrasi Sindrom Havana

INDOZONE.ID - Penyakit misterius yang dikenal sebagai sindrom Havana, yang menyebabkan diplomat Amerika Serikat (AS) menderita gejala yang konsisten hingga trauma kepala.

Hal ini mungkin terkait dengan kemungkinan serangan sonik, yang dilakukan oleh intelijen Rusia.

Sindrom Havana pertama kali dilaporkan oleh pejabat kedutaan AS di ibu kota Kuba, Havana pada tahun 2016.

Gejala awal sindrom havana ini menyerang, saat mereka mulai mengalami sakit kepala hebat dan mendengar suara-suara menusuk di malam hari.

Sejak kejadian tersebut, lebih dari 1.000 kasus sindrom itu menyebar dan memengaruhi pegawai pemerintah AS di seluruh dunia.

Baca Juga: Peneliti Temukan Sindrom Baru pada Bayi Diduga karena Ibu Konsumsi Obat Nyeri, Bikin Kelainan Alat Kelamin!

Untuk mengenal lebih jauh apa itu sindrom Havana, mari simak penjelasan di bawah ini.

Apa itu Sindrom Havana?

Apa itu Sindrom Havana

Mengutip dari health.com, Sindrom Havana adalah penyakit yang pertama kali ditemukan di Kedutaan Besar AS di Havana, Kuba, pada tahun 2016.

Dari tahun 2016 hingga 2018, para diplomat dan staf AS secara mendadak mengalami gejala, seperti kehilangan pendengaran, pusing, dan masalah neurologis lainnya.

Setelah penyelidikan dimulai, pejabat AS menuduh pemerintah Kuba melakukan serangan sonik terhadap warga Amerika, dan hal itu dibantah oleh penduduk kota Kuba.

Kasus sindrom Havana lainnya terjadi di wilayah dunia seperti Kolombia, Uzbekistan, dan Tiongkong pada tahun 2016 dan 2021.

Baca Juga: Dokter Spesialis: Perbaiki Nutrisi sebelum Hamil untuk Hindari Sindrom Down pada Anak

Gejala dan Penyebab Sindrom Havana

Ilustrasi pusing (freepik)

Pada akhir tahun 2016, para diplomat yang ditugaskan mendengar suara keras yang menusuk pada malam hari dan merasakan tekanan hebat di wajah.

Rasa sakit , mual , dan pusing pun terjadi.

Meskipun suara itu akhirnya terhenti, beberapa orang mengeluhkan rasa sakit yang terus berlanjut dan pusing disertai kesulitan berkonsentrasi.

Gejalanya cukup melemahkan hingga mengganggu pekerjaan mereka, selama masa penempatan. Gejala lainnya termasuk masalah dengan:

1. Kognisi.

2. Pusing dan keseimbangan.

3. Sakit Kepala.

4. Sifat lekas marah.

5. Sensitivitas cahaya dan suara.

6. Mual.

7. Telinga berdenging, yang disebut tinnitus.

8. Gangguan Tidur.

Akibat jangka panjang dari sindrom Havana, meliputi:

1. Migrain

2. Masalah dengan penglihatan jarak jauh

3. Menyipitkan mata

4. Vertigo berulang

5. Mimisan

Menurut Amit Sachdev, MD, direktur medis di Departemen Neurologi di Universitas Negeri Michigan, mengatakan bahwa gejala neurologis yang dialami saat sindrom Havana, pada umumnya terlihat hampir mirip dengan penderita gegar otak.

Penyebab sindrom Havana hingga saat ini belum sepenuhnya jelas.

Namun ada beberapa dugaan penyebabnya, seperti agen infeksi, insektisida, faktor psikologis, dan ukuran materi otak putih.

Cara Pengobatan Sindrom Havana

Ilustrasi pengobatan PrEP (mypreplocator.com)

Tidak ada pengobatan khusus untuk sindrom Havana ini, namun bisa dicegah melalui pengobatan berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien.

Para peneliti juga merekomendasikan pengobatan sindrom Havana di bawah ini.

1. Audiologi untuk masalah pendengaran atau keseimbangan.

2. Neuro-optometri untuk masalah penglihatan yang berhubungan dengan cedera otak.

3. Neuropsikologi untuk evaluasi hubungan otak-perilaku.

4. Terapi okupasi untuk masalah pada indra, kognisi, atau gerakan tubuh Anda.

5. THT untuk masalah pada telinga, hidung, atau tenggorokan Anda.

6. Obat tidur.

7. Terapi bicara.

8. Terapi fisik vestibular untuk masalah keseimbangan dan pusing.

Penulis: Hilwah Nur Puspitawati

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Time.com, Health.com, Medicienet.com